Apakah kamu menjadi salah satu orang yang ingin lekas menyelenggarakan pesta pernikahan? Kalau iya, maka kamu tidak sendirian. Banyak orang di luar sana menginginkan hal yang sama, menikah.
Menikah itu baik, namun buru-buru bukanlah hal yang baik. Kenapa sih, kamu tidak menikmati masa-masa bebas sebelum pernikahan itu? Padahal banyak orang yang sudah menikah, lalu merindukan kebebasan. Ya, nyatanya beberapa hal hanya bisa dipahami ketika sudah merasakannya sendiri.
Lalu, apa yang membuat seseorang buru-buru ingin menikah? Simak ulasan di bawah ini, ya!
1. Bucin
Banyak orang yang ingin segera menikah karena mereka menjadi seorang budak cinta atau yang seringkali disebut sebagai bucin. Mereka ingin segera melangkahi fase itu bersama kekasihnya. Mereka merasa terlalu menyayangi dan merasa tidak bisa hidup tanpa kekasihnya itu. Mereka takut kehilangan kekasihnya, dan menganggap bahwa dengan menikah, mereka tidak akan pernah menjumpai yang namanya perpisahan.
Maka dari itu, kita harus menjalani hubungan asmara dengan penuh sikap bijaksana. Sekali pun sayang kepada orang lain, jangan berlebihan. Agar nanti kalau putus, hidup kita tidak seperti setengah gila.
Selain itu, kita juga harus menjaga diri dan paham batasan ketika berpacaran. Karena semua risiko itu selalu mungkin untuk terjadi. Sesayang apa pun kita dengan seseorang, belum tentu dia adalah jodoh kita. Selagi belum ada ikatan yang pasti, kita harus tegas dalam menjaga diri.
2. Terbebani usia
Masih banyak orang yang menganggap bahwa di usia sekian maka sudah harus menikah. Ketika melebihi usia sekian maka berarti sudah lewat masa menikah dan akan sulit mendapatkan pasangan.
Usia sebenarnya tidak perlu dijadikan beban untuk segera melangsungkan pernikahan. Mereka yang sudah terlebih dulu menikah pun, belum tentu sepenuhnya bahagia.
Kenapa kita tidak terbebani dengan hal lain, misalnya menabung yang banyak, menambah aset, memperluas wawasan, dan yang lainnya? Kenapa hidup hanya seolah fase untuk berpacaran, menikah dan berumah tangga saja? Kenapa tidak membuka mata lebih luas untuk banyak hal menyenangkan yang lainnya?
3. Menganggap menikah adalah sebuah penyelesaian masalah
Adakah diantara kamu yang menganggap ketika kamu gagal dalam suatu hal atau kamu sedang berada dalam masalah, maka hal tersebut dikarenakan kamu belum menikah. Misalnya "Wah, aku nggak bahagia. mungkin karena aku belum menikah". Kalau dipikir-pikir, sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali, ya.
Namun demikian masih banyak diantara masyarakat kita yang menganggap bahwa masalah yang ada terkait dengan kondisi diri yang belum menikah. Tidak jarang hal tersebut membuat seseorang merasa panik dan mengalihkan permasalahannya dengan pernikahan.
Padahal setelah menikah, akan ada masalah yang lainnya lagi, petualangan yang baru lagi, pengorbanan yang jauh lebih besar lagi. Sehingga, pernikahan sebenarnya bukanlah solusi dari permasalahan yang sedang kamu hadapi.
4. Sudah mapan
Kemapanan seringkali membuat seseorang merasa ingin menikah. Maksudnya, karena hidup yang sudah berada, segala hal yang terasa dimudahkan, membuat seseorang merasa bahwa hanya satu yang kurang dalam hidupnya, yaitu menikah.
Padahal, membangun sebuah hubungan rumah tangga tidak sekadar membutuhkan kemapanan secara finansial semata. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mungkin kamu menganggap, dengan uang, semua hal bisa kamu dapatkan. Padahal tidak semudah itu.
5. Merasakan hidup yang hampa
Heran sekali dengan orang yang merasakan hidupnya hampa, lalu menjadikan pernikahan sebagai obat dari kehampaan itu. Hei, menikah tidak sebercanda itu!
Ketika hidupmu merasa hampa, mungkin kualitas ibadahmu masih sangat minim, mungkin hubunganmu dengan keluarga dan kerabat renggang karena kesalahanmu sendiri, mungkin kamu terlalu sombong dan dijauhi banyak orang, mungkin kamu terlalu gengsi untuk meminta maaf, sehingga dalam hidup yang kamu jalani, rasanya hampa.
Rasa hampa akan membuatmu merasa tidak bahagia, dan kamu menganggap bahwa dengan menikah, hari-harimu akan jauh lebih berwarna. Namun, niat menikah yang disebabkan sebuah rasa hampa, bukanlah niat yang baik. Bayangkan jika kamu sudah bisa menata rasa hampamu itu, apakah kamu akan meninggalkan pernikahan itu sendiri? Atau ketika setelah menikah, kamu tetap merasakan hampa, apakah kamu akan menikah lagi?
Itu dia 5 penyebab seseorang buru-buru menikah. Apakah kamu merasakan hal yang sama? Semoga kita akan selalu memiliki pemikiran yang terbuka dan memahami bahwa menikah bukanlah penyelesaian masalah, menikah juga bukan permainan, sehingga tidak boleh sembarangan!
Baca Juga
-
Jarang Disadari, 4 Pengaruh Silent Treatment dalam Hubungan Rumah Tangga!
-
Yoursay dan Suara Semakin Melegenda, Selalu Menjadi Rumah untuk Penulisnya
-
4 Tips Tetap Rukun dengan Pasangan Meskipun Beda Pilihan Capres di Pemilu 2024
-
Taman Cerdas Soekarno Hatta Jebres, Multifungsi dan Favoritnya Semua Kalangan
-
Cantiknya Pantai Teluk Penyu Cilacap, Indahnya Bikin Betah
Artikel Terkait
-
Apakah Rio Haryanto Mualaf? Ini Agama Calon Suami Athina Papadimitriou Keponakan Sandiaga Uno
-
Profil Athina Papadimitriou, Keponakan Sandiaga Uno yang Segera jadi Istri Rio Haryanto
-
Sebut Dapat Suami Salih dan Baik Itu Bonus, Febby Rastanty Tuai Kritik Menohok
-
Mahar Menurut Islam, Benarkah Lebih Murah Lebih Baik?
-
Justin Hubner Minat Nikah dengan Perempuan Indonesia
Lifestyle
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
4 Gaya OOTD Simpel ala Seohyun SNSD, Tetap Fashionable untuk Hangout!
-
4 Rekomendasi Outfit Kasual ala Momo TWICE yang Cocok untuk Hari-Hari Santaimu
-
4 Rekomendasi Mix and Match OOTD Chic ala Miyeon (G)I-DLE, Bikin Penampilan Lebih Modis
-
3 Sheet Mask Mengandung Aloe Vera Ampuh Atasi Sunburn, Harga Mulai Rp5 Ribu
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam