Globalisme dan fenomena globalisasi telah mengaburkan batas-batas antar negara dan menciptakan kesan bahwa kita semua berada dalam jarak yang dekat. Adanya globalisasi mendorong perkembangan teknologi dan informasi sehingga seluruh kabar dan informasi tertentu dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat global. Namun globalisasi memiliki dampak terhadap eksistensi budaya suatu bangsa yang semakin terkikis.
Lalu, untuk menyelematkan budaya-budaya yang terkikis oleh tajamnya pengaruh globalisasi, maka munculah upaya glokalisasi. Sederhananya glokalisasi bisa diartikan sebagai percampuran budaya asing dengan budaya lokal sehingga menciptakan sesuatu yang baru atau bisa juga disebut dengan akulturasi. Tujuannya yakni mempertahankan budaya lokal itu sendiri dan dengan akulturasi tersebut diharapkan dapat menaikkan citra budaya lokal secara global.
Salah satu sarana untuk Indonesia dalam upaya glokalisasi adalah memanfaatkan keberadaan musik etnik. Hingga saat ini Indonesia memiliki beragam jenis alat musik etnik yang masing-masing mencirikan khas dari suatu kelompok etnis.
Namun faktanya, minat masyarakat Indonesia terhadap musik etnik tampaknya tidak sebesar minatnya terhadap musik non-etnik. Bisa dilihat bahwa anak-anak muda cenderung lebih mendengarkan musik-musik bergenre pop, EDM, jazz dan lain sebagainya yang tidak ada unsur budaya bangsa Indonesia di dalamnya.
Lalu bagaimana jika musik etnik tersebut dikolaborasi dengan musik pop, jazz atau EDM? Maka di situlah poin dari glokalisasi dengan sarana musik etnik. Perpaduan style musik etnik dengan style musik barat biasanya akan menghasilkan ciri khas tersendiri di dalam musik tersebut.
Dalam bahasan kita kali ini, penulis menggunakan karya grup musik anak bangsa yakni lagu dengan judul “Lathi” oleh Weird Genius untuk menjadi contoh hingga akhir pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penjelasan.
Lagu Lathi memasukkan style musik jawa seperti gamelan dan sinden di dalamnya dan memadukannya dengan style musik EDM. Percampuran dua style musik tersebut menghasilkan ciri khas tersendiri yang akhirnya lagu tersebut sangat populer tahun 2020 dan go International.
Hal yang membuktikan bahwa lagu tersebut populer yakni banyaknya musisi-musisi Indonesia dan luar negeri yang membuat cover lagu Lathi di YouTube dan beberapa penghargaan bergengsi yang diraih oleh Weird Genius berkat lagu tersebut. Maka dari itu, sebenarnya musik etnik Indonesia juga bisa diterima oleh masyarakat Internasional, dan menjadi aset penting bagi Indonesia dalam mempertahankan budaya Indonesia yang menyangkut identitas bangsa.
Namun yang menjadi permasalahannya sekarang adalah seberapa besar power musik etnik Indonesia terhadap musik non-etnik atau musik barat jika dipadukan menjadi sebuah lagu dalam konteks glokalisasi?
Kemudian terkait lagu Lathi, apakah ada kemungkinan dengan mudah menjadi lagu yang populer secara Internasional atau setidaknya di Indonesia itu sendiri jika tidak ada unsur style musik barat di dalamnya lagu tersebut? Yuk, mari kita analisa bersama.
Tapi sebelumnya penulis ingin menegaskan bahwa tulisan ini tidak bermaksud untuk merendahkan karya lagu Lathi, namun hanya sekedar ingin memberikan contoh untuk melihat power dari musik etnik Indonesia dalam upaya glokalisasi dan bukan juga bermaksud untuk menjelek-jelekkan komposisi lagu tersebut.
Untuk saat ini, musik etnik Indonesia nyatanya memiliki power dibawah musik non-etnik atau musik barat dengan asumsi musik etnik Indonesia tidak sepopuler musik pop, jazz, EDM atau sebagainya bahkan di Indonesia itu sendiri yang dibuktikan dengan minat masyarakat Indonesia itu sendiri yang cenderung untuk mendengarkan musik pop, jazz atau EDM daripada mendengarakan musik etnik.
Artinya, seiring berjalannya waktu musik tradisional Indonesia sejauh ini semakin dilupakan akibat globalisasi dan westernisasi. Oleh karena itu jika komposisi lagu Lathi tidak memasukkan unsur style musik barat maka, kemungkinan besar sulit untuk populer jika menggunakan asumsi yang sama yakni musik etnik Indonesia tidak populer di Indonesia itu sendiri dikarenakan minat masyarakat yang lebih condong terhadap musik barat.
Kemudian, muncul pertanyaan lagi apakah lagu Lathi akan menjadi lagu yang populer jika sama sekali tidak memasukkan unsur musik tradisional Indonesia? Jika kita melihat power dari musik barat yang lebih kuat daripada musik etnik Indonesia dan menggunakan asumsi yang sama dengan yang sudah dijelaskan di atas, maka ada kemungkinan lagu Lathi akan tetap populer dan go international layaknya musik-musik yang diciptakan oleh musisi-musis luar negeri.
Akan tetapi, hilanglah upaya glokalisasi di lagu tersebut jika menghilangkan unsur musik etnik di dalamnya. Adanya pencampuran dua style musik seperti lagu Lathi menghasilkan sesuatu yang baru, unik, memiliki ciri khas dan mahal serta menarik minat masyarakat Indonesia bahkan masyarakat Internasional.
Harapan selanjutnya adalah, apresiasi dan minat masyarakat Indonesia terhadap musik etnik meningkat sehingga dapat meningkatkan power musik etnik Indonesia dalam upaya glokalisasi. Tentunya juga ada harapan untuk musik etnik Indonesia dapat bersaing dan berdiri sendiri dalam pasar musik internasional tanpa pencampuran unsur style musik luar negeri.
Kesimpulannya yakni, globalisasi yang kian tajam mengikis budaya bangsa semakin menghilangkan identitas bangsa. Maka perlu upaya glokalisasi untuk menahan kuatnya pengaruh globalisasi khususnya di Indonesa. Musik etnik merupakan salah satu sarana glokalisasi dan memiliki potensi bagi suatu bangsa khususnya Indonesia dalam upaya glokalisasi.
Adanya lagu Lathi menunjukkan bahwa musik etnik Indonesia ternyata memiliki daya saing yang kuat di dalam pasar musik domestik dan internasional. Oleh karena itu ada harapan nantinya power musik etnik Indonesia dapat meningkat dan bisa lebih bersaing di pasar musik nasional dan internasional. Untuk mencapai hal tersebut maka diharapkan khususnya bagi masyarakat Indonesia agar lebih meningkatkan minat dan apresiasinya terhadap musik etnik Indonesia.
Artikel Terkait
-
Profil Lathi Al Qallaf, Pemain Timnas Kuwait U-17 yang Berkumis Tebal, Curi Umur?
-
Menuju Horizon Baru, Memacu Inovasi dengan Standar Teknologi yang Solid
-
Terpikat Barat: Mengapa Generasi Muda Lebih Suka Gaya Hidup Kebarat-baratan?
-
Globalisasi dan E-commerce Buka Peluang Bisnis yang Luas Bagi UMKM RI
-
Bahasa Daerah Terancam Punah di Era Globalisasi, Mampukah Kita Selamatkan Identitas Budaya?
Kolom
-
Guru dan Masa Depan yang Dikorbankan: Refleksi Profesi yang Terabaikan
-
Soroti Pernyataan Mendikti, Alumni LPDP Tidak Harus Pulang, Setuju Tidak?
-
Menghargai Pekerjaannya, Menghargai Kebutuhannya: Realitas Gaji Guru
-
Indonesia dan Lunturnya Budaya Malu, dari "Jam Karet" hingga Korupsi
-
Simak! Ini Pentingnya Penguasaan Calistung dalam Pendidikan Dini
Terkini
-
4 Rekomendasi Liquid Blush Warna Mauve, Tampil Cantik dan Natural!
-
Denny Cagur Akui Ada 27 Artis Diperiksa Bareskrim Terkait Kasus Dugaan Judi Online
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Rizky Ridho, dan Akselerasi Kejutannya yang Selalu Jadi Ancaman bagi Pertahanan Lawan
-
Indonesia vs Jepang, GBK yang Tidak Asing bagi Kubo dan Sugawara