Scroll untuk membaca artikel
Ruth Meliana | Mohammad Alfairuzi
Ilustrasi self-acceptance. (pexels.com/Artem Beliaikin)

Self-acceptance atau penerimaan diri sendiri adalah hal yang penting bagi setiap individu, terutama bagi generasi Z yang seringkali merasa tertekan oleh ekspektasi sosial dan tekanan untuk terlihat sempurna.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai pentingnya self-acceptance untuk generasi Z, serta bagaimana cara membangun self acceptance yang sehat.

Mengenali self acceptance

Self-acceptance bukan berarti merasa sempurna atau tanpa cacat. Sebaliknya, self-acceptance berarti menerima diri kita apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangan kita, dan belajar mencintai diri sendiri.

Dalam mengembangkan self-acceptance, penting untuk memahami bahwa tidak ada satu pun individu yang sempurna dan setiap orang memiliki kekurangan.

Menyingkirkan ekspektasi sosial

Generasi Z terkadang merasa tertekan oleh ekspektasi sosial tentang bagaimana mereka harus terlihat atau bertindak. Namun, untuk membangun self-acceptance yang sehat, penting untuk menyingkirkan ekspektasi sosial dan fokus pada diri sendiri.

Cobalah untuk menemukan nilai-nilai yang penting bagi diri sendiri dan tetap setia pada nilai-nilai tersebut.

Menerima kekurangan

Kekurangan merupakan bagian dari kehidupan. Sebaliknya, dari kekurangan tersebut, kita bisa belajar dan tumbuh. Oleh karena itu, penting untuk memahami kekurangan dan menerimanya sebagai bagian dari diri kita.

Dalam hal ini, buatlah daftar kekurangan atau kesalahan yang pernah dilakukan, dan cari cara untuk belajar dari pengalaman tersebut.

Fokus pada kelebihan

Saat membangun self-acceptance, penting untuk tidak hanya berfokus pada kekurangan, namun juga pada kelebihan. Fokus pada kelebihan dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan self-esteem.

Cobalah untuk menemukan aktivitas yang membuatmu merasa baik tentang diri sendiri dan kembangkan kelebihanmu.

Belajar dari pengalaman

Pengalaman hidup seringkali menjadi guru yang terbaik. Cobalah untuk melihat setiap pengalaman, baik yang baik maupun buruk, sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.

Terkadang, kegagalan atau kesalahan bisa menjadi pelajaran yang berharga dan dapat membantu membangun self-acceptance yang lebih kuat.

Dalam mengembangkan self-acceptance, penting untuk mengambil waktu untuk merenung dan refleksi pada diri sendiri. Jangan terlalu keras pada diri sendiri dan jangan biarkan tekanan sosial atau ekspektasi mengambil alih hidupmu.

Dengan membangun self-acceptance yang sehat, generasi Z dapat merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi setiap tantangan hidup.

Mohammad Alfairuzi