Pasukan Muda Merah Putih, Timnas Indonesia U-20 kembali menuai hasil minor di laga kedua Mandiri U-20 Challenges Series 2025. Seolah melengkapi hasil negatif di laga sebelumnya melawan Yordania, anak asuh Indra Sjafri tersebut mengalami kekalahan di laga melawan Suriah dengan dua gol tanpa balas.
Meskipun menelan kekalahan kembali, namun sejatinya di laga melawan Suriah tersebut, Timnas IndonesiaU-20 mendapatkan keuntungan dari wasit Clifford Pastonas Dayputat. Bagaimana tidak, wasit berkebangsaan Filipina tersebut masih "berbaik hati" tidak mengusir Mufli Hidayat saat sang pemain melakukan pelanggaran kepada pemain lawan.
Momen Mufli Hidayat Lakukan Pelanggaran
Pada menit ke-64 di laga tersebut, Mufli Hidayat kedapatan menghentikan akselerasi pemain Suriah yang sukses mengelabuinya. Memang, apa yang dilakukan oleh Mufli adalah pelanggaran yang biasa saja, namun jika dianalisis berdasarkan peraturan IFAB (The International Football Association Board), pelanggaran yang dilakukan oleh Mufli tersebut dapat dimasukkan dalam kategori DOGSO (Denying a goal or an obvious hoal-scoring ooportunity) pelanggaran ini bisa dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran yang fatal.
Apa yang dilakukan oleh Mufli Hidayat tersebut, sejatinya berpotensi untuk mendapatkan kartu merah langsung, karena memenuhi dua syarat untuk mendapatkan kartu merah langsung, yakni "jarak antara penyerang lawan dan gawang" serta "lokasi pemain lawan dan jumlah dari pemain bertahan lawan".
Memang, dalam aturan DOGSO yang termaktub dalam law 12 FIFA, disebutkan ada 4 kriteria bagi seorang wasit untuk bisa melayangkan kartu merah secara langsung. Selain jarak antara penyerang lawan dan gawang, juga ada kriteria lain seperti arah permainan, penguasaan bola, serta lokasi dan jumlah pemain bertahan.
Jika dilihat-lihat, dalam video yang diunggah oleh berbagai platform, terlihat jelas bahwa jika pemain Suriah tersebut berhasil melewati Mufli Hidayat, maka dirinya sudah akan langsung berhadapan dengan Ikran Algiffari sang penjaga gawang, sehingga potensi untuk menciptakan gol terbuka sangat lebar.
Dan beruntungnya, pada pertandingan tersebut sang pengadil masil berbaik hati dengan hanya memberikan kartu kuning kepada Mufli Hidayat, sehingga membuat Timnas Indonesia tetap bermain dengan kekuatan penuh hingga masa pertarungan berakhir.
Namun perlu diingat, di turnamen-turnamen sebenarnya, pelanggaran seperti ini bisa saja berbuah kartu merah langsung, sehingga para pemain Timnas Indonesia harus lebih waspada dan bermain dengan penuh kehati-hatian.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
AFF Bentuk Tim ASEAN All Stars, Perlukah Para Pemain Timnas Indonesia Turut Serta?
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa
-
Semifinal AFC U-17: Saat Tim Bernapas Kuda Bertemu dengan Tim Bertenaga Badak
-
Masuki Babak 4 Besar, Tim Mana yang Paling Lemah di Semifinal Piala Asia U-17?
Artikel Terkait
-
Demi Kalahkan China, Erick Thohir Kasih Tawaran Khusus ke Patrick Kluivert: Terserah...
-
Teman Lama Kevin Diks Bakal Jadi Musuh Terbesar di Timnas Indonesia vs China, Siapa Dia?
-
Ole Romeny Dihantui Nasib Sial Setelah Ditonton Patrick Kluivert
-
Erick Thohir Singgung Patrick Kluivert Dibantai Australia 5 Gol: Ketika Yakin Imbang, Kami Kalah
-
Kabar Tak Enak Ragnar Oratmangoen, Bakal Senasib dengan Nathan Tjoe-A-On?
Hobi
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
PSSI Segera Rekrut Direktur Teknik, Makin Serius Cari Talenta Potensial
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
-
Jadwal F1 GP Arab Saudi 2025: Lando Norris Percaya Diri Raih Hasil Positif
-
Bali United Kalah Tipis di Bandung, Stefano Cugurra Umumkan Perpisahan
Terkini
-
Ada Presentasi di Kelas? Ini 5 Tips Jitu dari Angga Fuja Widiana
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern