Hayuning Ratri Hapsari | Raysazahra A.M
Film Good Boy (Independent Film Company)
Raysazahra A.M

Ada beberapa hal yang biasanya tidak disukai penonton dalam sebuah film, salah satunya yang memuat unsur kekerasan pada hewan. Topik ini belakangan mencuat usai trailer film Good Boy dirilis beberapa waktu lalu.

Film horor tersebut pertama kali tayang awal tahun ini di ajang South by Southwest Festival, di mana ia mendapat pujian tinggi dan awalnya direncanakan hanya rilis terbatas di bioskop tahun ini.

Namun setelah trailer-nya mendapat respons begitu besar dengan lebih dari 1 juta views hanya dalam 24 jam, IndieWire melaporkan bahwa Good Boy kini akan diputar secara luas di bioskop mulai 3 Oktober mendatang.

Trailer Good Boy pertama kali dirilis pada 19 Agustus lalu dan sudah ditonton lebih dari 1,7 juta kali, ditambah 1,6 juta tontonan lewat akun IGN.

Cuplikan tersebut juga memicu perbincangan luas, bahkan pencarian Google untuk kata kunci “Does the dog in Good Boy die” melonjak lebih dari 2.000 persen.

Penonton dibuat bertanya-tanya apakah sang anjing akan selamat? Untungnya, jawabannya adalah iya. Sang sutradara tidak menempatkan anjing itu dalam bahaya, apalagi karena hewan tersebut memang adalah anjing pribadinya sendiri.

Meski begitu, horor yang disajikan tetap terasa menyayat hati, sebab anjing itu sama sekali tak memahami apa yang terjadi pada tuannya.

Dengan durasi 72 menit, film garapan Ben Leonberg ini menghadirkan kisah horor yang sepenuhnya diceritakan dari sudut pandang seekor anjing.

Film ini bermula setelah kematian salah satu anggota keluarga. Todd memutuskan pindah bersama anjingnya, Indy, ke sebuah rumah tua di pedesaan yang dulunya dimiliki sang kakek.

Meski rumah itu dikenal angker, Todd mengabaikan semua peringatan yang ada. Namun, Indy mulai menyadari kehadiran makhluk-makhluk gaib mengerikan yang tak terlihat oleh manusia, tapi nyata baginya.

Karena tak bisa menyampaikan rasa takutnya pada Todd, Indy terpaksa menghadapi dan mencoba memahami kekuatan jahat yang mengancam tuannya.

Seiring meningkatnya aktivitas supranatural, kesetiaan seekor anjing pun diuji habis-habisan dalam perjuangan terakhirnya untuk melindungi sang pemilik.

Film ini dibintangi Larry Fessenden, Arielle Friedman, Shane Jensen, Anya Krawcheck, Stuart Rudin, serta tentu saja Indy, sang anjing yang menjadi bintang utama.

Good Boy meraih skor hampir sempurna, 95 persen dari 20 ulasan kritikus di situs Rotten Tomatoes. Tetapi angka ini masih berpotensi berubah seiring perilisan resminya nanti.

Hingga saat ini, belum jelas berapa banyak layar bioskop yang akan menayangkan Good Boy, namun laporan menyebut IFC cukup percaya diri dengan daya tarik massalnya.

Kami adalah perusahaan yang sangat memperhatikan apa yang penonton ingin lihat. Tahun lalu jadi tahun terbaik kedua kami di bioskop, dan kami ingin terus melanjutkannya. Saat studio besar mulai fokus pada film tiga sampai empat kuadran, kami melihat ada peluang bagi film independen untuk menghadirkan karya yang unik, ramai dibicarakan, dan berusaha membuatnya sebesar mungkin,” kata Scott Shooman selaku bos IFC Entertainment Group, dikutip pada Selasa (26/8/2025).

Ia pun optimis film ini akan meninggalkan kesan mendalam. “Inilah contoh bagaimana sebuah film independen seharusnya lahir. Ben membuat film ini bersama anjingnya sendiri. Itu benar-benar anjingnya, bukan hewan yang dilatih di panggung. Dan inilah keajaiban yang membuat kita semua jatuh cinta pada dunia perfilman.”

Di sisi lain, tahun 2025 jadi momen yang cukup spesial buat genre horor. Tren film horor eksperimental dan orisinal makin digemari penonton.

Saat ini Sinners tercatat sebagai film horor terlaris tahun ini, disusul oleh Final Destination: Bloodline, Weapons, dan 28 Years Later. Melihat tren yang sedang berjalan, Good Boy punya peluang besar untuk ikut mencetak sukses di box office.