Fenomena anak melek gadget adalah hal umum yang terjadi saat ini. Mengapa orangtua, termasuk ibu, mau memberikan gadget kepada anak dan mengapa gadget bisa merayu anak sampai kecanduan?
Diena, Founder Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa), mengatakan, saat ini gadget menjadi babysitter untuk anak. Hal ini membuat ibu-ibu muda yang memiliki anak di bawah 10 tahun merasa tenang, karena anak akan lebih anteng.
Ini merupakan awal musibah bagi anak. Mom, gadget memang menarik dan mengasyikan untuk dimainkan, tapi apakah banyak manfaatnya bagi anak?
Penting bagi ibu untuk mendampingi anak saat menggunakan gawai. Menurut Yayasan Sejiwa, ini batasan usia yang harus Anda ketahui sebagai orangtua:
1. Usia 0 - 1,5 tahun
Tidak boleh menggunakan gawai.
2. Usia 2 – 5 tahun, maksimal 1 jam
Anak sudah boleh diperkenalkan gawai dengan konten yang berkualitas dan orangtua merupakan pihak yang memegang dan menyimpannya.
3. Usia 6 – 12 tahun, maksimal 2 jam
Belum boleh memiliki dan masih didampingi orangtua.
4. Usia 13 – 15 tahun, maksimal 3 jam
Orangtua baru boleh mempercayai anak memegang gawai.
5. Usia 16 – 18 tahun, penggunaan maksimal 4 jam.
Orangtua harus mengerti, saat menggunakan gadget harus ada screen break yaitu, waktu untuk mengistirahat diri dari gadget.
Penting rasanya mendampingi anak saat menggunakan gadget. Walau gadget bermanfaat positif bagi kehidupan manusia, namun sesuatu selalu memiliki 2 sisi, termasuk sisi negatif.
Kajian Kementerian Kesehatan 2017, yang bekerja sama dengan Kemendikbud, menyebutkan, 6.000 anak dari 3 kota, yaitu, Daerah Istimewa Aceh, DKI Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berusia SMP-SMA sudah terpapar pornografi.
Pornografi berdampak pada perkembangan otak anak dan merusak otak lebih parah dari narkoba. Hal ini terjadi pada otak manusia dewasa di umur 25 tahun ke atas. Jika sebelum umur 25 sudah terganggu, maka akan menyebabkan perkembangan nalar yang mandeg.
Orangtua memiliki 2 tugas, yaitu mendampingi dan melindungi. Ibu harus tahu literasi digital, peran melindungi dan mendampingi anak dalam dunia gawai.
Ayah juga harus hadir. Konsistensi dari kedua orangtua sangat dibutuhkan.
Pengirim: Raniyah Basahil, mahasiswi semester 3 jurusan Public Relations, London School of Public Relations Jakarta
Baca Juga
-
Blak-blakan, Tora Sudiro Akui Jadi YouTuber karena Sepi Tawaran Syuting?
-
Dianggap Relate Dengan Kehidupan Mahasiswa, Apa Itu Sindrom Duck Syndrome?
-
5 Alasan Gachiakuta Wajib Ditonton, Anime Misteri Relate dengan Kehidupan!
-
6 OOTD Feminin Lee Si An Single Inferno dengan Sentuhan Dress dan Skirt
-
Bijak! Andre Taulany Sebut Hidup Itu Cuma Perkara Waktu: Ada Suka Ada Duka
Lifestyle
-
Dianggap Relate Dengan Kehidupan Mahasiswa, Apa Itu Sindrom Duck Syndrome?
-
6 OOTD Feminin Lee Si An Single Inferno dengan Sentuhan Dress dan Skirt
-
4 Cleanser Berbahan Madu Rahasia untuk Wajah Terasa Kenyal dan Sehat!
-
4 Toner Rp20 Ribuan yang Ampuh Redakan Bruntusan, Mengandung Salicylic Acid
-
Sontek 4 Ide Outfit ala Kim Young Kwang, Bikin GayaMakin Macho Maksimal!
Terkini
-
Blak-blakan, Tora Sudiro Akui Jadi YouTuber karena Sepi Tawaran Syuting?
-
5 Alasan Gachiakuta Wajib Ditonton, Anime Misteri Relate dengan Kehidupan!
-
Bijak! Andre Taulany Sebut Hidup Itu Cuma Perkara Waktu: Ada Suka Ada Duka
-
Menuju Grand Final ANC 2025: 11 Tim, Siapa yang Akan Jadi Raja di GBK?
-
Ulasan Buku "House of Sky and Breath", Kisah Romansa Antrologi Perang