Indonesia, negeri zamrud khatulistiwa yang dikaruniai kekayaan alam luar biasa. Hutan hujan tropisnya menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna, dari orangutan Kalimantan yang cerdas hingga bunga Rafflesia yang memesona.
Namun, keindahan dan keunikan ini terancam hilang. Laporan demi laporan menunjukkan peningkatan jumlah spesies yang terancam punah. Badak Jawa, harimau Sumatera, pesut Mahakam, hanya segelintir nama dalam daftar panjang yang terus bertambah.
Sebagai penulis, hati saya teriris menyaksikan kenyataan ini. Kekayaan alam yang seharusnya menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang justru terancam lenyap di masa kita. Pertanyaannya, apa yang sebenarnya terjadi?
Deforestasi menjadi momok utama. Hutan, habitat bagi satwa liar, dibabat habis demi kepentingan ekonomi jangka pendek. Lahan-lahan dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit, tambang, dan pemukiman. Akibatnya, satwa kehilangan tempat tinggal, sumber makanan, dan jalur migrasi. Konflik antara manusia dan satwa liar pun tak terhindarkan.
Perburuan dan perdagangan ilegal juga menjadi ancaman serius. Gading gajah, cula badak, dan kulit harimau masih menjadi komoditas berharga di pasar gelap. Meskipun telah ada upaya penegakan hukum, para pemburu liar seolah tak jera. Mereka terus mengancam kelestarian satwa liar demi keuntungan pribadi.
Perubahan iklim semakin memperburuk situasi. Peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, dan bencana alam berdampak pada habitat dan kehidupan satwa liar. Beberapa spesies kesulitan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
Pertama, pemerintah harus lebih serius dalam menegakkan hukum dan melindungi hutan. Moratorium izin baru pembukaan hutan alam perlu dipertahankan dan diperluas. Upaya rehabilitasi dan konservasi hutan juga perlu ditingkatkan.
Kedua, edukasi dan kampanye kesadaran masyarakat perlu digencarkan. Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati. Peran media dalam menyebarkan informasi dan membangun opini publik juga sangat penting.
Ketiga, kita semua harus berperan aktif dalam menjaga lingkungan, mulai dari hal-hal kecil, seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan mendukung produk-produk ramah lingkungan.
Sebagai penulis, saya optimis masih ada harapan bagi puspa dan satwa Indonesia. Namun, perlu ada aksi nyata dan kerja sama dari semua pihak. Kita tidak boleh tinggal diam menyaksikan kepunahan spesies di depan mata. Generasi mendatang berhak mewarisi kekayaan alam Indonesia yang lestari.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
Artikel Terkait
-
2 Pemain Diaspora Baru Dipantau oleh PSSI, Efek Hadirnya Patrick Kluivert?
-
Penghasilan YouTube Bung Towel: 15 Kali Lebih Rendah dari UMR Jakarta, Tapi Pede Hina Shin Tae-yong Soal Jualan
-
Apa Tugas SPPI? Lowongannya Masih Dibuka Loh
-
Permintaan Terakhir Shin Tae-yong, PSSI Bisa Kabulkan?
-
Full Skuad di Indonesia Masters 2025, 28 Wakil Indonesia Siap Bertanding
Kolom
-
Semua Emosi Itu Valid, Lantas Mengapa Kita Harus Selalu Semangat?
-
Lunturnya Kearifan Lokal: Salah Siapa, Teknologi atau Kita?
-
Virtual Reality dan Game Online: Dunia Maya yang Menarik Hati Gen Z
-
Anak Muda dan Ekspektasi Sosial: Kenapa Selalu Harus Sukses?
-
Ironi di Balik Ambisi Pembangunan Industri Sawit oleh Presiden Prabowo
Terkini
-
Lagu Ijazah di Lemari Berdebu dari Normatif, Mewakili Suara Generasi Muda
-
Lee Seung Gi Jadi Biksu, Ini Ulasan Film About Family yang Penuh Tawa dan Haru
-
Ulasan Drama Family Matters, Hadir dengan Daya Pikat Tak Tertolak!
-
Gunung Abbo, Inspirasi Kisah Nyata di Balik Film Eva: Pendakian Terakhir
-
2 Pemain Diaspora Baru Dipantau oleh PSSI, Efek Hadirnya Patrick Kluivert?