Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Dina
ilustrasi kuliah [shutterstock]

Mahasiswi ini adalah seorang perempuan yang bernama Antika Rindiani, ia mempunyai nama panggilan “Tika” teman-temannya biasa memanggilnya. Tekadnya untuk menempuh pendidikan hingga sarjana begitu kuat.

Jiwa ambisiusnya begitu tinggi akan pendidikan. Antika menuntut ilmu di Universitas IBN Khaldun Bogor , yang merupakan mahasiswi akuntasi. Antika merupakan anak pertama dari dua bersaudara, yang lahir pada tanggal 10 Juni 2000.

Kuliah dan bekerja merupakan hal yang sulit dipilih olehnya, karena keduanya sangat penting bagi dirinya. Karena keadaan lah yang mengharuskan dia bekerja.

Pagi hari, seperti biasa Antika menyiapkan diri untuk pergi bekerja , dengan seragam berwarna pink kebangganya ia pun pergi bekerja, karena baginya waktu adalah emas. Tak heran jika ia pun sering meninggalkan sarapan paginya.

“Bekerja adalah cara saya untuk tetap produktif dan untuk bisa mendapat uang”. Antika produktif bekerja karena  ada alasannya yaitu untuk bisa membiayai kuliahnya sendiri yang setidaknya bisa meringankan beban orangtuanya.

Pagi hari hingga petang ia habiskan untuk melayani para pasien yang datang ke klinik kecantikan tempat ia bekerja. Dan malam harinya adalah waktu untuk dia  bisa berkuliah.

Dengan waktunya yang padat ini tak heran jika Antika sering mengeluh merasa capek. Malam hari adalah waktu untuk beristirahat saat lelah bekerja seharuan, hal itu tidak berlaku untuk Antika. “Saya sering merasa capek , pagi untuk bekerja dan malam untuk kuliah, waktu tidurpun lebih sedikit” ungkapnya.

Sesekali dia merasa ngantuk saat sedang mengerjakan tugas kuliahnya, laptop yang setia bersamanya menjadi saksi bagaimana ia berjuang untuk berkuliah. Namun hal ini harus dia lakukan demi mimpinya menjadi seorang sarjana.

Di tengah pandemi seperti ini ia pun merasa khawatir akan kesehatannya yang setiap hari harus bekerja diluar, malam untuk kuliah, yang pada akhirnya jam tidur pun tidak stabil.

Berkuliah sambil bekerja adalah hal yang tidak mudah baginya, “Yang membuat kuliah sambil kerja sulit itu adalah dalam membagi waktunya, antara bekerja dan mengerjakan tugas-tugas kuliah” ujarnya.  Sangat sering ia tertinggal bahkan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosennya, namun ia berusaha untuk tetap bisa mengerjakannya.

Perempuan berusia 21 tahun ini tidak merasa menyesal apapun untuk memilih bekerja sambil kuliah, karena hal ini ia bisa sedikit membuat lega beban orangtuanya. “Saya bersyukur punya anak perempuan yang mandiri, yang bisa mencari uang untuk berkuliah dan bisa membantu kami dalam membayar biaya kuliahnya”.

Dan tidak terasa hingga sekarang Antika sudah menginjak semester 4 yang dimana ini adalah setengah perjalanan yang sudah ia lewati dari hasil kerja kerasnya. Antika pun selalu bangga dengan dirinya walaupun ia sangat sulit membagi waktu dan sering merasa capek , tetapi nilai IPK yang dia dapatkan selalu diatas  3, itu merupakan sebuah pencapaian yang cukup memuaskan bagi dirinya.

Dengan begitu Antika semakin semangat untuk menjalankan 2 kesibukan sekaligus yaitu berkuliah sambil bekerja.

Dina