M. Reza Sulaiman
Ilustrasi Paylater untuk membeli iphone terbaru. (Freepik)

Punya iPhone keluaran terbaru sudah jadi semacam badge of honor buat banyak Gen Z. Tapi yang jadi masalah, tidak semua orang punya kantong yang cukup tebal untuk beli tunai.

Jadinya, muncullah solusi andalan: pinjaman online atau paylater. Caranya gampang pol. Tinggal unduh aplikasi, isi data, dan iPhone kebanggaan pun sampai di genggaman.

Pertanyaannya, apakah ini tanda pintar mengatur keuangan, atau justru menunjukkan kalau Gen Z sedang masuk ke dalam jebakan tikus gaya hidup konsumtif? Apa sih penyebabnya?

Kenapa Sih Gampang Banget Ngutang Sekarang?

Hidup yang Serba Digital

Mengingat fakta bahwa Gen Z tumbuh beriringan dengan kemajuan teknologi, rasanya tidak heran kalau ini jadi salah satu faktor utama. Kalau dulu orang harus antre panjang di bank untuk mengajukan pinjaman, sekarang cukup lewat aplikasi. Cara ini jadi opsi yang lebih praktis dan sesuai dengan ritme hidup yang serba cepat.

Keterbukaan Data yang Sudah Biasa

Tidak cuma ngomongin soal kemudahan akses, transparansi juga jadi alasan lain. Berdasarkan laporan Mastercard, sekitar 84% anak muda berusia 18-29 tahun setuju untuk memberikan akses data bank mereka untuk mendapatkan kredit atau pinjaman.

Artinya, Generasi Z sudah terbiasa dengan sistem digital yang menuntut keterbukaan data, membuat proses pengajuan pinjaman terasa lebih mulus dan tidak menakutkan.

FOMO & Tuntutan Tampil Kece

Media sosial yang bikin generasi sekarang selalu pengen tampil up-to-date, termasuk punya gawai terbaru, menjadi tekanan yang nyata. News 18 juga menyebut bahwa banyak Gen Z tergoda dengan penawaran EMI (cicilan bulanan) dengan bunga rendah, atau bahkan nol bunga, yang bisa bikin impulsive buying jadi terasa makin gampang dan "masuk akal".

Sisi Gelap di Balik Manisnya Pinjaman Digital

Tentu saja, pinjaman digital tidak selalu manis. Selalu ada risiko di baliknya. Bisa jadi ada bunga "nyeleneh" atau biaya tersembunyi yang sering muncul kalau telat bayar. News 18 menegaskan bahwa meskipun promo nol bunga terdengar menarik, akan selalu ada biaya tambahan yang bikin repot.

Tak hanya itu, data pribadimu juga bisa berisiko jika platformnya tidak aman. Belum lagi jika pinjaman dipakai hanya untuk ikut tren, akhirnya malah bikin cicilan menggunung dan kesehatan finansial jadi berantakan.

Biar Gak Nyesel: 4 Aturan Main Sebelum 'Paylater-in' Sesuatu

Supaya kamu tidak terjebak manisnya pinjaman digital, kamu wajib untuk selalu waspada.

Baca Syarat & Ketentuan dengan Teliti. Jangan cuma scroll dan klik "setuju". Pahami berapa bunga sebenarnya, apa saja denda keterlambatan, dan biaya lainnya.

Pastikan Platformnya Legal. Cek apakah aplikasi atau platform yang kamu pakai sudah resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Atur Bujet Cicilan. Idealnya, total cicilanmu tidak lebih dari 30% dari penghasilan bulananmu. Jangan lebih dari itu.

Bedakan Kebutuhan vs. Keinginan. Ini yang paling penting. Kalau tujuannya hanya untuk pamer atau gengsi, lebih baik dipikir ulang sebelum kamu menyesal.

Pada nyatanya, Generasi Z memang menjadi generasi yang paling adaptif dengan perkembangan teknologi. Tapi, perlu diwaspadai bahwa kemudahan ini bisa menjadi “double-edged sword” atau pedang bermata dua bagi mereka yang tidak bijak menggunakannya.

Jadi, kalau ujung-ujungnya kamu jadi terjebak cicilan yang tidak ada habisnya, mending kamu pikir ulang sebelum beli, atau coba untuk menabung. Jangan sampai gengsi sesaat bikin sengsara berkepanjangan.

Penulis: Flovian Aiko