Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin
Seremoni penyerahan bibit anggur oleh Tim Pengabdi kepada KWT Sidoluhur disaksikan oleh perangkat Desa Kalurahan Condong Catur.(Istimewa)

Data World Integrated Trade Solution (WITS) Bank Dunia menunjukkan jumlah Impor buah komoditas anggur segar nasional tahun 2022 mencapai USD 303,4 juta atau senilai Rp 4,96 triliun. Bahkan sebelum Pandemi Covid-19 tembus angka 115,72 juta kilogram dengan nilai perdagangan sebesar USD 372,59 juta atau Rp 5,58 triliun. Guna memenuhi target nasional pemenuhan buah anggur, diperlukan program substitusi impor dari dalam negeri untuk menekan ketergantungan impor buah.

Menjawab kebutuhan tersebut, Kelompok Wanita Tani (KWT) Sidoluhur menginisiasi penanaman dan pembibitan anggur dengan target produksi 15 kg per pohon di Dusun Tiyasan Condongcatur Sleman. Sebanyak 50 bibit pohon anggur sudah ditanam di setiap rumah penduduk dengan estimasi produksi sebanyak 750 kg pada musim panen 8 (delapan) bulan masa tanam.

Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda kerja tim dosen dan mahasiswa Universitas Sanata Dharma (USD) dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat (Abdimas) bekerja sama dengan KWT Sidoluhur, Dusun Tiyasan, Kalurahan Condong Catur, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan skema pemberdayaan berbasis masyarakat.

“Sebelum menginiasi kegiatan ini, kami mengawali dengan kegiatan sharing dan FGD (focus group discussion) bersama KWT Sidoluhur yang dilanjutkan dengan pelatihan dan penanaman anggur sepanjang Juli sampai dengan September 2024,” ujar ekonom Universitas Sanata Dharma sekaligus koordinator tim pengabdian Masyarakat, Antonius Budisusila.

Menurut Antonius Budisusila, data Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia menunjukkan 3 jenis buah yang mendominasi dalam pasar impor buah nasional adalah apel, anggur, dan jeruk mandarin. Keterbatasan lahan perkotaan yang sempit dan kondisi cuaca di Indonesia menjadikan anggur sebagai komoditas buah yang paling potensial untuk dibudidayakan.

Selain itu program pengabdian ini menjadi stimulan dari agenda besar nasional untuk penerbitan sertifikasi penyebaran varietas anggur ke kawasan lain di Yogyakarta. Harapannya, ke depan pertanian anggur semakin meriah dan menarik minat kelompok tani di regional dan nasional.

“Gerakan ini menurut saya sudah sesuai dengan arahan Dirjen Hortikultura untuk menekan volume buah anggur sebesar 20% pada tahun 2030,” meskipun harus menjaga kualitas bibit yang beredar, asupan kebun, dan harga pasar output, serta keseimbangan ekologis, ujarnya.

Dengan kolaborasi antara akademisi dan kelompok KWT, program ini diharapkan dapat memperkuat kelembagaan dan manajemen sebagai pusat pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi dan ketahanan pangan yang inklusif di Yogyakarta. Tim dosen dan mahasiswa dari kedua universitas terus mendampingi KWT dalam mengatasi tantangan yang ada dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat melalui kegiatan pertanian yang berkelanjutan.