TikTok merupakan salah satu platform media sosial yang kini menjadi primadona bagi semua kalangan, terutama bagi Generasi Z. Kehadiran TikTok memang tak bisa dielakkan seiring dengan tuntutan zaman.
Dalam hitungan detik, kita dapat menyaksikan dan menciptakan video kreatif yang dapat disaksikan semua orang di seluruh dunia. Kehadiran TikTok, memungkinkan penggunanya dapat mengekspresikan diri secara bebas, membuat tren terbaru, dan membuat komunitas online yang dinamis.
Namun, seiring dengan popularitasnya, hubungan Generasi Z dengan TikTok tidak selalu mulus. Ada yang mencintai aplikasi ini, ada yang membencinya, ada pula yang merasakan campur aduk. Lantas bagaimana sebenarnya hubungan Generasi Z dengan TikTok?
Cinta: Kreativitas dan Hiburan Tanpa Batas
Bagi banyak anggota Generasi Z, kehadiran TikTok justru menjadi tempat mengekspresikan kreativitas tanpa batas. Dengan fitur editing yang gampang digunakan, maka semua orang dapat membuat konten video tanpa perlu keterampilan profesional.
Selain itu, tantangan viral, aksi joget-joget, dan sketsa komedi memberikan hiburan instan yang dapat diakses kapan saja. Bukan hanya konten-konten viral, video edukasi juga menjadi tren untuk dipublikasikan di TikTok.
Bagi kreator, TikTok juga memberikan peluang untuk mendapatkan pengakuan, bahkan ketenaran dalam waktu singkat.
Benci: Algoritma, Ketergantungan, dan Standar Sosial
Di lain pihak, ada pula kelompok yang mengkritik aplikasi TikTok dengan berbagai alasan. Algoritma TikTok yang sangat personal dapat membuat ketergantungan, di mana pengguna TikTok bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa sadar.
Selain itu, tekanan untuk selalu tampil sempurna sesuai dengan tren yang ada di TikTok bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
Banyak anak muda yang merasa terisolasi karena merasa kehidupan mereka tidak se-keren yang mereka lihat di TikTok. Padahal, kita tidak bisa mengukur kebahagiaan hanya sekedar apa yang dilihat dari dunia maya.
Semua orang punya hidup dan jalan yang berbeda-beda, maka tidak sepatutnya untuk membandingkan diri dengan orang lain apalagi kalau hanya dilihat dari layar.
Keduanya: Hubungan yang Kompleks
Sebagian besar Generasi Z memiliki hubungan yang kompleks dengan TikTok. Mereka bisa menikmati konten yang ditawarkan di TikTok, dan menyadari pula dampak negatif dari penggunaan TikTok yang berlebihan.
Banyak pengguna yang mencoba mencari keseimbangan untuk mengatur waktu menggunakan TikTok agar tidak terjebak scroll TikTok secara berjam-jam. Ada pula membatasi diri untuk mengonsumsi konten TikTok, di mana hanya ingin menikmati untuk hal-hal yang edukatif saja.
Pada akhirnya TikTok adalah alat yang dapat membawa manfaat atau bahkan malapetaka. Ini tergantung lagi sih bagaimana pengguna memanfaatkan aplikasi TikTok yang mereka miliki.
Kesimpulan
TikTok adalah platform yang membentuk budaya digital bagi Generasi Z, baik dari segi positif maupun negatif. Ada yang mencintainya dengan kebebasan berekspresi yang ditawarkan, ada yang membencinya lantaran dampak psikologi dan sosial yang ditimbulkan, dan ada pula yang berada di antara keduanya.
Yang jelas, hubungan Generasi Z dan TikTok bukanlah hitam putih, melainkan dinamika yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran digital yang semakin matang.
Baca Juga
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
Artikel Terkait
-
Siapa Garuda Wisnu Satria Muda? Dikira Cuma Artis, padahal Kelompok Seniman Lokal Berprestasi
-
Mengenal Pencipta Lagu 'Stecu Stecu', Kini Viral di TikTok Usai Dibawakan Faris Adam
-
Lama Pisah Baru Gugat Cerai, Simak Lagi Perjalanan Cinta Putri Anne dan Arya Saloka
-
5 Sekuel Film Indonesia Lebih Laris dari Film Pertama, Ada Qodrat 2!
-
Awas, Tak Lolos Uji Emisi di Jakarta Kena Denda Rp 50 Juta
Kolom
-
Ngopi Sekarang Bukan Lagi Soal Rasa, Tapi Gaya?
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
Komitmen Relawan Mahasiswa, Sekadar Formalitas atau Pilihan Hati?
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Nilai Tukar Rupiah Loyo, Semangat Pengusaha Jangan Ikut-ikutan!
Terkini
-
Semifinal AFC U-17: Saat Tim Bernapas Kuda Bertemu dengan Tim Bertenaga Badak
-
Ulasan Novel Jar of Hearts: Terungkapnya Kasus Pembunuhan Setelah 15 Tahun
-
Penampilan Jang Wonyoung di Acara Pop-Up Innisfree Tarik Perhatian Netizen: Seperti Peri!
-
4 Drama Korea dengan Latar Restoran, Bikin Ngiler dan Baper Sekaligus!
-
Menangis Bukan Berarti Lemah, 5 Karakter Anime Buktikan Kekuatan Air Mata