Sony Pictures Animation dikenal sebagai perusahaan produksi yang meluncurkan film Spider-Man: Into the Spider-Verse dan Spider-Man: Across the Spider-Verse. Keduanya menorehkan prestasi di box office maupun di sejumlah ajang penghargaan.
Meski teknologi terus berkembang dan banyak film mulai menggunakan animasi buatan AI (Artificial Intelligence), tim produksi memutuskan untuk tidak menggunakan teknologi tersebut dalam sekuel Spider-Verse terbaru mereka bertajuk Spider-Man: Beyond the Spider-Verse.
Produser Christopher Miller menegaskan bahwa film Beyond the Spider-Verse tidak akan menggunakan teknologi AI generatif. Ia menulis pernyataan tersebut di platform X sebagai jawaban kepada seorang penggemar yang meminta Sony Animation untuk tidak menggunakan AI.
"Tidak ada AI generatif dalam Beyond the Spider-Verse dan tidak akan pernah ada. Tujuan utama film ini adalah menciptakan gaya visual baru yang belum pernah dilihat dalam film studio CG, bukan meniru karya seniman lain," tulis Christopher Miller, dikutip pada Selasa (4/6/2024).
Christopher Miller merespons beberapa hari setelah Tony Vinciquerra, pimpinan dan CEO Sony Pictures Entertainment memberi penyataan kontroversial bahwa studio tersebut sangat tertarik pada kecerdasan buatan (AI) dan akan menggunakannya untuk menghemat biaya dan mempermudah proses produksi.
Tony lebih lanjut memaparkan bahwa kesepakatan yang dihasilkan dari aksi mogok tahun lalu dan kesepakatan yang akan datang dari negosiasi dengan IATSE dan Teamster akan memberikan gambaran tentang bagaimana akan menggunakan AI.
Ini bukan kali pertama bagi Christopher Miller bersama mitra produksi, serta co-writer, Phil Lord, menentang penggunaan AI generatif dalam proses produksi film animasi.
Christopher Miller berkata pada Fortune tahun lalu bahwa kecerdasan buatan tidak akan menciptakan sesuatu yang baru dan orisinal. Menurutnya, AI hanya akan meniru hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Sebagai manusia, tugas kita adalah terus menciptakan hal-hal baru.
Pada konferensi pers bulan November tahun lalu, Christopher melontarkan kritik bahwa AI seharusnya hanya digunakan sebagai tools untuk menyederhanakan beberapa pekerjaan membosankan dalam proses menciptakan karya kreatif, bukan untuk menciptakan karya itu sendiri.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Sukses Lambungkan Namanya, Idris Elba Justru Belum Pernah Nonton Serial The Wire
-
Cetak Rekor Lagi, F1 Jadi Film Apple Pertama yang Tembus 250 Juta Dolar
-
Duel Makin Memanas, Anime Record of Ragnarok Season 3 Rilis Desember 2025
-
Bujet Membengkak, Warner Bros Pilih Tunda Produksi Film Terbaru Tom Cruise
-
The Cat in the Hat Kini Hadir dalam Film Animasi, Ini Trailer Resminya
Artikel Terkait
-
Mengenang Kembali Karya-Karya Papa T Bob Lewat Film Musikal Iyus Jenius
-
5 Film Netflix yang Diangkat dari Buku Nonfiksi, Sudah Nonton?
-
Google Investasi Rp 243 Miliar di Asia Pasifik, Termasuk Indonesia
-
Ketegangan Aksi Teroris dan Manusia Serigala dalam Film Illang: The Wolf Brigade
-
Melihat Perspektif Keoptimisan dari Keluarga Bebek dalam Film Migration
Entertainment
-
Detective Conan One-eyed Flashback Tayang di Indonesia September 2025
-
Debut Tak Memuaskan di Box Office, Produser Ngaku M3GAN 2.0 Flop
-
8 Rekomendasi Film Horor yang Dibintangi Anya Taylor-Joy, Ada Favoritmu?
-
Momen Viral di Konser BLACKPINK, Ada Naeyon, Jihyo hingga Red Velvet
-
Doh Kyung Soo Galakkan Semangat Bernyanyi Bersama di Lagu Baru, Sing Along
Terkini
-
4 Moisturizer Lokal Kandungan Collagen, Rahasia Kulit Kencang dan Kenyal!
-
Menjalani Hidup Baik dengan Cara Realistis di Buku The Art of the Good Life
-
A World Where the Sun Never Rises: Aimer untuk Kegelapan Infinity Castle
-
Gabung Buriram United, Shayne Pattyanam Masih Berpeluang Dipanggil Timnas?
-
Jempol Lincah, Otak Rebahan: Fenomena Nyinyir Zaman Now