Bimo Aria Fundrika | Anggia Khofifah P
NewJeans (allkpop.com)

Kabar besar mengguncang dunia K-pop. Grup NewJeans, yang kini juga dikenal dengan nama NJZ, baru saja memenangkan gugatan perdata melawan seorang YouTuber yang terbukti melakukan pelecehan seksual dan menyebarkan konten merugikan.

Kemenangan ini disambut hangat oleh penggemar, namun juga menjadi pengingat tegas bahwa pelecehan daring terhadap artis, apalagi yang masih di bawah umur, bukanlah tanpa konsekuensi hukum.

Mengutip Allkpop pada Senin (11/8/2025), Pengadilan Distrik Barat Seoul, Divisi Perdata 13, mengabulkan sebagian gugatan ganti rugi yang diajukan kelima anggota NewJeans terhadap seorang YouTuber berinisial Shin.

Putusan itu memerintahkan Shin membayar 5 juta won (sekitar Rp58 juta) masing-masing kepada Minji, Hanni, dan Danielle, serta 7 juta won (sekitar Rp81 juta) kepada Haerin dan Hyein.

Totalnya, 29 juta won atau sekitar Rp339 juta. Karena Shin tidak mengajukan banding, putusan tersebut berkekuatan hukum tetap sejak 22 Juli 2025.

Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa pada April hingga Mei 2024, Shin mengoperasikan dua kanal YouTube yang memuat lebih dari 20 video hasil editan penampilan panggung dan konten asli NewJeans.

Dalam video itu, ia mengganti lirik lagu "Cookie" menjadi “thickness” dan mengubah frasa “greet brightly” menjadi istilah vulgar bernuansa seksual. Komentar yang ia tinggalkan pun tak kalah ofensif, termasuk, “Saya ingin menjadikannya ibu dari banyak anak.”

Kebanyakan komentar diarahkan kepada anggota yang masih di bawah umur. Tak heran jika publik bereaksi keras. ADOR, agensi NewJeans, bergerak cepat. Pada Juni 2024 mereka mengajukan tuntutan pidana dan gugatan perdata, menuntut ganti rugi 20 juta won (sekitar Rp233 juta) per anggota atau total 100 juta won (sekitar Rp1,1 miliar).

Kasus ini menjadi sorotan besar di kalangan penggemar K-pop. Bukan hanya karena melibatkan nama besar seperti NewJeans, tetapi juga karena menunjukkan sikap tegas artis dan manajemen melawan pelecehan daring.

Banyak penggemar memuji langkah berani mereka, berharap putusan ini memberi efek jera kepada pelaku pelecehan terhadap idola.

Namun di balik kemenangan hukum ini, ada bayang-bayang masalah lain. Konflik kontrak antara kelima anggota dengan ADOR masih belum selesai.

Pada November 2024, mereka menggelar konferensi pers darurat, menyatakan pemutusan kontrak eksklusif karena hilangnya kepercayaan. Segera setelah itu, mereka mengumumkan nama baru, NJZ, untuk memulai aktivitas independen.

ADOR tak tinggal diam. Agensi itu menggugat ke pengadilan untuk memastikan kontrak tetap berlaku. Mereka juga meminta penetapan status sebagai agensi resmi dan melarang anggota menandatangani kontrak iklan tanpa persetujuan. Pengadilan mengabulkan permintaan ini, membatasi gerak NJZ secara signifikan.

Menurut laporan Sisa Journal, awal 2025 pengadilan bahkan menetapkan sanksi denda 1 miliar won (sekitar Rp11 miliar) per anggota, per kegiatan, jika mereka melakukan aktivitas independen tanpa izin. Posisi NJZ pun kian sulit. Meski begitu, dukungan penggemar tak surut.

Mediasi terbaru untuk gugatan keabsahan kontrak dijadwalkan pada 14 Agustus 2025. Publik menunggu, apakah jalan damai dapat ditemukan atau keduanya akan terus bertarung di meja hijau.

Terlepas dari konflik internal, kemenangan NewJeans melawan Shin menjadi tonggak penting. Ini bukan sekadar perlindungan nama baik, tapi juga pengakuan bahwa pelecehan daring memiliki konsekuensi hukum nyata. Terutama bagi korban yang masih di bawah umur.

Langkah hukum yang mereka tempuh diharapkan menginspirasi artis lain. Industri hiburan, khususnya K-pop, dituntut menyediakan lingkungan aman, fisik maupun mental, bagi para talenta mudanya.

Masa depan NJZ masih penuh tanda tanya. Tapi satu hal sudah jelas: mereka berani melawan ketidakadilan, dari pihak luar maupun dalam industri. Dan keberanian itu, mungkin, adalah kunci untuk mempertahankan martabat dan hak sebagai seniman.

Anggia Khofifah P