Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Rozi Rista Aga Zidna
Ilustrasi anak bermain alat musik (Pixabay.com/Pezibear)

Otak kanan dapat dirangsang dengan aneka kegiatan yang melibatkan perasaan seni. Sejatinya, seni merupakan usaha manusia untuk membuat orang lain senang dengan sebuah karya ciptaannya. Bila direnungkan lebih dalam, upaya membuat orang lain senang, nyaman dan tenteram juga merupakan bagian dari lelaku seni. Otak kanan sebagai pusat perasaan seni juga merupakan pusat kreativitas. Bangsa dengan seni budaya tinggi, tampak lebih humanis dan lebih menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Berikut delapan perangsangan otak kanan yang dimaksud adalah:

1. Menikmati musik dan memainkannya

Perangsangan otak kanan anak dapat dimulai dengan pengenalan alat musik seperti piano, organ, biola, yang berlanjut pada alat-alat musik tradisional Jawa, Bali, angklung Sunda, sronen Madura, dan seterusnya. Mereka akan berekspresi dengan alat musik yang baru dikenalnya. Mereka akan menirukan bagaimana orang dewasa memainkannya. Akan tampak ekspresi berkesenian mereka meski jauh dari sempurna.

2. Berkebun dan memelihara hewan kesayangan

Berkebun adalah aktivitas yang melibatkan perasaan seni dan tentu merangsang otak kanan. Ajarkan kepada anak bahwa keindahan warna tanaman dan kekontrasan warna alam menimbulkan kekaguman. Alam secara alami mengajarkan tentang warna-warna. Semangat memelihara dan merawat hewan juga menjadi sarana melatih afeksi, sebab meski pada makhluk yang lebih rendah pun kita tidak tega menyakiti dan merusak, apalagi terhadap manusia.

3. Melukis, membatik dan menulis indah 

Melukis yang membutuhkan perasaan, melukis suasana yang gembira, melukis keindahan dan bunga-bunga, semuanya melibatkan rangsangan otak kanan. Aktivitas melukis yang tak kalah kompleks adalah membatik. Bagaimana warna baju yang pantas? Bagaimana membuat motif-motif batik yang memukau? Sejatinya, melukis dan membatik merupakan bagian seni dalam frekuensi yang sama. Begitu pun dalam menulis indah. Intinya, pada sesuatu yang disebut indah terdapat prinsip keseimbangan, proporsional dan pengulangan yang tidak membosankan. 

4. Berbuat baik dan berempati

Berbuat baik adalah bentuk upaya menabur budi kepada orang lain, semisal menyenangkan hati orang atau menolong orang keluar dari kesulitan. Berbuat baik bukanlah pekerjaan mudah, sebab membutuhkan terasahnya otak kanan dan halusnya perasaan. Maka, orang yang telah berbuat baik, ia akan menjaga perasaan orang lain agar tidak melukai hati. Berempati atau menimbang perasaan orang, membayangkan kita berada di posisi orang lain, membayangkan penderitaan yang sedang dirundung orang lain, sehingga memunculkan rasa belas kasihan adalah respon yang muncul akibat terasahnya otak kanan, otak pengatur perasaan.

5. Berekspresi

Ekspresi wajah adalah penyampai pesan atau media komunikasi non verbal. Jika kita gembira, ekspresikan kegembiraan itu, tunjukkan kepada anak kita! Jangan menahan ekspresi wajah bila kita sedang bergembira, sebab menahan ekspresi gembira tentunya akan menghambat terhadap proses rangsang perasaan pada otak kanan.

6. Membuat cerita, lelucon dan sandiwara

Bila anak-anak gemar melucu dan pintar membuat cerita lucu, berarti dia anak yang kreatif. Sebab, untuk berlelucon dan membuat cerita lucu, si anak perlu berpikir keras dan bertarung dengan daya kreativitas agar orang yang di depannya bisa tertawa. Sementara banyak kita temukan orang tua yang kurang senang bahkan kerapkali jengkel dengan tingkah anaknya yang selalu bercanda dan melontarkan lelucon, sebab mereka mengira anak yang demikian adalah anak yang memiliki sikap tidak serius dan tidak bisa dibanggakan.

Tidak lain, ini merupakan penilaian sempit yang memandang hanya dengan mata sebelah. Karena membuat cerita dan berlelucon tidaklah mudah, lantaran dalam kegiatan ini butuh ketajaman pikir dan keterlibatan otak kanan secara maksimal. Demikian pula dengan kegiatan bermain sandiwara. 

7. Melatih kepekaan warna dan rasa 

Pengetahuan warna akan memengaruhi perasaan dan perasaan akan memengaruhi pilihan warna. Bila suasana hati seseorang sedang bergembira, biasanya ia suka menggunakan pakaian dengan warna cerah. Sedangkan bila hatinya sedang dirundung duka, ia lebih suka memakai baju berwarna hitam. Sementara warna hijau menyiratkan ketenangan dan kedamaian, dan warna kuning bermakna keagungan dan kebesaran.

Efek mengetahui warna-warni akan merangsang perasaan yang akan membuat kepekaan otak kanan semakin terasah. Anak-anak perlu diajarkan sejak dini mengenai cara memadukan warna sederhana, baik saat menggambar, melukis, mewarnai, mengecat rumah atau saat memilih paduan warna pada pakaian yang akan dikenakan. Begitu pula dengan kepekaan rasa, anak-anak sekali waktu perlu diajak ke warung atau pasar untuk mengajari merasakan citarasa masakan sebagai seni melatih otak kanan. 

8. Bertatakrama

Tatakrama adalah budaya adiluhung. Anak yang bertatakrama akan selalu bersikap santun, suka menghormati, tidak menyakiti hati orang lain, tidak menyinggung perasaan sesama dan gemar membuat orang lain bahagia. Untuk mewujudkan tatakrama seperti ini diperlukan kerja otak kanan yang halus. Halus dalam bertutur kata, halus dalam bersikap, serta halus dalam berperasaan.

Pada prinsipnya, deradikalisasi dapat diimplementasikan kepada anak-anak kita secara terencana dan berkelanjutan agar anak-anak kita benar-benar halus perasaannya, tajam otak kanannya, sehingga terhindar dari pemikiran dan praktik radikal yang tidak beradab dan dapat berujung kepada kehancuran masyarakat, bangsa dan negara.

Rozi Rista Aga Zidna