Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Yanuar Dhuma Ardhiyanto
Tes lari interval wasit Liga 1 di Indonesia (sumber: pssi.org)

Rencana dimulainya kembali kompetisi sepakbola Indonesia 2020 sudah semakin dekat. Tidak hanya pemain dan klub yang sudah mulai fokus berlatih kembali, namun perangkat pertandingan atau yang sering disapa “wasit” juga sudah mulai fokus meningkatkan performanya.

Seperti yang kita ketahui dalam pertandingan sepakbola, seorang wasit harus mampu mengikuti irama permainan selama 90 menit bahkan sampai 120 menit jika terjadi extra-time. Hal tersebut menuntut pengadil lapangan hijau tersebut memiliki tingkat kebugaran yang prima.

Kebugaran fisik tersebut meliputi: daya tahan, kekuatan, kecepatan dan kelincahan. Itulah beberapa aspek yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana wasit melakukan tugasnya di dalam lapangan. Selain aspek fisik, dikutip dari “AFC Refereeing Fitness Training Guidelines” aspek psikologis, teknik, taktikal dan personal merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi konsentrasi dan pengambilan keputusan.

Secara keseluruhan wasit yang bertugas di kompetisi PSSI sudah melewati berbagai macam seleksi, dimulai dari pemberkasan administratif, cek kesehatan, jam terbang memimpin pertandingan, tes analisis, kecakapan berkomunikasi dan tes kebugaran. Dari beberapa item tes tersebut, seorang wasit melakukan seleksi dari Asosiasi PSSI Kota/Kabupaten dia bernaung, kemudian berlanjut ke Asosiasi Provinsi dan diakhiri keputusan PSSI di level nasional.

Kembali ke pembahasan kapasitas fisik seorang wasit, mari kita breakdown apa saja tes fisik yang harus dilakukan. Ada 2 jenis tes kebugaran, yang pertama adalah RSA/repeated sprint ability dan yang kedua Interval Run Test. Terdapat 3 tingkatan tes yang dibedakan menjadi kategori 1, 2 dan 3. Di Indonesia, wasit yang bertugas di level nasional sudah melewati tes kategori 1, yang berarti level tesnya setara Internasional.

Pelaksanaan tes dilakukan di lintasan atletik atau lapangan sepakbola dengan menggunakan kerucut dan garis sebagai pembatas antar area. Tes yang pertama dilakukan adalah RSA (Repeated Sprint Ability), seorang wasit akan melakukan sprint sejauh 40 meter sebanyak 6 kali pengulangan dan di masing-masing pengulangan diberikan istirahat maksimal 60 detik.

ilustrasi repeated sprint ability 40 meter (dutchreferee.com)

Batas waktu RSA (Repeated Sprint Ability) 40 meter:

Putra

  • Kategori 1 maksimal 6,00 detik
  • Kategori 2 maksimal 6,10 detik
  • Kategori 3 maksimal 6,20 detik

Putri

  • Kategori 1 maksimal 6,40 detik
  • Kategori 2 maksimal 6,50 detik
  • Kategori 3 maksimal 6,60 detik

Setelah rangkaian RSA selesai, diberikan waktu istirahat 6-8 menit dan berlanjut ke Interval Run Test. Lari interval tersebut menempuh jarak 4000 m (10 lap). Proses pelaksanaan tes mengikuti audio peluit.

Ilustrasi interval run test. Warna merah (lari 75 m). Warna Biru (jalan 25 m) [footballwest.com.au]

Batas waktu Interval Run Test:

Putra

  • Kategori 1, maksimal 15 detik per 75 meter lari dan 18 detik per 25 meter jalan
  • Kategori 2, maksimal 15 detik per 75 meter lari dan 20 detik per 25 meter jalan
  • Kategori 3, maksimal 15 detik per 75 meter lari dan 22 detik per 25 meter jalan

Putri

  • Kategori 1, maksimal 17 detik per 75 meter lari dan 20 detik per 25 meter jalan
  • Kategori 2, maksimal 17 detik per 75 meter lari dan 22 detik per 25 meter jalan
  • Kategori 3, maksimal 17 detik per 75 meter lari dan 24 detik per 25 meter jalan

Kedua jenis tes kebugaran fisik wasit tersebut memiliki tujuan berbeda. RSA untuk mengukur kemampuan sprint pendek berulang, sedangkan Interval Run Test untuk mengukur speed-endurance. Sebelum seperti sekarang ini, tes kebugaran wasit pernah menggunakan instrumen Cooper Test/lari 12 menit dan lari interval 150 m/50 m. Perubahan model tes tersebut didasarkan penelitian dan perkembangan sepakbola secara global, agar kemampuan wasit reliabel dengan pola permainan sepak bola zaman sekarang.

Yanuar Dhuma Ardhiyanto

Baca Juga