Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi perempuan stres atau depresi. (Shutterstock)

Depresi merupakan suatu penyakit mental yang berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang. Pada saat seseorang mengalami depresi ia cenderung merasakan rasa kesedihan yang mendalam, kehilangan nafsu makan, frustasi atas hal-hal kecil, dan lain-lain.

Berdasarkan hasil riset oleh Karl Peltzer, peneliti dari University of Limpopo, Afrika Selatan, dan Supa Pengpid, peneliti dari Mahidol University, Thailand, mengenai prevalensi depresi di Indonesia yang berskala nasional baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil riset ini mengatakan bahwa terdapat 21.8 persen responden berusia 15 tahun keatas mengalami depresi baik itu memiliki gejala depresi sedang ataupun besar.

Pada saat ini, depresi merupakan topik yang gemar dibicarakan oleh para milenial. Tapi pemahaman yang dimiliki oleh milenial terhadap depresi masih cukup rendah. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh penulis di wilayah DKI Jakarta yang berkisar dari umur 18-28 tahun, terdapat 23 koresponden belum mengetahui dan paham mengenai apa itu depresi, 68 koresponden belum mengetahui dukungan apa yang bisa dilakukan dan dibutuhkan bagi seseorang yang terkena depresi, dan terdapat 37 koresponden yang pernah beranggapan bahwa seseorang yang mengidap depresi itu hanya berlebihan atau dramatis.

Stigma negatif yang masih beredar pada masyarakat masih cukup banyak. Masih banyak anggapan bahwa seseorang yang mengalami depresi atau penyakit mental itu gila, kurang ibadah, harus dijauhi dan suatu aib yang harus ditutupi. Padahal, stigma negatif yang telah tersebar luas di masyarakat mengenai kesehatan dan gangguan mental berakibat jauh lebih buruk dari apa yang pernah kita bayangkan.

Stigma-stigma tersebut membuat seseorang yang mengalami depresi merasa malu, tidak percaya diri, menyalahkan diri sendiri, enggan untuk mencari dukungan dan melakukan pengobatan serta bisa berdampak pada kematian. Padahal seseorang yang mengalami depresi sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat mereka. Karena dukungan dari keluarga ataupun sahabat akan sangat membantu mereka.

Mayo Clinic mengatakan bahwa ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung teman atau keluarga kita yang sedang mengalami depresi. Berikut hal-hal yang bisa kita lakukan adalah belajar dan pahami gejala-gejala depresi, ajak mereka untuk melakukan perawatan, pahami dan cari tahu mengenai dampak dari depresi, pahami risiko bunuh diri, waspada dengan tanda-tanda bunuh diri, berikan dukungan sepenuhnya.

Selain itu dukungan yang bisa dilakukan adalah selalu temani teman atau keluarga kalian yang mengalami depresi, dengarkan mereka bila sedang bercerita dan usahakan untuk tidak memberi mereka nasihat, karena mereka cenderung ingin didengarkan. Dukungan-dukungan ini penting untuk dilakukan karena dengan mendukung mereka, kita bisa mulai menghilangkan stigma yang ada pada dimasyarakat.

Pengetahuan terhadap depresi dan pemberitahuan mengenai dukungan yang bisa dilakukan terhadap teman atau keluarga kita yang mengalami depresi sangat penting karena menurut World Health Organization (WHO) memprediksikan, depresi akan menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi kedua, setelah penyakit jantung. Dengan mengetahui apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung mereka, kita bisa membantu mereka untuk melawan stigma yang telah beredar pada masyarakat.  

Pengirim: Radia Luthfina Nethania / Mahasiswa dari London School of Public Relations Jakarta
E-mail: radia.luthfina@yahoo.co.id