Penggunaan skincare mengalami perkembangan yang cukup pesat melalui aplikasi TikTok. Banyak influencer yang diendorse atau dibayar untuk mempengaruhi pengikutnya untuk membeli produk yang dianggap memiliki klaim yang bagus untuk wajah.
Influencer dapat disebut sebagai selebgram, yaitu orang yang memiliki pengaruh besar di platform media sosial karena jumlah pengikutnya yang banyak dan kontennya yang berpengaruh dalam membentuk opini, gaya hidup, atau perilaku pengikutnya. Melalui TikTok juga memudahkan sesuatu hal menjadi viral.
Contohnya apabila ada seseorang netizen yang terpengaruh untuk menggunakan skincare tersebut dan kemudian membuat konten dan banyak yang melihat, maka akan banyak netizen yang kepo lalu membelinya. Netizen yang membuat konten lalu FYP di TikTok tidak perlu followers banyak agar videonya viral, tetapi, algoritma TikTok-lah yang akan menentukan.
Influencer dibayar dengan nominal yang cukup mahal untuk mengiklankan merk-merk skincare tersebut, tetapi apakah benar-benar bagus dengan harga yang cukup mahal? apalagi UMR Indonesia yang tidak begitu tinggi? bahkan kenaikan PPN? Mari kita bahas.
Najela, Rahman, dan Nurdin dalam Jurnal Ilmu Komunikasi UHO mengungkapkan, banyaknya endorsement produk oleh influencer menimbulkan kekhawatiran, terutama mengenai kepercayaan terhadap klaim produk kecantikan yang mereka promosikan. Sebagian influencer memasarkan produk tanpa melakukan verifikasi yang cukup, sehingga dapat membahayakan konsumen jika produk tersebut tidak terjamin keamanan atau efektivitasnya.
Fenomena maraknya skincare overclaim yang dipromosikan oleh para owner flexing di TikTok menjadi isu yang mengkhawatirkan. Banyak dari mereka menjanjikan hasil instan dan manfaat yang berlebihan tanpa dasar ilmiah yang jelas, hanya demi menarik perhatian dan meningkatkan penjualan.
Padahal, klaim yang tidak realistis ini berpotensi menyesatkan konsumen dan bahkan membahayakan kesehatan kulit mereka. Ironisnya, gaya hidup mewah yang dipamerkan oleh para owner ini sering kali dijadikan strategi pemasaran untuk menciptakan ilusi bahwa produk mereka adalah kunci sukses dan kecantikan. Konsumen harus lebih kritis dalam memilih skincare dan tidak mudah terpengaruh oleh tren semata, melainkan memastikan keamanan dan efektivitas produk melalui riset yang lebih mendalam.
Untungnya, muncul sosok konten kreator yang memiliki background dokter dan sering mengungkap kandungan-kandungan yang ada pada skincare viral apakah overclaim atau tidak. Kemunculan konten kreator dengan gelar dokter merupakan salah satu hal yang menguntungkan bagi netizen.
Netizen dapat mengetahui merk-merk yang disebutkan tersebut telah dicek kandungannya oleh doktif, dan doktif pula mengungkapkan apakah produk tersebut worth it sesuai dengan harga atau tidak. Sebenarnya banyak influencer dokter lain yang mengedukasi, tetapi doktif ini yang paling viral dan banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat atas keberaniannya untuk menyebutkan merk-merk skincare yang overclaim atau tulisan dengan kandungannya sesuai atau tidak.
Misal, tulisan pada produk mengandung 10% niacinamide, tetapi hasil lab yang doktif lakukan kandungan asli skincare tersebut tidak menunjukan persentase angka tersebut.
Kehadiran dokter detektif yang mengungkap produk skincare dengan klaim berlebihan dan harga yang tidak sesuai menjadi salah satu cara efektif bagi masyarakat untuk terhindar dari jebakan promosi dari selebgram. Dokter detektif ini membantu mengedukasi konsumen dengan membongkar fakta-fakta di balik kandungan produk dan memberikan analisis berdasarkan hasil uji lab yang telah dilakukan.
Dengan informasi yang doktif bagikan, masyarakat diharapkan dapat lebih selektif dalam memilih skincare yang benar-benar berkualitas dan sesuai kebutuhan kulit, sehingga tidak mudah tergoda oleh promosi semata. Hal ini adanya Doktif juga dapat dijadikan sebagai tips ketika ingin memilih skincare.
Pertimbangkan lagi apabila merk tersebut sudah di uji lab oleh doktif, tetapi masih banyak influencer yang mempromosikan, sudah tau kan apa yang harus dilakukan? tetap membeli karena percaya kondisi kulit setiap orang berbeda? atau yakin untuk tidak membeli? Harapannya masyarakat lebih aware terkait permasalahan overclaim ini, dan semoga adanya doktif dapat membantu kalian dalam memilih produk skincare!
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Siapa Mas Batik Host Live 80 Ribu Penonton yang Viral? Ini Profil Farhan Schumaher Myciello
-
7 Merek Skincare Lokal yang Ampuh Cerahkan Wajah, Aman Bagi Pemula
-
Rangkaian Skincare Viva untuk Memutihkan Wajah, Murah Meriah Hempas Kulit Kusam
-
5 Rekomendasi Sleeping Mask Bikin Wajah Glowing, Mulai Rp20 Ribuan
-
Pesona Host Live Akun TikTok 72 Batik: Diserbu 80 Juta Lebih Penonton, Tuai Pro Kontra di X
Kolom
-
Fenomena Pengalihan Isu: Senjata Rahasia Elite Politik untuk Lolos dari Kontrol Publik?
-
Sekolah Unggulan Garuda: Menyeimbangkan Ambisi dan Tantangan Pendidikan
-
Hilirisasi ala Gibran: Visi Besar atau Konten Kosong?
-
UTBK 2025: Ketika Kecurangan Ujian Lebih Canggih dari 'Bad Genius'
-
Jerat Wisuda dan Suara yang Tersesat
Terkini
-
BRI Liga 1: Paul Munster Tak Remehkan Arema FC, Persebaya Surabaya Siap Tempur!
-
6 Drama China dengan Judul Glory, Mana Favoritmu?
-
Review Film Aisyah - Biarkan Kami Bersaudara: Persaudaraan Lintas Iman
-
4 Ide OOTD ala Giselle aespa, Gaya Kasual Klasik sampai Formal Menawan!
-
Mau Tampil Modis Setiap Hari? Sontek 4 Gaya Daily Look ala Shin Si Ah