Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Zahrin Nur Azizah
Ilustrasi seseorang dengan depresi (Pixabay)

Kita pasti sering mendengar suara dari pikiran sendiri atau bahkan pernah berbicara pada diri sendiri dalam hati, kan? Nah, itu disebut dengan self-talk. Namun, bagaimana jika suara dalam pikiran kita malah menyalahkan, bahkan menghakimi diri sendiri? Kondisi demikian disebut dengan self-criticism. Sudah ada yang pernah dengar?

Apa itu Self-criticism?

Self-criticism merupakan perasaan yang terus menyalahkan diri sendiri, baik itu karena kesalahan, ketidaksengajaan, atau hal-hal yang pernah dilakukan. Tidak jarang, kondisi ini bisa sampai menyebabkan depresi. Contoh sederhananya, “Kenapa yang aku lakukan selalu salah?”, “Mungkin aku ini orangnya membosankan,” “Bagaimana kalau presentasiku nanti jelek?”

Kamu tahu tidak, berpikiran seperti ini sampai membuatmu overthinking, tidak baik? Jika pikiran sudah kacau seperti itu, maka itu akan berdampak pada kesehatan fisik maupun psikis, lho.

Apa yang ada di pikiranmu dapat memberikan dampak pada perasaan dan perilakumu, baik secara langsung maupun tidak.  Untuk itu mulai sekarang, mulailah berdamai dengan diri sendiri, dan hindari self-criticism atau toxic self-criticism melalui 3 hal sederhana di bawah ini.

1. Beri perhatian lebih pada pikiranmu

Dalam sehari kita bisa memikirkan banyak hal dan belum tentu semuanya adalah hal-hal penting. Cobalah untuk berdiam diri sebentar, dan pikirkan hal-hal yang memang itu penting bagimu. Dengan demikian, kamu bisa lebih mengenal pola pikiranmu dan dapat lebih memahami diri sendiri. 

Misalnya, setelah pulang sekolah atau bekerja dari kantor pasti merasa lelah. Di saat seperti itu, cobalah untuk duduk dan beristirahat sejenak. Saat sedang melakukannya, biasanya kalian mengingat kembali kejadian seharian ini, baik itu yang menyenangkan maupun sebaliknya. Mengingat kembali kejadian kurang menyenangkan, kadangkala membuat pikitan kalian mengatakan, “Harusnya tadi aku tidak berbuat seperti itu,” dan akhirnya muncul penyesalan.

Mulai sekarang, cobalah ubah pemikiran itu dengan, “Tadi aku malu-maluin, besok pasti aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi," atau, "Tidak apa-apa. Melakukan kesalahan itu wajar, kok.”

Setelah memperbaiki pola pikir tadi menjadi self-correction, sekarang coba pikirkan hal menyenangkan apa yang terjadi hari ini dan cobalah tersenyum. Everything is gonna be okay, right?

2. Lakukan aktivitas yang positif

Terus merenungkan kesalahan yang pernah diperbuat tidak akan memecahkan permasalahan yang ada. Cara yang terbaik adalah mengalihkan pikiran dengan melakukan kegiatan yang positif. Misalnya, membersihkan rumah, jalan-jalan bersama teman, memandikan hewan peliharaan, dan lainnya. Hal terpenting dari poin ini agar kita tidak berlarut-larut memikirkan hal yang tidak perlu.

3. Terimalah diri sendiri apa adanya

Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan itu hal yang wajar. Belajar dari kesalahan akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Hal yang perlu dilakukan adalah mencoba menerima kekuranganmu, dan berkomitmen untuk memperbaikinya di masa depan.

Misalnya saat ini, kamu ada presentasi dan tiba-tiba merasa gugup, tapi kamu juga ingin belajar agar bisa berbicara di depan orang banyak. Kalau situasinya seperti itu, maka kamu harus tetap maju dengan berani, dan mulailah melakukan presentasi. Kerahkan yang terbaik dari dirimu dan kesampingkan pikiran-pikiran yang mencoba menjatuhkanmu. Cobalah terima versi dirimu saat ini apa adanya sambil belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Self-criticism sendiri tidak selalu memberikan pengaruh negatif. Tergantung dari diri kita bagaimana cara menyikapinya, sehingga tidak berbalik menjadi toxic self-criticism. Yuk, mulai dari sekarang hindari berpikiran negatif dan selalu terima dirimu sendiri apa adanya!

Zahrin Nur Azizah