Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhamad Rafly Kesha Arrafa
Ari Lasso (Instagram.com/ari_lasso)

Kondisi sakit atau tidak fit tentunya tidak menyenangkan bagi siapapun. Sudah seharusnya kita memahami bahwa kesehatan itu mahal harganya. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa mahal kesehatan bagi kehidupan. Seringkali manusia lupa bahwa ketika terjadi penurunan kesehatan, dapat mempengaruhi produktivitas dalam kesehariannya. Terlebih apabila penyakit yang dialami merupakan penyakit yang langka. Seperti yang baru-baru ini dialami oleh artis senior Indonesia, Ari Lasso.

Ari Lasso yang memiliki nama lengkap Ari Bernardus Lasso, dikabarkan tengah mengalami situasi yang cukup sulit dan mengkhawatirkan. Ari Lasso mengalami penyakit langka, yang tidak banyak orang pernah mengalaminya. Karena penyakit tersebut, Ari Lasso harus melakukan berbagai perawatan intensif, termasuk kemoterapi. Penyakit langka yang secara umum diketahui sebagai kanker tersebut memiliki nama Limfoma DLBCL. Lantas, apa sebenarnya Limfoma DLBCL itu?

Limfoma DLBCL adalah bentuk kanker limfoma (kanker darah) non-Hodgkin dan dapat tumbuh dengan cepat, yang apabila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian. Dalam tubuh kita, terdapat Sistem limfatik yang berfungsi melawan infeksi pada tubuh. Namun pada penderita limfoma DLBCL, terdapat gangguan pada fungsi proteksi tubuh terhadap infeksi. Organ-organ yang terkena limfoma seperti DLBCL yaitu sumsum tulang belakang, timus, limpa, dan kelenjar getah bening. 

Dalam perkembangannya, Limfoma DLBCL melalui beberapa tahapan. Pada pengidap limfoma DLBCL tahap awal hanya satu wilayah tubuh yang terpengaruh, termasuk kelenjar getah bening, strukut getah bening, atau area ekstranodal. Kemudian dapat berkembang menjadi dua atau lebih daerah kelenjar getah bening, atau dua atau lebih struktur kelenjar getah bening terpengaruh. Pada tahap ini, area yang terdampak berada di sisi tubuh yang sama.

Pada tahap selanjutnya, daerah dan struktur getah bening yang terdampak berada di kedua sisi tubuh. Lalu pada tahap akhir, organ lain selain kelenjar getah bening dan struktur getah bening terdampak di seluruh tubuh. Organ-organ ini mungkin termasuk sumsum tulang, hati, atau paru-paru. Tahap ini yang memungkinkan limfoma DLBCL dapat menyebabkan kematian. Limfoma DLBCL dapat menyerang siapa saja. Ada beberapa gejala yang dapat muncul untuk mengidentifikasi dini serangan limfoma DLBCL.

Pada pasien dengan kasus limfoma DLBCL, kemungkinan mengalami beberapa gejala. Di antaranya seperti pembengkakan tanpa rasa sakit di leher, ketiak, atau selangkangan, yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar getah bening, sakit perut yang berasal dari usus, sehingga menyebabkan nyeri, diare, atau perdarahan, demam, berkeringat di malam hari, turunnya berat badan tanpa alasan, rasa gatal luar biasa pada area tubuh tertentu. Seorang pasien dengan limfoma DLBCL harus menjalani beberapa pengobatan untuk mencegah perkembangan dari limfoma tersebut.

Perawatan yang digunakan untuk DLBCL adalah kemoterapi, radiasi, atau imunoterapi. Dokter mungkin juga meresepkan kombinasi dari ketiga perawatan tersebut. Obat kemoterapi bekerja dengan memperlambat kemampuan sel kanker yang berkembang pesat.

Obat imunoterapi akan menargetkan kelompok sel kanker dengan antibodi untuk menghancurkannya. Selama perawatannya, limfoma DLBCL membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sehingga, pasien dengan limfoma DLBCL, harus selalu diberikan bimbingan secara psikologis dalam menghadapi serangkaian pengobatan.

Limfoma DLBCL bukan sebuah penyakit yang mudah untuk diterima kehadirannya. Meskipun banyak rangkaian pengobatan yang harus dijalani. Namun, kondisi ini masih sangat mungkin untuk mendapatkan perawatan. Sebagaimana seorang pengidap limfoma DLBCL, alangkah lebih baik kita berikan doa dan dukungan selalu kepada mereka yang mengalaminya. Termasuk penyanyi kelas atas Indonesia, Ari Lasso.

Referensi:

1. Winoto J. Ekspresi CD30 pada pasien Diffuse Large B-cell Lymphoma di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran RAFLESIA. 2020;6(1):19-29.

2. Pradnya Suryadiarsa P, Anggraeni Rena N, Gde Dharmayuda T. TINGKAT HARAPAN HIDUP PASIEN LIMFOMA NON-HODGKIN BERDASARKAN SKOR IPI YANG MENDAPATKAN KEMOTERAPI LINI PERTAMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014. E-JURNAL MEDIKA. 2019;8(5).

Muhamad Rafly Kesha Arrafa