Di tengah situasi mencekam akibat terjadinya genosida di Palestina, banyak orang yang melakukan aksi boikot terhadap merek-merek tertentu yang terafiliasi dengan Israel, salah satunya adalah restoran cepat saji McDonalds.
Ketika orang-orang memboikot McDonalds untuk menunjukkan dukungan terhadap Palestina, Lisa BLACKPINK baru-baru ini tertangkap kamera sedang menikmati makanan dari restoran cepat saji tersebut, sehingga menuai reaksi keras.
Dalam akun Instagram resmi LLOUD, label pribadi Lisa, sebuah video di balik layar perjalanan Lisa ke Paris untuk acara Louis Vuitton Fall/Winter Fashion Show telah diunggah.
Dalam video tersebut, Lisa memukau netizen dengan sosoknya yang sempurna dan selera fashion-nya yang mewah dan mengesankan. Namun, mata netizen yang jeli melihat hal yang seharusnya tak dilakukan oleh Lisa.
Dalam cuplikan video tersebut, Lisa sedang makan makanan dari McDonalds sehingga menarik perhatian.
Saat ini, McDonalds sedang diboikot secara besar-besaran sebagai bagian dari gerakan BDS, yang berfungsi untuk mengakhiri dukungan internasional terhadap penindasan Israel terhadap warga Palestina dan menekan Israel untuk mematuhi hukum internasional.
Gerakan BDS meminta masyarakat untuk memboikot merek-merek yang sebelumnya menunjukkan dukungan terhadap Israel, termasuk Starbucks dan McDonalds.
Beberapa netizen dan penggemar pun merasa kecewa melihat Lisa terang-terangan menyantap makanan dari McDonalds. Sebagai artis yang popularitasnya mendunia, seharusnya ia memperhatikan isu-isu seperti ini.
"Dia makan McDonalds? Apakah kamu tidak tahu Lisa, bahwa sekarang sedang terjadi genosida? Bahkan anak-anak tahu soal ini. Dan kamu bukan hanya memakannya, tapi juga menunjukkannya pada jutaan orang sehingga sama saja kamu mempromosikannya. Aku menyesal telah mendukungmu selama ini," tulis akun @Nash****.
"Lisa kita seharusnya memboikot McDonalds," tulis akun @pnks****.
"Ada banyak pilihan makanan dan dia masih memilih Mcd," tulis akun @TAE7****.
Sementara itu, beberapa agensi dan artis K-pop sebelumnya telah banyak dikritik karena mempromosikan merek-merek yang diboikot seperti Starbucks, salah satunya solois Jeon Somi yang mendapat komentar kebencian setelah mengunggah video dirinya memamerkan gelas Starbucks.
Sebagai figur publik dengan popularitas yang tidak main-main, para selebritis K-Pop diharap agar lebih aware terhadap isu genosida di Palestina dengan tidak mempromosikan atau mengonsumsi produk-produk yang diboikot. Bagaimana menurutmu?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Mengenal ANBK: Penjelasan, Fungsi, dan Jadwal Pelaksanaannya Selama 2024
-
Cara Cek Jumlah Pelamar CPNS 2024, Instansi Mana yang Banyak Peminat?
-
Bergenre Thriller, Intip Pemeran Utama Drama Korea 'Such a Close Traitor'
-
Usung Genre Misteri, Intip 5 Pemeran Utama Drama Korea Bertajuk Pigpen
-
Sinopsis 'Love on a Single Log Bridge', Drama Korea Terbaru Joo Ji Hoon
Artikel Terkait
-
Boikot Starbucks di Timur Tengah Berakibat Fatal, 2.000 Karyawan Diberhentikan
-
Wow, Kabupaten di Aceh Sudah Terapkan Makan Siang Gratis, Dari Mana Sumber Dananya?
-
Legislator dari PDIP Usul Bentuk Kementerian Khusus Urus Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran
-
Starbucks Boncos Gara-gara Aksi Boikot Israel, Segera PHK Massal Karyawan
-
Kementerian Kelautan dan Perikanan Bakal Terlibat dalam Progam Makan Siang Gratis? Begini Kata Menteri KKP
Entertainment
-
Debut 23 Juni, THEBLACKLABEL Perkenalkan Member Grup Co-ed ALLDAY PROJECT
-
Rilis Teaser, Film The Lost Bus Suguhkan Aksi Penyelamatan yang Dramatis
-
BOYS II PLANET Mulai Produksi, Simak Format Debut dan Tanggal Tayangnya
-
Doyoung NCT Mengenang Indah di Lagu Comeback Solo Terbaru Bertajuk Memory
-
7 Rekomendasi Film Romantis Korea yang Bikin Baper dan Terharu
Terkini
-
Ulasan Lagu Answer oleh ATEEZ: Pesan Kuat dari Perjalanan Mencari Jati Diri
-
Tragisnya Pemain Keturunan Malaysia, Dinaturalisasi Hanya untuk Bermain di JDT!
-
Dampak Nikel terhadap Ikan Pari dan Penyu: Raja Ampat Sudah Tak Aman
-
Review Film Love and Leashes, Eksperimen Cinta yang Unik di Dunia Kerja
-
Budaya Me Time: Self-Care, Self-Reward, atau Konsumerisme Terselubung?