Infrastruktur jalan menjadi salah satu faktor penentu daya saing dan peningkatan perekonomian masyarakat karena infrastruktur jalan yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi bagi dunia usaha dan kegiatan sosial masyarakat. Bukan itu saja, pembangunan infrastruktur jalan menjadi poin penting dalam hal pemerataan pembangunan, peningkatan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi kesenjangan antar wilayah.
Lantas apa jadinya kalau pemerintah lalai untuk memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan, terutama yang ada di daerah-daerah? Apakah harus menunggu warganet untuk menviralkannya lalu ambil tindakan? Lalu, kemudian langkah apa yang diambil jika sudah mengetahui hal demikian?
Melalui tulisan Nirwono Joga, Pusat Studi Perkotaan, yang dimuat di Media Indonesia (12/05/2023), pemerintah daerah harus bisa menyadari bahwa kondisi jalan yang baik akan dapat memperlancar dan mempercepat pergerakan orang dan barang sehingga dapat menurunkan biaya logistik dan meningkatkan pendapatan daerah dan logistik.
Lebih lanjut, Nirwono menyebut kalau pembangunan jalan harus selaras dengan pengembangan tata ruang wilayah sehingga dapat membantu mengurangi masalah kemiskinan, mengatasi persoalan kesenjangan antarkawasan maupun antarwilayah, memperkuat ketahanan pangan, dan mengurangi tekanan urbanisasi ke kota besar/metropolitan.
Lalu apa jadinya jika pembangunan infrastruktur jalan kurang diperhatikan. Tentu bukan rahasia lagi kalau jalanan rusak di Indonesia masih amat banyak dan menjadi fenomana lama yang tak kunjung usai. Berangkat dari yang sudah viral seperti kondisi jalan yang ada di Lampung, sampai jalan yang ada di tingkat desa yang masih banyak tersembunyi.
Sebagai contoh pemuda di desa Kelapa Dua, kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sentil pemerintah dengan melakukan aksi tanam pohon pisang di tengah jalan yang sudah sangat rusak parah. Mengapa tidak? Jalan tersebut menjadi jalan penghubung antar kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, yang kini mengalami kerusakan jalan di sepanjang jalan.
Menurut pengakuan warga setempat, ia sebenarnya menyinggung pemerintah yang dinilai lebih mementingkan pembangunan dan penataan kota ketimbang melakukan pembenahan jalan lintas kabupaten.
Kasus lain yang lingkupnya lebih kecil, jalan poros desa Todang-Todang penghubung desa Pendulangan, kecamatan Limboro, kabupaten Polewali Mandar, nampak seperti sungai kering.
Orang yang melintasi jalan tersebut mesti dengan mental yang kuat dan harus sabar. Mengapa tidak? pengguna jalan harus bisa pandai-pandai mengindari setiap lubang di sepanjang jalan tersebut.
Kerusakan jalan tersebut sudah lama dikeluhkan masyarakat, namun sampai saat ini tak mendapat perhatian dari pemerintah. Entah bagaimana pun caranya, masyarakat tak berharap banyak kepada pemerintah desa kecuali jalan tersebut untuk segera diaspal. Dari isu yang terdengar, pemerintah desa sering kali menuding kalau jalan tersebut akan segera dibenahi (diaspal) tapi sampai detik ini belum ada tanda-tandanya. Walau jalan di desa Todang-Todang itu sudah dicor tapi kini sudah rusak parah mengingat umurnya yang sudah tua.
Beda lagi jalan dari desa Todang-Todang menuju desa Pendulangan, itu lebih parah karena jalan tersebut belum pernah mendapatkan yang namanya pengecoran. Jalan itu hanya bisa dilewati saat musim kemarau yang hanya peruntukan roda dua saja.
Dari salah contoh jalan tersebut, tentu masih banyak jalan yang lebih rusak lagi namun masih belum mendapatkan perhatian dari pemerintah. Terlebih jalan yang ada di desa-desa, padahal kita ketahui bersama kalau pembangunan jalan penghubung antar desa, antar kabupaten, menjadi poin penting kemajuan suatu daerah.
Meski begitu, masalah infrastruktur jalan ini masih menjadi PR bagi pemerintah, ini membuktikan bahwa fenomana jalan rusak menjadi masalah krusial dari dulu hingga saat ini.
Baca Juga
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
Artikel Terkait
-
Kekuatan Gotong Royong: Desa Ini Buktikan Bisa Cor Jalan Tanpa APBD!
-
PTPP Beberkan Tiga Manfaat Prasarana Pengendali Banjir DAS Serang Kulon Progo
-
Pemerintah Ungkap Nasib Pembangunan Tol Puncak Setelah Efisiensi Anggaran
-
PTPP Ungkap Inovasi Pembangunan Infrastruktur PLTB Tolo
-
Mengenal Fenomena FOBO, Saudara Kembar FOMO yang Berbahaya
Kolom
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Nilai Tukar Rupiah Loyo, Semangat Pengusaha Jangan Ikut-ikutan!
-
Ki Hadjar Dewantara dalam Revitalisasi Kurikulum yang Relevan
-
Menghidupkan Semangat Ki Hadjar Dewantara dalam Politik Pendidikan Era AI
-
Harta Koruptor Aman, RUU Perampasan Aset Mandek Lagi
Terkini
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
Ulasan Novel Giselle: Tragedi Menyeramkan di Balik Panggung Ballet
-
Romantisme Fans Indonesia dan Uzbekistan: Dulu Menjatuhkan, Kini Saling Menguatkan
-
3 Inspirasi Outfit Dokter Muda ala Choo Young Woo, Smart dan Professional!
-
Review Film A Working Man: Jason Statham Ngegas Lagi, tapi Tetap Seru Gak Sih?