Sekar Anindyah Lamase | Raysazahra A.M
Kolase potret Mark Ruffalo, Ayo Edebiri, dan Yorgos Lanthimos (IMDb)
Raysazahra A.M

Tokoh-tokoh dari dunia film dan televisi, termasuk para pemenang Oscar, BAFTA, Emmy, hingga Palme d’Or, menandatangani sebuah pernyataan janji untuk menolak bekerja sama dengan lembaga maupun perusahaan Israel yang terlibat dalam genosida dan apartheid terhadap rakyat Palestina.

Dokumen FAQ yang menyertai sejumlah festival film besar di Israel, seperti Jerusalem Film Festival, Haifa International Film Festival, Docaviv, dan TLVFest, disebut masih menjalin kemitraan dengan pemerintah Israel.

Daftar penandatangan kini sudah melampaui 1.300 nama, di antaranya ada Adam McKay, Asif Kapadia, Ava DuVernay, Ayo Edebiri, Boots Riley, Cynthia Nixon, Debra Winger, Emma Seligman, Gael García Bernal, Hannah Einbinder, Ilana Glazer, Javier Bardem, Josh O'Connor, Joshua Oppenheimer, Lukas Dhont, Mark Ruffalo, Melissa Barrera, Morgan Spector, Olivia Colman, Riz Ahmed, Susan Sarandon, Tilda Swinton hingga Yorgos Lanthimos.

"Sebagai pembuat film, aktor, pekerja industri perfilman, dan institusi, kami menyadari betul kekuatan sinema dalam membentuk persepsi. Dalam situasi krisis yang mendesak ini—ketika banyak pemerintah justru turut melanggengkan pembantaian di Gaza—kami harus melakukan segala upaya untuk menolak keterlibatan dalam horor tanpa henti tersebut," bunyi pernyataan yang tercantum, dikutip pada Rabu (10/9/2025).

"Pengadilan tertinggi dunia, Mahkamah Internasional (ICJ), telah menyatakan bahwa ada risiko genosida yang masuk akal di Gaza, serta menegaskan bahwa pendudukan dan praktik apartheid Israel terhadap rakyat Palestina adalah tindakan yang melanggar hukum. Berdiri untuk kesetaraan, keadilan, dan kebebasan bagi semua manusia adalah tanggung jawab moral yang mendalam, yang tak seorang pun dari kita boleh abaikan," tambahnya.

"Karena itu, kami harus bersuara menentang penderitaan yang dialami rakyat Palestina saat ini. Kami menjawab seruan para sineas Palestina yang mendesak industri film internasional untuk menolak sikap bungkam, rasisme, serta dehumanisasi, sekaligus untuk “melakukan segala hal yang mungkin dilakukan manusia” demi mengakhiri keterlibatan dalam penindasan mereka." demikian pernyataan tersebut memaparkan.

Deklarasi massal ini terinspirasi dari gerakan Filmmakers United Against Apartheid yang didirikan oleh Jonathan Demme, Martin Scorsese, serta lebih dari 100 sineas ternama pada 1987.

Saat itu, mereka mendesak industri film Amerika Serikat untuk menolak mendistribusikan film di Afrika Selatan yang masih berada di bawah rezim apartheid.

Mayoritas besar perusahaan produksi dan distribusi film Israel, agen penjualan, bioskop, dan institusi perfilman lainnya tidak pernah mengakui secara penuh hak-hak rakyat Palestina yang diakui secara internasional.” ujar Film Workers for Palestine.

Ini bukanlah kali pertama seniman angkat suara terkait situasi di Gaza. Awal tahun ini, sebuah petisi yang menyoroti bungkamnya industri film terhadap tragedi di Gaza berhasil mengumpulkan tanda tangan dari Mark Ruffalo, Pedro Pascal, dan Joaquin Phoenix.

Selain itu, anggota SAG-AFTRA juga mendesak pimpinan serikat untuk melindungi para anggota yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina.

Sebuah surat lain yang ditulis oleh para pembuat film Palestina pada tahun 2024 mengklaim Hollywood telah mendiskriminasi dan mendehumanisasi orang Palestina dalam penggambaran film yang dinilai ikut memungkinkan terjadinya pembunuhan warga sipil.

Hanya beberapa minggu lalu, para demonstran juga mengibarkan bendera, membentangkan poster, dan melakukan aksi protes di karpet merah Venice Film Festival, menuntut dihentikannya apa yang mereka sebut sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

Aksi serupa terjadi pula di Toronto International Film Festival (TIFF) akhir pekan lalu, ketika puluhan demonstran membentangkan handuk yang dilumuri cat merah di depan papan nama TIFF yang berada di persimpangan King dan University Streets.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS