Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi teknologi digital. [Shutterstock]

Teknologi memang sudah berkembang seiring berjalannya waktu. Kita dapat membandingkan dengan jelas ketika di tahun 90an dengan tahun 2007-2020. Ternyata hanya butuh sekitar 10 tahun, segala hal bisa berubah.

Masih ingat dengan permainan benteng, batu tujuh, petak umpet, lompat tali dan permainan tradisional lainnya? Sepertinya hanya anak-anak kelahiran 1990-2006 saja yang mengetahuinya. Permainan ini cukup digemari kala itu. Banyak anak sampai lupa pulang karena terlalu asyik bermain.

Tidak ada telepon genggam, laptop, atau semacamnya. Mereka benar-benar bermain dan berinteraksi secara langsung. Coba kita bandingkan tahun 2020. Semuanya selalu bergantung pada telepon genggam, laptop, dan game online.

Tidak ada lagi interaksi secara langsung di antara mereka. Meskipun mereka bertemu dan bermain bersama, tetapi semua hanya fokus pada layar ponsel masing-masing. Perkembangan teknologi inilah yang merubah gaya hidup anak-anak kelahiran 2007-2020.

Jangankan orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang sibuk bermain ponsel. Anak balita pun beberapa sudah ada yang diperkenalkan telepon genggam oleh orang tuanya. Alih-alih agar menjadi mainan alternatif, justru hal ini kurang baik.

Pasalnya, anak-anak yang terbilang belum cukup umur masih butuh pengawasan dalam bermain telepon genggam. Orang tua harus pandai memberikan konten yang layak sesuai usianya. Selain itu, hal ini juga dapat merusak matanya. Anak-anak yang belum cukup umur belum dapat mengurus diri sehingga akan menimbulkan ketergantungan.

Orang tua harus bijak dalam memberikan mainan kepada anaknya. Selain untuk menghibur diri, seharusnya juga bermanfaat agar mendukung tumbuh kembang anak. Kadang terpikir olehku. Mengapa permainan tradisional tidak pernah dimainkan lagi saat ini? Apa anak-anak mulai enggan atau malas? Padahal jika kupikir-pikir justru permainan itu yang sangat mengasyikan dibanding telepon genggam.

Bermain bersama teman dan langsung berinteraksi membuat kita semakin akrab. Selain itu, tubuh kita juga akan berolahraga sedikit sehingga menyehatkan dibandingkan dengan memainkan telepon genggam yang hanya duduk atau tiduran saja.

Semakin bertambahnya teknologi, semakin membosankan. Bagaimana tidak? Semuanya dilakukan dengan instan saat ini. Jarang sekali ada interaksi langsung. Semuanya dilakukan di telepon genggam. Memang memudahkan, tetapi entah mengapa semakin praktisnya teknologi semakin susah mendapatkan teman sesungguhnya.

Tetapi tidak dapat dipungkiri, teknologi membantu memudahkan kita melakukan segala hal, mendekatkan yang jauh, dan menambah pengetahuan. Selain itu, kita juga dapat berkenalan dengan siapapun di seluruh dunia. Tapi, apakah teman sungguhan? Nyatanya, saat aku bertemu dengan teman melalui media sosial rasanya canggung. Ada rasa was-was karena belum mempercayai.

Semakin berkembangnya teknologi kita harus pintar-pintar karena kita tidak dapat mengetahui mana orang baik dan tidak. Kita juga harus menjaga identitas kita sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak lupa untuk selalu bijak dalam menggunakan teknologi.

Oleh: Ade Amalia Choerunisa
Email: adeamaliach@gmail.comĀ­