Setiap orang bisa mengalami kemarahan dan ini merupakan reaksi emosi yang normal. Apabila anak-anak tidak mampu memahami serta menungkapkannya dengan, maka tak menutup kemungkinan mereka akan mengalami ledakan kemarahan tersebut. Karenanya Anda perlu melakukan manajemen kemarahan kepada anak-anak untuk membantu mereka mengatasi kemarahannya secara berbeda, produktif, dan lebih sehat.
Kemarahan pada anak bisa menjadi komunikasi yang sering kali muncul saat kebutuhan mereka tidak terpenuhi atau ketika ada seseorang yang mencoba menyakitinya. Inilah mengapa mereka juga perlu belajar mengelola amarah untuk menciptakan kesadaran diri, ketenangan pikiran, dan kepercayaan diri.
Disadur dari Mom Junction, berikut beberapa aktivitas yang dapat memanajemen kemarahan anak!
1. Berlatih Melakukan Pernapasan Dalam
Mengajarkan anak tentang pernapasan dalam akan membantu mereka mengendalikan amarah. Bernapas perlahan dan dalam secara tidak langsung akan menenangkan sistem saraf.
Mereka perlu memahami bahwa ketika seseorang marah, detak jantung mereka akan meningkat. Sementara saat mereka menarik napas dalam-dalam, maka detak jantung akan melambat. Jadi, Anda perlu meminta mereka untuk meletakkan tangan di jantung mereka sendiri dan merasakan detakannya.
2. Menggambar
Beberapa anak mungkin kesulitan dalam mengekspresikan diri mereka lewat kata-kata tetapi tetap bisa mengeluarkan emosi mereka. Menggambar menjadi salah satu aktivitas yang dapat membantu mereka agar tenang dan rileks.
Apabila anak menyukai kegiatan menggambar, doronglah mereka untuk menggunakannya sebagai kegiatan dalam mengelola kemarahan yang mereka rasakan.
3. Identifikasi Pemicu dan Hindari
Tak sedikit anak yang menjadi marah ataupun kesal ketika mereka diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai atau saat orang tua melarang melakukan sesuatu yang mereka suka.
Sebagai orangtua, Anda harus bisa mengidentifikasi pemicu ini dan menghindari kemarahan mereka dengan memberikan peringatan waktu, mempersiapkan mereka untuk situasi tersebut, atau memecah proses menjadi beberapa langkah.
Misalnya ketika Anda ingin anak-anak mematikan televisi, Anda dapat memberi tahu mereka bahwa mereka hanya punya sepuluh menit lagi untuk menonton acara mereka. Peringatan waktu akan membantu mempersiapkan dan menghindari ledakan kemarahan yang tiba-tiba.
4. Memberikan Kosa Kata Perasaan
Meskipun anak sudah fasih berbicara, tetapi tidak sedikit dari mereka yang kesulitan mengungkapkan emosi marahnya. Mereka tidak punya kosakata yang tepat untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka.
Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk memperkenalkan kosa kata emosi, termasuk marah, frustrasi, jengkel, dan gugup. Dengan begitu, mereka bisa menggunakannya untuk mengkespresikan kemarahannya dengan cara yang lebih pantas.
Memahami kondisi emosional anak menjadi salah satu hal yang penting. Karenanya, Anda dapat mencoba beberapa tips tersebut untuk mengajari anak mengelola rasa marah.
Baca Juga
-
Suara.com Harus Terus Terbaca hingga Pelosok Nusantara
-
Berkat Suara.com dan Yoursay, Kini Mencari serta Berbagi Informasi Tak Sulit Lagi
-
3 Tips Menghemat saat Bekerja, Pengeluaran Jadi Gak Membengkak
-
Perlu Dicoba! Ini 4 Cara Memulai Usaha Jus Buah supaya Laris
-
3 Cara Jualan Makanan Secara Online, Dijamin Banyak Untungnya!
Artikel Terkait
Lifestyle
-
4 Padu Padan OOTD Chic ala Yunjin LE SSERAFIM, Stylish Buat Segala Suasana!
-
4 Rekomendasi Serum Vitamin C Terjangkau untuk Pelajar dengan Kulit Cerah
-
Classy & Cozy, 4 OOTD Street Style Hyunjin STRAY KIDS yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Toner Lotus Kaya Antioksidan untuk Kulit Glowing Alami dan Bebas Kusam
-
4 OOTD Mood Matching ala Yeonjun TXT yang Fleksibel Buat Harian
Terkini
-
Kesejahteraan Guru Terancam? Menag Bilang 'Cari Uang, Jangan Jadi Guru!'
-
Band-Aid oleh KickFlip: Hadapi Sakitnya Patah Hati dan Merindukan Seseorang
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Pestapora Minta Maaf soal Freeport, Gestur Kiki Ucup Dihujat: 'Minimal Tangan Jangan di Saku!'