Di zaman yang semakin maju ini, masih banyak keluarga yang hidup di bawah ekonomi rata-rata suatu daerah. Mereka hidup dengan status ekonomi menengah ke bawah. Sebagian dari mereka hidup sampai tua di kontrakan atau rumah sewa. Bahkan banyak hunian itu yang tergolong tidak layak huni.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa dulu, saat akan menikah, mereka mungkin tidak diwajibkan untuk memiliki hunian dulu. Namun, sekarang banyak remaja yang akan melangsungkan pernikahan diberi persyaratan wajib memiliki rumah. Bagi sebagian keluarga, mereka takut apabila anak perempuan tidak hidup dengan layak .
Akhirnya, banyak orang yang menunda pernikahan. Pasalnya, mereka ingin menikah dengan kondisi ekonomi stabil, serta mapan.
Syarat itu termasuk sandang, pangan dan papan. Semua harus di persiapkan matang matang sebelum melangsungkan pernikahan.
Semua itu memang hal yang lumrah dipertimbangkan. Sebab, selain harga tanah yang semakin mahal, UMR daerah per tahun hanya naik sedikit. Hal ini tidak sebanding dengan biaya hidup sehari hari.
Namun, dilihat dari sudut pandang orang tua, ada sebagian dari mereka memilih untuk menikahkan anak mereka dahulu. Selain alasan agama, juga karena anak yang menginginkan berjuang bersama suami atau istri mereka sendiri untuk menjalani kehidupan lebih baik.
Banyak orang tua yang mendukung niat tersebut ada juga yang menginginkan sebaliknya. Sebagai seseorang yang akan menikah baiknya kita pertimbangkan dahulu apakah menikah atau punya rumah dulu. Adapun pertimbangannya meliputi:
- Bagaimana akan membagi dan mengatur keuangan di keluarga kelak?
- Bagaimana sikap dan usaha suami atau istri dalam membina rumah tangga nantinya?
- Apakah kita siap menerima kekurangan masing masing pasangan kita dalam segi ekonomi maupun yang lainnya
- Apakah kita mampu hidup berdua jika tidak ada yang akan membantu kita suatu saat nanti
Keempat hal di atas menurut saya banyak digunakan di lingkungan yang hidup sederhana atau memang ingin menikah dan berusaha sendiri. Untuk itu, kita dianjurkan untuk tidak terburu-buru membangun rumah tangga sebelum memahami keempat hal tadi.
Apabila tidak mempertimbangkan matang-matang, semua itu bisa berakibat fatal. Di Indonesia sendiri, banyak perceraian akibat ekonomi. Kita mesti belajar dari hal tersebut dan lebih memikirkan matang matang untuk itu. Sebab, menikah bukan hanya sekedar mencari cinta, tapi juga pasangan yang baik .
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Klarifikasi Jennifer Coppen Jalani Upacara Hindu Bali Malaspas untuk Rumah Baru: Agamaku Islam
-
Menteri PPPA Terenyuh Nonton Rumah untuk Alie: Film Ini Sentuh Luka Tersembunyi Anak Indonesia
-
Ditanya Kabar Pernikahan dengan Maxime Bouttier, Luna Maya Irit Bicara
-
Cara Hitung Hari Baik untuk Menikah Menurut Primbon Jawa dan Tradisi di Bulan Syawal
-
Dari Musik Jazz hingga Hias Easter Egg: Deretan Aktivitas Seru Usai Lebaran untuk Liburan Keluarga
Lifestyle
-
Biar Makin Fresh di Weekend, Sontek 4 Outfit Lucu ala Kim Hye Yoon!
-
Anti Ribet, Ini 4 Ide Outfit Harian Cozy ala Siyoon Billlie yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Gaya Kasual Kekinian ala Choi Jungeun izna yang Menarik untuk Disontek
-
Anak Hukum tapi Stylish? 5 Look Simpel tapi Classy ala Ryu Hye Young
-
4 Look Girly Simpel ala Punpun Sutatta, Cocok Buat Hangout Bareng Bestie
Terkini
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin
-
Baru Tayang Raih Rating Tinggi, 5 Alasan The Haunted Palace Wajib Ditonton!
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur