Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Arifa Radhiyya
Potret Mingyu dan Wonwoo (Soompi)

Lagu 'Bittersweet' oleh Mingyu dan Wonwoo SEVENTEEN ft. LeeHi terasa seperti pengakuan lirih seseorang yang merasakan cinta, tapi tak pernah berani menyebutnya nyata.

Sejak awal, liriknya sudah membawa kita masuk ke dalam rasa bingung dan lelah dari hubungan yang terasa dekat tapi tak pernah bisa digenggam sepenuhnya. Seperti dalam bait “I get close, it goes farther,” lagu ini menggambarkan cinta yang semakin dikejar justru semakin menjauh.

Analogi “One you and two moons,” memperkuat ketidakseimbangan itu, satu orang yang disukai, tapi dua dunia yang tak bisa disatukan. Rasanya seperti sedang berjalan berdampingan tapi di jalur yang berbeda, saling melihat tapi tak bisa menyatu.

Lagu ini mencapai intinya pada lirik, “Eyes meeting but hearts apart, so sweet and so bitter,” yakni cinta yang manis karena ada rasa, tapi pahit karena tidak bisa bersama.

Perasaan seperti ini sangat relate, terutama bagi siapa pun yang pernah ada dalam situasi “hampir”, yaitu hampir jadi, hampir bisa, hampir sama rasa.

Dan ketika liriknya berbunyi “If I give my hand and expect your heart, my selfishness grows to a flaw,” kita bisa merasakan konflik batin seseorang yang ingin lebih dari situasi ini, tapi sadar bahwa harapan itu bisa berubah jadi beban.

Lalu datang pengakuan yang paling jujur, “I’m okay, not okay.” Kalimat pendek ini seperti cermin untuk semua kepura-puraan yang kita lakukan supaya terlihat kuat, padahal kontras dengan kondisi hati.

Lagu ini juga menggambarkan bagaimana imajinasi bisa menyiksa. Dalam diam, seseorang bisa tenggelam dalam harapan yang tak ada ujung, seperti dalam lirik “Ruinous imagination consumes me, makes me dream sweeter dreams.” Kadang, bukan kenyataan yang menyakitkan, tapi bayangan 'what if' yang terus berputar di kepala.

Ketika pada akhirnya harus melepas, muncul lirik yang paling ironis, “Don’t want to let go so I let go.” Tak ingin melakukannya, tapi sadar bahwa mempertahankan hanya akan menyakiti dua hati yang tak bisa saling bersama.

Lirik “Filling the void between us, filling the heart with more emptiness,” juga menunjukkan betapa cinta yang nggak tersampaikan justru bisa meninggalkan kekosongan yang lebih dalam. Hubungan ini seperti ruang kosong yang terus diisi, tapi yang masuk malah kehampaan. Usaha untuk memperbaiki jarak malah membuat luka makin terasa.

“I stand still before you before me,” menyiratkan betapa dua orang bisa berdiri saling berhadapan, tapi sama-sama terjebak dalam keraguan. Mungkin kamu pernah merasa seperti ingin bicara, ingin melangkah, tapi diam karena takut kehilangan yang bahkan belum pernah benar-benar kamu miliki.

Lalu ada baris “Scnt of a moment fill both hands,” tentang aroma kenangan yang terasa nyata, meski wujudnya tak bisa disentuh. Seperti saat mencium aroma parfum seseorang dan seketika terbawa kembali ke memori yang dulu hangat.

Saat liriknya berbunyi “You and me, we see together. Will our eyes ever meet each other,” kita dibawa pada pertanyaan eksistensial dalam sebuah hubungan yang tak pernah dimulai, 'apakah kita pernah benar-benar saling melihat, atau hanya berdampingan karena tak ingin merasa sendiri?'

'Bittersweet' bukan lagu cinta bahagia, tapi juga bukan tentang patah hati sepenuhnya. Lagu ini bicara tentang perasaan ambigu, manis sekaligus pahit.

Cinta dalam lagu ini bukan soal memiliki, melainkan soal menerima bahwa tidak semua rasa harus berujung pada kebersamaan. Dan kadang, mencintai juga berarti tahu kapan harus merelakan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Arifa Radhiyya