Jika mendengar kata strict parents, pasti akan terbayang tentang sikap didikan orang tua yang tegas dan menakutkan. Strict parents selalu menempatkan ekspektasi yang tinggi terhadap anak dan selalu menuntut lebih. Pola didikan tersebut tidak bisa disalahkan sepenuhnya, selama orang tua tetap memberikan kasih sayang dan dukungan yang seimbang.
Namun, kebanyakan orang tua selalu menuntut tanpa memberikan dukungan. Tidak mendengarkan opini anak ataupun memberikan respons positif lainnya. Orang tua yang memiliki pola asuh anak seperti itu cenderung bersifat otoriter. Apabila terus dilakukan, maka akan menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan anak secara mental.
Mengenal Karakteristik Strict Parent
1. Memiliki Banyak Peraturan
Strict parents selalu menerapkan banyak peraturan untuk sang anak. Mulai dari cara berpakaian, berperilaku, jadwal belajar, harus mengikuti les tambahan, dan lain-lain. Peraturan bukan hal yang negatif, justru mampu membantu anak lebih disiplin. Namun, apabila terlalu banyak aturan tentunya akan membuat anak merasa tertekan.
2. Mengabaikan Pendapat Anak
Gaya asuh strict parents yang bersifat otoriter, tidak memberikan ruang bagi anak untuk menyampaikan pendapat. Mereka cenderung membentuk peraturan sepihak tanpa menampung keinginan sang anak. Dampaknya, anak akan merasa terabaikan.
3. Memotivasi Dengan Cara yang Salah
Ketika anak gagal atau melakukan kesalahan terhadap sesuatu, orang tua dengan gaya asuh ini selalu melontarkan kata-kata pedas kepada sang buah hati. Tujuannya adalah untuk memberikan dorongan agar anak termotivasi. Namun, sebaliknya tingkat kepercayaan diri sang anak menjadi menurun akibat omongan-omongan buruk yang diterimanya.
Dampak Buruk Strict Parent yang Bersifat Otoriter Kepada Anak
Bukan main-main, berikut dampak buruknya bagi perkembangan sang anak apabila tidak segera diatasi. Di antaranya :
1. Timbulnya Rasa Tidak Bahagia
Seorang anak yang hidup dengan cara dibentak, dipaksa, dan dipermalukan akan membuat anak merasa tidak bahagia serta tertekan. Lebih parahnya, apabila tidak segera disadari, gejala-gejala depresi bisa saja terjadi.
2. Anak Menjadi Pembangkang dan Agresif
Pola asuh anak yang terbiasa menggunakan paksaan, bentakan ataupun kekerasan, dapat menimbulkan karakter buah hati pembangkang dan agresif. Hal tersebut terjadi, sebab sang anak meniru perbuatan tersebut dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
3. Tidak Percaya Diri dan Susah Mengambil Keputusan
Anak dengan pola asuh strict parents kerap kali merasa kecil dan tidak memiliki rasa percaya diri yang baik. Mereka terbiasa hidup diatur dan tidak diberi hak untuk menyampaikan opini maupun keinginannya sendiri. Oleh sebab itu, mereka sulit untuk memutuskan sesuatu sendiri.
Nah, itu dia penjelasan singkat tentang strict parent yang harus kamu ketahui. Jadi orang tua yang tegas dan disiplin memang baik. Namun, jangan lupa untuk selalu memberikan anak dukungan dan penghargaan untuk setiap pencapaian kecilnya, ya.
Tag
Baca Juga
-
5 Drama Korea Sekolah Penuh Aksi yang Mirip Weak Hero Class
-
Isyaratkan Comeback, Momoland Tandatangani Kontrak dengan Agensi Baru
-
YooA dan Arin Oh My Girl Resmi Hengkang dari WM Entertainment
-
Tampil Berani di Met Gala 2025, Outfit Lisa BLACKPINK Undang Kontroversi
-
Keena FIFTY FIFTY Absen dari Promosi Comeback Akibat Masalah Kesehatan
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Tampil Stand Out Seharian dengan 5 Ide Casual Look ala Anya Geraldine
-
5 Gaya Kuncir Rambut Manis ala Esther Yu Ini Bisa Bikin Kamu Terlihat Lebih Muda!
-
Ponsel Honor 400 Bakal Rilis Akhir Mei 2025, Usung Kamera 200 MP dan Teknologi AI
-
Realme Neo 7 Turbo Siap Meluncur Bulan Ini, Tampilan Lebih Fresh dan Bawa Chipset Dimensity 9400e
-
Realme GT 7T Segera Hadir dengan Sensor Selfie 32 MP dan Baterai Jumbo 7000 mAh
Terkini
-
Film Legenda Kelam Malin Kundang Persembahan Joko Anwar, Apa yang Menarik?
-
5 Drama Korea Seru Jung Kyung Ho, Terbaru Bisa Lihat Hantu di Oh My Ghost Clients
-
Perpustakaan Cikini: Ruang Publik Modern Favorit di Jakarta
-
Alasan Half-Cold Half-Hot Quirk Cocok untuk Shoto Boku no Hero Academia
-
Konspirasi Lucu Ikan yang Penuh Edukasi di Buku Don't Trust Fish