Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Dea Nabila Putri
Kenali 4 Budaya Kerja Ini, Jangan Sampai Salah Kaprah! (unsplash.com)

Setiap perusahaan atau instansi pasti menerapkan peraturan khusus yang dibuat agar organisasi dan budaya kerja bisa dilakukan oleh para pekerjanya.

Apalagi di era sekarang, makin banyak muncul perusahaan baru dengan tujuan dan visi misi yang berbeda sehingga banyak orang juga yang belajar untuk memahami sistem kerja dan budaya yang diterapkan.

Tak jarang, banyak yang merasa "culture shock" ketika berada di  lingkungan kerja baru dan sulit beradaptasi. Oleh karena itu, coba kenali budaya kerja ini yang sering diterapkan di kantor atau perusahaan. 

Berikut 4 budaya kerja  yang sering ditemui:

1. Clan Culture

Clan culture adalah nama yang diberikan kepada sebuah organisasi perusahaan dengan nuansa kekeluargaan. Sebutan budaya ini diadopsi dari kata klan dariGaelik Skotlandia kuno, yang berarti keturunan atau keluarga.

Ketika diterapkan pada budaya perusahaan, clan culture adalah sebuah organisasi yang erat, bekerja sama sebagai sebuah komunitas dan biasanya mengutamakan rekan kerja dan kebutuhan karyawan mereka.

Karena kemunculan banyak jenis bisnis dan alur organisasi pekerjaan, clan culture ini sering digunakan dalam skala bisnis kecil dan menengah. Clan culture ini juga membuat pekerjaan menjadi fleksibel dan mengutamakan kebersamaan, serta semua pendapat yang disampaikan oleh pegawai dihargai oleh pemilik perusahaan.

2. Adhocracy culture

Selain clan culture, sistem budaya kerja ini juga cukup sering diadopsi ke perusahaan. Adhocracy culture atau budaya adhokrasi ini adalah jenis budaya organisasi di mana keputusan dibuat secara organik dan fokusnya adalah menyelesaikan pekerjaan. Kata adhocracy adalah gabungan dari dua bagian: ad hoc dan cracy. Ad hoc didefinisikan oleh kamus Merriam-Webster sebagai 'berkaitan dengan tujuan atau tujuan tertentu' dan 'cracy' berarti 'memerintah dengan'.

Dalam struktur organisasi adhokrasi, kepemimpinan terdesentralisasi dan keputusan diambil cukup cepat karena hal-hal sering berubah tergantung pada kebutuhan saat ini. Budaya ini juga memiliki perencanaan perusahaan ke depan atau prosedur formal. Fokusnya adalah pada proyek yang sedang dikerjakan.

3. Hierarchy culture

Dari semua jenis budaya kerja, budaya hirarki ini adalah yang budaya yang paling erat dengan kehidupan pekerja. Walau terdengar mirip dengan adhokrasi, budaya ini lebih berfokus pada pengembangan dan pemeliharaan aturan, struktur, dan proses organisasi yang stabil dengan menerapkan sistem hierarki kekuasaan dan manajemen.

Sistem ini pun menganut banyak birokrasi, sehingga pada dasarnya setiap hal yang dilakukan memiliki step masing-masing dan tidak ada satupun yang bisa melewati organisasi tersebut. Biasanya, hal ini cukup sulit membuat pegawai untuk bisa berinteraksi langsung dengan atasan.

4. Market culture

Budaya ini juga sering kita temui di perusahaan, terutama perusahaan firma keuangan. Budaya ini mengedepankan persaingan antara individu dalam menjalani tugas masing-masing.

Hal ini membuat banyak kasus pekerja yang merasa tersaingi dengan pekerja lain. Budaya ini diterapkan untuk menimbulkan rasa kompetitif antar individu dan kelompok sehingga banyak yang diharapkan bisa fokus dalam meningkatkan produtivitas kerja.

Pada hakikatnya, kita semua memiliki tujuan masing-masing untuk bekerja dan bukan hanya sebatas mendapatkan penghasilan. Dengan ketepatan dan kegigihan, tentu saja apapun budayanya bisa membuat kita beradaptasi dengan cepat dan meningkatkan perfoma kerja.

Dea Nabila Putri