Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Latifah
Ilustrasi Wanita. (pexels.com/@rb-retratos)

Cinta memang tak bisa memilih kepada siapa kita akan menjatuhkan hati. Tapi manusia dianugerahi logika, yang seyogianya bisa menyeimbangkan sisi emosi, sehingga bisa menghindari keputusan yang diambil hanya dengan mementingkan keegoisan diri.

Saat hati terpaut pada pria beristri, ada beberapa hal yang perlu kamu pikirkan matang-matang sehingga tak salah jalan. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.

1. Mengapa kamu menyukainya

Sebelum memutuskan menjauh atau nekat mengikuti perasaanmu, kamu perlu menyelami terlebih dahulu alasan kenapa kamu jatuh cinta padanya, walaupun ia sudah ada yang punya.

Jika karena perhatian, bukankah masih banyak pria lain yang statusnya belum milik orang, yang bisa memberimu perhatian yang sama, bahkan lebih?

Atau sebenarnya karena kamu merasa tertantang untuk mendapatkan cinta yang sejatinya, terlarang? Jika memang nanti sudah dimiliki, apakah yakin, dirimu akan bahagia setelah merusak rumah tangga orang?

2. Bagaimana dengan nasib anak istrinya

Hal penting yang harus kamu pikirkan matang-matang, supaya tak hanya mengandalkan hati dalam mengambil keputusan, adalah bagaimana kondisi anak istrinya nanti, ketika kamu bersikukuh menjalin hubungan dengan dia yang sudah beristri.

Pikirkan betapa remuk redam hati sang istri ketika tahu bahwa suami, lelaki yang selama ini telah berikrar untuk setia, ternyata mendua. Dan pikirkan pula nasib anaknya yang harus berpisah dari ayahnya sendiri akibat keegoisanmu untuk jatuh pada cinta yang salah.

3. Apakah perasaannya benar-benar tulus?

Boleh saja kamu tetap merusak rumah tangga orang dengan dalih perasaanmu tulus padanya. Tapi bagaimana dengan dia?

Benarkah ia sungguh tulus atau hanya karena khilaf sesaat akibat tak tahan dengan godaan dari wanita yang seharusnya tak boleh ia jatuh cinta?

4. Akankah kamu sanggup menanggung semua konsekuensi

Apa yang kamu tanam, itu pula yang kamu tuai. Saat ini mungkin kamu masih dibutakan dengan perasaan cintamu padanya, meski terlarang.

Tapi pikirkan kembali konsekuensi dari keputusanmu untuk tetap bersamanya, meski sudah berkeluarga. Mau tak mau, kamu akan terus dicap sebagai orang ketiga perusak rumah tangga orang. Meskipun sebenarnya, pihak lelaki pun tak kalah salah.

Pikirkan pula bagaimana kondisi orang tuamu yang harus menanggung malu, anaknya yang dibesarkan dengan harapan bisa jadi pribadi yang membanggakan, harus kalah dengan perasaan, dan melakukan hal memalukan. Yakinkah dirimu ingin membalas semua pengorbanan mereka dengan aib yang harus mereka terima akibat perilakumu?

5. Yakinkah kamu akan menemukan cinta hakiki padanya?

Meski nantinya kamu telah “menang” memisahkan dia dari istri yang dulunya dicinta, dan memilih untuk bersamamu. Yakin, kalau yang kamu raih saat ini adalah cinta yang hakiki?

Tidakkah dirimu akan terus dihantui rasa bersalah telah merusak rumah tangga sesama kaum wanita, dan terus bertanya-tanya dalam diri, apakah lelaki yang saat ini kamu cinta ke depannya akan tetap setia atau berlaku sama, berkhianat ketika menemukan wanita lain yang mungkin akan lebih menarik darimu saat ini?

Jika hatimu masih terketuk, maka kuatlah! Jangan biarkan rasa cinta mengubur nurani yang ada, dan apabila sulit mengendalikan perasaan yang kamu miliki, maka menjauh dan putus kontak sama sekali adalah pilihan terbaik. Setidaknya kamu telah menang melawan hawa nafsu yang berbalut cinta.

Latifah