Sebelum Orde Baru, Indonesia menghadapi masalah krisis pangan, dan ketergantungan terhadap impor pupuk kimia dari luar negeri. Oleh karena itu, pada awal Orde Baru, pemerintah fokus untuk meningkatkan produksi pangan dengan memperkenalkan program-program pertanian, termasuk peningkatan penggunaan pupuk kimia.
Penggunaan pupuk kimia dikenalkan secara massal pada era Orde Baru melalui program inmas (Intensifikasi Massal). Pada program ini, pemerintah melakukan perubahan kebijakan dalam sektor pertanian terutama terkait dengan penggunaan dan distribusi pupuk kimia untuk memberikan peningkatan produksi pertanian Indonesia. Orde Baru adalah era pemerintahan di Indonesia yang berlangsung dari tahun 1967 hingga 1998 di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Pupuk kimia sintesis telah menjadi bahan yang kontroversial dalam pertanian modern. Sementara pupuk kimia sintesis memiliki manfaat dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan memberikan nutrisi yang diperlukan bagi tanaman, ada sejumlah isu yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Jika penggunaan pupuk kimia terus-menerus dilakukan secara berlebihan, yaitu degradasi tanah karena bahan kimia yang tak terserap oleh tanaman, akan tertinggal di dalam tanah.
Pupuk kimia sintesis telah membantu mengatasi masalah kelaparan di dunia dengan meningkatkan hasil pertanian. Dengan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, petani dapat memperoleh hasil panen yang lebih besar dan lebih konsisten. Ini telah membantu memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat dengan pertumbuhan populasi global.
Namun, penggunaan pupuk kimia sintesis juga dapat menyebabkan ketergantungan yang berlebihan pada petani. Penggunaan pupuk kimia seringkali memerlukan biaya yang tinggi, dan petani mungkin mengalami kesulitan untuk membeli pupuk tersebut. Selain itu, karena tanaman menjadi lebih tergantung pada pupuk kimia, menyebabkan risiko kegagalan panen jika terjadi kelangkaan pupuk.
Oleh karena itu, pendekatan yang lebih berkelanjutan dan seimbang dalam pertanian perlu dipertimbangkan. Penggunaan pupuk organik dan praktik pertanian berkelanjutan dapat membantu mengurangi dampak negatif pupuk kimia sintesis pada lingkungan dan meminimalkan ketergantungan pada bahan kimia berbasis sintetis.
Penerapan pola pertanian yang lebih beragam dan berbasis keberlanjutan lingkungan, seperti rotasi tanaman, pengomposan, dan penanaman kacang-kacangan dapat meningkatkan kesuburan tanah secara alami dan mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia sintesis.
Penting untuk mencari keseimbangan antara meningkatkan produktivitas pertanian untuk memenuhi kebutuhan makanan dunia dan melindungi lingkungan serta keberlanjutan jangka panjang. Pupuk kimia sintesis dapat tetap menjadi bagian dari solusi, tetapi harus digunakan dengan bijaksana dan disertai dengan upaya untuk menerapkan praktik pertanian berkelanjutan. Dengan demikian, dapat mencapai pertanian yang produktif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan untuk masa depan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Penyerapan Gabah Petani Mencapai 725.000 Ton Setara Beras: Rekor Tertinggi Bulog 10 Tahun Terakhir
-
PKT Buka Posko Mudik BUMN di Bandara Sepinggan
-
Pupuk Kaltim Fasilitasi 366 Pemudik Asal Bontang dan Samarinda
-
Serapan BULOG Naik 2.000 Persen, Hensa: Memang Dingin Tangan Mentan Amran
-
Polri Garap Jagung 1,7 Juta Hektare: Misi Mulia atau Salah Urus?
Kolom
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
-
Lebaran di Tengah Gempuran Konsumerisme, ke Mana Esensi Kemenangan Sejati?
-
Jalan Terjal Politik Ki Hajar Dewantara: Radikal Tanpa Meninggalkan Akal
Terkini
-
Mengenal 9 Karakter Baru yang Muncul di Serial The Last of Us Season 2
-
Review Qodrat 2: Lebih Religius dan Lebih Berani Menebar Teror!
-
Bertema Okultisme, 3 Karakter Pemeran Utama Film Holy Night: Demon Hunters
-
Ada Annabelle, 5 Film Hits Ini Ternyata Diproduksi dengan Budget Rendah
-
Review Komang: Menelusuri Cinta Raim dan Komang yang Bikin Baper