Pertama kali digelar pada 1977, Jazz Goes to Campus (JGTC) kini menjadi festival jazz tertua di Indonesia sekaligus festival jazz tertua di Asia. Konsisten digelar 48 tahun tanpa jeda, JGTC tidak hanya menjadi panggung musik bergengsi, tetapi juga simbol bagaimana generasi muda mampu merawat sekaligus menghidupkan warisan budaya.
Tahun 2025 ini, JGTC kembali hadir dengan tema “Serenading Jazz for the Youth”. Tema ini membawa semangat untuk menjaga akar jazz sekaligus memperkenalkannya secara relevan kepada generasi muda.
Momentum tahun ini juga menjadi penanda penting dalam perjalanan menuju usia emas ke-50, sebuah milestone bersejarah yang tidak hanya menegaskan konsistensi JGTC selama hampir setengah abad, tetapi juga membuka babak baru dalam mewariskan semangat jazz kepada generasi berikutnya.
Jazz untuk Semua Generasi
Puncak acara JGTC Festival 2025 akan digelar pada 9 November 2025 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, menghadirkan kolaborasi musisi lintas generasi. Deretan nama besar seperti Raisa, Tulus, Maliq & D’Essentials, Tompi, Ardhito Pramono, Monita Tahalea, Rahmania Astrini, Barasuara, dan Reality Club siap memberi warna berbeda di panggung utama.
Tak hanya itu, para legenda dan maestro jazz Indonesia seperti Candra Darusman dan Barry Likumahuwa akan tampil bersama musisi muda berbakat seperti Adikara dan Rafi Sudirman, menegaskan semangat regenerasi yang menjadi roh Jazz Goes to Campus.
Sebagai highlight spesial, JGTC 2025 juga menghadirkan Tribute to Stevie Wonder by Barry Likumahuwa & The Rhythm Service dan Galaxy Big Band ft. Alonzo Brata yang akan membawakan Tribute to Frank Sinatra. Kolaborasi istimewa antara Candra Darusman, Monita Tahalea, Ardhito Pramono, dan Bilal Indrajaya juga akan menghadirkan Special Set Album Detik Waktu #2 Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman sebagai sajian eksklusif tahun ini.
“Alhamdulillah, di tahun ke-48 ini JGTC masih bisa berdiri kokoh dan menghadirkan jazz berkualitas. Saya mewakili seluruh panitia berharap kelancaran JGTC Festival pada 9 November mendatang. JGTC selalu berusaha menjadi ruang berkarya, terutama bagi musisi muda yang ingin berkembang,” ujar Ravandika Radhi, Project Officer The 48th JGTC.
Gerakan Budaya dan Dampak Nyata
Bukan sekadar festival musik, JGTC berkembang sebagai cultural movement yang melibatkan generasi muda dalam menghidupkan komunitas musik diantaranya ITB Jazz, UNJazz, Komunitas Jazz dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Komunitas Jazz Universitas Pelita Harapan (UPH), Margo Friday Jazz, dan masih banyak lagi.
Rangkaian pre-event seperti JGTC Roadshow UI, Workshop & Community Night, Margocity Jazz Night, dan Sarinah Jazz Night membuka ruang interaksi langsung antara musisi dengan audiens muda, serta menghadirkan edukasi jazz yang lebih intim.
“Keberadaan JGTC adalah bukti nyata bahwa generasi muda mampu menghadirkan festival berskala internasional dengan tetap menjaga nilai edukasi, inklusivitas, sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Kiki Verico, Ph.D., Wakil Dekan FEB UI.
Selain mendukung ekosistem musik, tahun ini JGTC juga memperluas kontribusi sosial melalui penyaluran dana abadi beasiswa FEB UI, membantu mahasiswa yang membutuhkan serta memperkuat komitmen sustainability dalam penyelenggaraan acara.
Sebagai bagian dari semangat regenerasi, JGTC juga menghadirkan JGTC Competition, sebuah ajang kompetisi yang ditujukan bagi musisi muda berbakat untuk menunjukkan kreativitas, improvisasi, dan kemampuan bermusik mereka. Kompetisi ini bukan hanya menjadi wadah untuk mencari talenta baru, tetapi juga sarana untuk mempertemukan komunitas jazz dari berbagai daerah dalam satu ekosistem yang saling mendukung.
Pemenang pada JGTC Competition tahun ini adalah Blue Matter Trio, berhasil memenangkan uang tunai senilai Rp. 15,000,000 dan akan tampil di atas panggung JGTC Festival.
Dukungan Pemerintah dan Stakeholders
Pemerintah pun menegaskan dukungannya terhadap keberlanjutan JGTC. “Yang saya salut dari mahasiswa penyelenggara JGTC adalah konsistensinya. Dalam festival musik, ada empat dampak utama: ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. JGTC sudah menunjukkan perhitungannya ke arah sana.
Inilah yang membuatnya layak jadi contoh bagi universitas lain,” kata Dr. Mohammad Amin, Direktur Industri Kreatif Musik pada Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Sementara itu, musisi muda Rafi Sudirman menekankan bahwa JGTC adalah ruang penting untuk berkolaborasi. “Melalui JGTC, kami diberi kesempatan untuk tidak hanya tampil, tetapi juga bereksperimen, bertukar ide, dan memperluas relasi. Kolaborasi lintas genre adalah salah satu strategi efektif agar jazz tetap diminati generasi muda di era digital.”
Pendiri JGTC, Candra Darusman, menegaskan pentingnya keberlanjutan festival ini. “Sejak awal berdiri, JGTC selalu dikelola oleh mahasiswa yang terus berganti tiap tahunnya. Tugas kita bersama adalah untuk memastikan warisan ini tetap hidup,” ujarnya.
Senada, Chico Hindarto, Ketua Forum Jazz Indonesia, menambahkan: “Saya harap JGTC tidak hanya dirawat, tetapi juga terus tumbuh, berkembang, dan menjadi festival yang mampu menjaga relevansi jazz di tingkat nasional maupun internasional.”
Evaluasi dan Perbaikan Menuju Usia Emas
Press conference The 48th JGTC yang digelar di Sarinah, Jakarta, juga menandai komitmen bersama seluruh pihak untuk menjaga keberlanjutan festival ini. Dari pemerintah, akademisi, musisi, hingga komunitas, semua sepakat bahwa JGTC adalah bagian penting dari ekosistem musik Indonesia yang patut dijaga dan terus dikembangkan.
Tidak hanya fokus pada sajian musik, JGTC 2025 juga menunjukkan komitmen kuat dalam melakukan evaluasi menyeluruh dari penyelenggaraan tahun lalu. Panitia mencatat sejumlah masukan dari penonton, mulai dari rundown yang molor, antrean panjang di pintu masuk, hingga kondisi venue yang becek akibat hujan deras. Perbedaan pengalaman antara area reguler dan VIP, serta keterbatasan fasilitas seperti mushola dan akses parkir, juga menjadi perhatian khusus.
Sebagai respons, tahun ini panitia menghadirkan sejumlah perbaikan nyata. Setiap pembeli tiket akan mendapatkan jas hujan gratis untuk memastikan kenyamanan penonton jika cuaca kembali tidak bersahabat. Area VIP dan reguler ditata ulang dengan perbaikan sistem drainase agar lebih nyaman dan tidak becek, sementara akses masuk diperluas untuk mengurangi antrean panjang. Fasilitas pendukung juga ditingkatkan agar pengalaman festival lebih inklusif dan ramah bagi semua kalangan.
“Evaluasi dan perbaikan adalah bagian dari komitmen kami untuk menjaga keberlanjutan JGTC. Kritik dan masukan dari penonton tahun lalu menjadi pelajaran berharga agar tahun ini JGTC dapat memberikan pengalaman yang lebih baik, nyaman, dan berkesan bagi semua,” jelas Ravandika Radhi, Project Officer The 48th JGTC.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, serta semangat untuk terus belajar dan berbenah, The 48th Jazz Goes to Campus siap memasuki babak baru menuju usia emasnya. Catat tanggalnya: 9 November 2025 di FEB UI, Depok — mari rayakan perjalanan jazz lintas generasi bersama Jazz Goes to Campus.
Baca Juga
-
Suara Bergetar, Ferry Irwandi Klarifikasi usai Jadi Korban Framing IG Story
-
Dari MBG ke Bantuan Pangan, Menkeu Purbaya Pastikan Dana Negara untuk Rakyat
-
Kabur dari Amarah Publik, Ahmad Sahroni Muncul Lagi di Balik Layar Munas IMI
-
Prompt Gemini AI untuk Tren Foto Viral 'Bertemu Diri Sendiri', Auto Nostalgia
-
Hampir 27 Ribu Puntung Rokok Dikumpulkan di Pantai Sanur Dalam Sejam, Jadi Alarm Lingkungan
Artikel Terkait
-
Beranggotakan Anak Ian Kasela, Band NAVA Rilis "Rayakan Dunia Baru" yang Usung Alternative Rock
-
Konser Miliaran Cinta: Kolaborasi Yovie Widianto dan Andi Rianto yang Spektakuler
-
Debut Jadi Penyanyi, Barbie Arzetta Rilis Lagu Menahan Rindu
-
Bukan Cuma Omongan, Ahmad Dhani Kirim 'Surat Sakti' Bebaskan Royalti Lagu Dewa 19 untuk Pelaku Usaha
News
-
Dari MBG ke Bantuan Pangan, Menkeu Purbaya Pastikan Dana Negara untuk Rakyat
-
Kabur dari Amarah Publik, Ahmad Sahroni Muncul Lagi di Balik Layar Munas IMI
-
Sebut Mau Rampok Uang Negara, Harta Wahyudin Moridu Tercatat Minus
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
Terkini
-
Suara Bergetar, Ferry Irwandi Klarifikasi usai Jadi Korban Framing IG Story
-
Prompt Gemini AI untuk Tren Foto Viral 'Bertemu Diri Sendiri', Auto Nostalgia
-
Hampir 27 Ribu Puntung Rokok Dikumpulkan di Pantai Sanur Dalam Sejam, Jadi Alarm Lingkungan
-
Dari Jakarta ke Coachella, Gimana Sih Cara NIKI Akhirnya Bisa Mendunia?
-
Review Film A Big Bold Beautiful Journey: Kisah Cinta yang Melintasi Waktu!