Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Jennifer Christine
Ilustrasi Dampak Perubahan Iklim. (Freepik.com/vhotomax)

Sejak terjadinya revolusi industri pada tahun 1760, bumi telah mengalami perubahan iklim dan peningkatan suhu sebesar 1°C (WWF, 2021). Akibatnya, muncul berbagai masalah seperti cuaca yang ekstrim hingga saat ini. Menghadapi isu perubahan iklim, 196 negara di dunia dalam Paris Agreement tahun 2015 bekerja sama untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim (Cabrera, et. al., 2018). Seluruh negara yang terlibat akan melakukan upaya-upaya untuk mengurangi emisi karbon dan membatasi kenaikan suhu bumi dibawah 2°C dan diupayakan ditekan hingga 1,5°C.

Angka 0,5 mungkin tidak terlalu besar. Namun, hanya dengan peningkatan sebesar 0,5°C saja dampak perubahan iklim akan sangat berbahaya. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Special Report on Global Warming telah melakukan prediksi tersebut.

Jika pada tahun 2100 suhu bumi mengalami peningkatan sebesar 2°C, akibatnya ketinggian air laut diprediksi akan meningkat setinggi 10cm dan akan mempengaruhi 10 juta orang di dunia, seluruh terumbu karang di dunia pada tahun akan punah, resiko banjir meningkat 170%, dan berbagai dampak buruk lainnya.

Kini berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah perubahan iklim yang lebih parah disertai adaptasi dengan perubahan iklim yang sudah terjadi. Di negara Asia Tenggara, Thailand memaksimalkan lahan rel kereta api yang tidak digunakan menjadi sebuah taman hijau yang dapat menyerap air hujan.

Di Vietnam, di daerah Delta Mekong pertanian memanfaatkan padi yang tahan banjir. Sedangkan di Indonesia, tanaman bakau banyak dikembangbiakkan di sepanjang sungai. Namun, perubahan iklim bukanlah masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan program-program pemerintah maupun organisasi dunia. Kita sebagai penduduk bumi perlu melakukan perubahan untuk menyelamatkan masa depan bumi.

Berikut ini adalah 6 perubahan yang dapat Anda lakukan. Tidak sulit untuk dilakukan tapi membutuhkan kesadaran Anda dan masyarakat untuk masa depan bumi yang lebih baik. Mari kita bahas satu persatu disertai fakta agar Anda lebih terdorong untuk melakukannya.

1. Air bersih

Dilansir dari Liputan 6, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (2022) mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan kelangkaan air. Krisis air di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan hingga 2030. Krisis air bersih dapat terjadi karena peningkatan kebutuhan, kekeringan, serta pencemaran air.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan saat ini salah satunya memanfaatkan perangkat elektronik seperti mesin cuci yang telah dilengkapi dengan fungsi hemat air, melakukan upaya penghematan air dengan langkah-langkah kecil, dan upaya pemanenan air hujan.

Panen air dapat menjadi salah satu konservasi sumber daya air yang cocok diterapkan di daerah yang sulit mendapatkan air bersih dari PDAM (Purwanto, et. al., 2021).

2. Makanan

Industri olahan daging merupakan salah satu penyumbang gas emisi dalam industri makanan karena penggunaan sumber daya alam (air dan energi) dan lahan peternakan yang besar, pembuangan limbah, dan lain-lain (Djekic, 2015).

Sebagai solusi, pola makan vegan telah menjadi salah satu budaya yang dipopulerkan saat ini. Vegan adalah gaya hidup dengan upaya untuk menghindari eksploitasi terhadap hewan untuk dijadikan makanan, pakaian, kosmetik, dan hal lainnya. 

Dengan mengkonsumsi sumber makanan berbasis tumbuhan, terdapat banyak manfaat bagi kesehatan manusia (Judge, et. al., 2022). Gaya hidup vegan memiliki berbagai pro kontra karena beberapa ilmuwan menganggap bahwa perubahan model produksi dapat mengurangi dampak industri terhadap perubahan iklim.

Namun, menjalani gaya hidup vegan dapat menjadi pilihan Anda jika ingin meningkatkan kualitas kesehatan.

3. Transportasi

Emisi bahan bakar fosil juga merupakan salah satu penyebab terbesar perubahan iklim di dunia. Langkah kecil yang bisa kita lakukan adalah sebisa mungkin mengurangi penggunaan mobil atau motor pribadi. Alih-alih menggunakan kendaraan pribadi, kita bisa sesekali menggunakan kendaraan umum, sepeda, maupun jalan kaki jika jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh.

Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan beremisi rendah yaitu kendaraan listrik juga dapat menjadi solusi pengendalian dampak perubahan iklim (Nur dam Kurniawan, 2021). Apalagi saat ini, banyak dibangun pembangkit listrik energi terbarukan.

5. Tanaman hijau

Fenomena penebangan pohon dan penggunaan lahan tentu sudah menjadi isu yang marak di dengar. Sedangkan di sisi lain, bumi masih membutuhkan pohon-pohon untuk mempertahankan suhunya. Jadi sebagai wujud nyata kita, kita bisa menanam pepohonan dan tanaman di pekarangan rumah.Dengan kehadiran tanaman hijau, karbon dioksida dan polusi dapat berkurang (Dream, 2021).

Dengan menanam tanaman hijau, kita juga dapat menyejukkan udara di rumah sambil berpartisipasi bagi pemeliharaan bumi.

6. Ucapkan 'tidak' pada gaya hidup konsumtif

Segala hal yang kita lakukan dan gunakan memiliki jejak karbon (carbon footprint). Jadi mari ucapkan selamat tinggal pada gaya hidup konsumtif dan hanya beli barang-barang yang sangat diperlukan (Thinkconscious, 2021).

Coba untuk menggunakan barang daur ulang atau barang bekas yang masih berfungsi dengan baik. Daur ulang barang yang Anda miliki atau bisa juga dengan mendonasikan atau menjual barang-barang yang tidak Anda perlukan lagi.

Akhir kata penulis ingin menggunakan salah satu ungkapan dari salah satu tokoh yaitu Marlee Matlin. “The Earth does not belong to us. We belong to the Earth.” Bukan bumi yang membutuhkan kita, tapi kita yang membutuhkan bumi. Mari kita lakukan perubahan dan jaga bumi kita demi masa depan yang lebih baik.

Jennifer Christine

Baca Juga