Generasi milenial mendominasi masyarakat saat ini sehingga mereka memiliki peranan penting dalam persaingan global. Generasi milenial dituntut untuk memenuhi kompetensi sehingga tak heran sering merasa stress, overthinking, dan cemas yang membuat mereka selalu merasa ingin merefresh pikiran mereka dengan healing, istilah yang baru-baru ini sering ditemukan di sosial media.
Kata healing sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti penyembuhan. Sementara itu dalam istilah psikologi kata healing mengacu pada proses penyembuhan terkait masalah psikologis. Namun, dalam kamus anak milenial sering diartikan sebagai liburan atau hiburan. Lalu mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam channel YouTubenya menjelaskan terdapat 4 hal yang menyebabkan generasi milenial mengartikan healing sebagai hiburan.
Berikut 4 hal yang menyebabkan generasi milenial salah mengartikan healing.
1. Kurangnya literasi
Banyaknya informasi yang bertebaran di sosial media menyebabkan generasi milenial ini sering menggunakan kata-kata baru tanpa mencari sumber literasi yang benar sehingga salah arti seperti healing ini. Lebih lanjut Prof. Rhenald Kasali menjelaskan dari kurangnya literasi ini menyebabkan generasi milenial sering melakukan self diagnosis.
Mereka mendapatkan informasi yang beragam kemudian mencocokkan apa yang terjadi pada diri mereka sendiri dan menyimpulkan kondisi mereka tanpa berkonsultasi kepada ahlinya. Salah satu contohnya adalah fenomena healing dimana generasi milenial merasa keadaan mereka perlu untuk diperbaiki dengan adanya masalah yang tengah mereka hadapi. Padahal kata healing merujuk pada proses penyembuhan seseorang yang memiliki luka batin.
2. The strawberry generation
Istilah unik ini ini muncul untuk melabeli generasi milenial yang menurut Prof. Rhenald Kasali itu lunak seperti stroberi. Artinya generasi milenial ini selalu ingin berada di zona nyaman dan memiliki mental yang lunak. Hal ini disebabkan karena kesejahteraan mereka dibanding generasi sebelumnya sudah lebih baik, dimana orang tua sering memanjakan mereka dengan berbagai kemudahan. Selanjutnya ketika mereka beranjak dewasa maka mereka tidak terbiasa untuk bekerja keras dan hanya ingin sesuatu dengan instan. Generasi milenial merasa perlu untuk healing sebagai sarana bermanja-manja.
3. Narasi orang tua
Banyak orang tua yang tanpa sadar sudah melabeli anak mereka dengan sesuatu yang membuat mereka memiliki mental yang lemah. Misalnya anak sering dilabeli cengeng, penakut dan lainnya. Hal ini tak jarang membuat anak merasa label tersebut benar-benar ada pada diri dan menjadikannya kekurangan yang akan selalu ada padanya. Pada akhirnya mereka tak berani mengambil resiko karena ada batas 'label' dari orang tua tersebut yang membuat mereka selalu berada di zona nyaman, salah satunya melalui healing ini.
4. Lari dari masalah
Kemudahan berbagai hal bagi generasi milenial membuat mereka ingin selalu berada di zona nyaman. Setiap generasi milenial tentunya memiliki tanggung jawab masing-masing. Katakanlah mahasiswa dengan beragam kegiatan dan tugas yang banyak. Tak jarang mereka merasa terlalu stress karena kesibukannya tersebut sehingga healing menjadi solusinya. Padahal memang itulah tanggung jawab yang tengah dipikul mereka. Tugas dan kegiatan adalah bagian yang harus dijalani mahasiswa bukan lari darinya.
Itulah pembahasan mengenai fenomena healing pada generasi milenial. Sudah jelas bukan bahwa sebenarnya kata healing tidak tepat jika digunakan untuk merujuk pada kegiatan hiburan atau liburan? Terlepas dari salah arti tersebut, healing boleh-boleh saja tetapi daripada berperilaku konsumtif alangkah lebih baiknya mencari alternatif lain sebagai sarana hiburan dan pandai untuk mengontrol diri agar tidak overthinking dan stres.
Tag
Baca Juga
-
Makan Ramah Lingkungan dengan Tadisi Lama, Cara Kembali Menyayangi Bumi
-
Tidak Perlu Krim Mahal, Pakai 5 Bahan Alami Ini untuk Hilangkan Flek Hitam
-
Ingin Terapkan Less Waste saat Travelling? Berikut 4 Tipsnya!
-
5 Langkah Sederhana Less Waste, Yuk Coba Terapkan!
-
Mulai Sustainable Living dari Mana? 5 Kebiasaan Ini Bisa Kamu Terapkan
Artikel Terkait
-
Quiet Quitting Karyawan sebagai Bentuk Protes Kepada Perusahaan
-
Kepulauan Seribu: Dulu Tempat Healing Anak Kost, Kini Jadi Surga Wisata Mewah
-
20 Kode Redeem FF Spesial Hari Ini, Dapatkan Reward Skin, Voucher hingga Token!
-
Kode Redeem Blox Fruits Maret 2025, Klaim Reward Menarik Gratis dengan Cara Ini
-
Komunitas Milenial Bergerak Sukses Gelar Aksi Sosial BERMANJA di Yogyakarta
Lifestyle
-
4 Ide OOTD Trendi dan Simpel ala Jinsoul ARTMS, Stylish Tanpa Ribet!
-
Ada Presentasi di Kelas? Ini 5 Tips Jitu dari Angga Fuja Widiana
-
Biar Makin Fresh di Weekend, Sontek 4 Outfit Lucu ala Kim Hye Yoon!
-
Anti Ribet, Ini 4 Ide Outfit Harian Cozy ala Siyoon Billlie yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Gaya Kasual Kekinian ala Choi Jungeun izna yang Menarik untuk Disontek
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan