Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | M. Fuad S. T.
Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Afghanistan di Piala Asia U-17 (the-afc.com)

Pelatih Timnas Indonesia U-17, Nova Arianto menjadikan laga terakhir melawan Afghanistan sebagai sebuah pertandingan berbalut eksperimen.

Di laga pamungkas grup C yang sudah tak lagi menentukan langkah Pasukan Muda Merah Putih ke fase delapan besar gelaran tersebut, mantan asisten pelatih Shin Tae-yong itu memberikan kesempatan bermain bagi mereka yang tak menjadi pilihan utama di dua laga sebelumnya.

Menyadur laman match report AFC, nama-nama yang menjadi penghangat bangku cadangan di dua laga sebelumnya seperti Putu Ekayana, Ida Bagus maupun mereka yang menjadi pemain pengganti seperti Iham Romadhona, Rafi Rasyiq, Josh Holong dan Dafa Zaidan, diberikan kesempatan oleh coach Nova untuk mengisi sebelas pertama timnya.

Namun sayangnya, eksperimen yang dilakukan oleh mantan pemain Persib Bandung tersebut justru memperlihatkan dua penyakit lawas yang kerap dimiliki oleh para pemain Timnas Indonesia

Sudah bisa menebak, apa saja penyakit lawas yang terlihat di tim hasil eksperimen dari coach Nova di laga melawan Afghanistan? Mari kita ulas!

Para Pemain Masih Suka "Menggoreng" Bola di Waktu yang Tak Tepat

Jika kita melihat video pertandingan yang diunggah oleh kanal YouTube RCTI-Entertainment (11/4/2025), terlihat beberapa pemain Timnas Indonesia U-17 masih suka "menggoreng" bola di saat yang tak tepat.

ENtah karena diliputi rasa overconfidence karena bermain di laga yang sudah tak menentukan atau ingin melakukan show-off kualitasnya kepada khalayak, beberapa pemain Indonesia U-17 masih saja mengutak-atik bola yang seharusnya bisa didistribusikan dengan simple.

Seperti misal, pada menit ke-8, Dafa Zaidan yang dimainkan di sektor kanan oleh coach Nova, kedapatan masih berlama-lama dengan bola yang seharusnya bisa didistribusikan dengan cepat.

Pun demikian di menit ke-29. Bola yang seharusnya bisa didorong dengan mudah kepada rekannya, justru ditahan dan berujung terbuangnya peluang Indonesia untuk membuka skor.

Selain Dafa Zaidan, Daniel Alfrido juga kedapatan beberapa kali melakukan hal serupa. Seperti di menit ke-31, ketika dirinya lebih memilih untuk menahan bola daripada mengumpan, di menit ke-42 saat distribusi lambatnya berujung ancaman shooting dari Afghanistan, dan di menit ke-90+2 saat Daniel memilih untuk menembak langsung daripada berbagi dengan rekan yang lebih bebas posisinya.

Permasalahan Komunikasi Internal

Penyakit kedua yang muncul dari hasil eksperimen coach Nova di laga melawan Afghanistan ini adalah permasalahan komunikasi internal antar pemain.

Meskipun secara garis besar para pemain Timnas Indonesia bermain bagus di laga tersebut, namun di beberapa kesempatan, mereka terlihat tak bagus dalam menjalin komunikasi.

Seperti contoh, pada menit ke-39, terjadi miskomunikasi antara lini pertahanan dengan penjaga gawang. Ketika pemain bertahan lainnya membiarkan luncuran bola pemain Afghanistan dengan maksud agar ditangkap oleh penjaga gawang, Ida Bagus justru melakukan sapuan dan membuat bola melambung.

Tak hanya itu, bola lambung yang hendak ditangkap oleh penjaga gawang, justru kembali dibuang oleh Ida Bagus dan jatuh ke pemain Afghanistan.

Beruntung, sepakan pemain Afghanistan tak presisi, sehingga tak menghasilkan gol bagi mereka.

Menit ke-45+1, miskomunikasi juga terjadi di lini pertahanan Indonesia. Umpan membelah yang dilepaskan oleh pemain Afghanistan, dengan mulus meluncur di antara trio bek pertahanan Indonesia, sehingga membuat kiper Dafa Al Gazemi harus pontang panting menyelamatkan gawangnya.

Dengan masuknya Indonesia ke fase gugur, kita harapkan kesalahan-kesalahan seperti ini tak lagi dilakukan oleh para pemain Timnas U-17.

Pasalnya, jika kalah dalam pertandingan di fase gugur ini, maka peluang untuk melaju ke babak selanjutnya dipastikan sudah tertutup.

M. Fuad S. T.