Cerita tentang orang Jepang mencintai kucing itu sudah bukan rahasia umum. Budaya pop membuktikan akan hal itu. Hello Kity, kafe bertema kucing, telinga kucing elektronik adalah beberapa contoh yang menunjukkan kecintaan orang Jepang terhadap kucing yang telah menjadi obsesi. Selain itu, kuil kucing di Nyan Nyan Ji di Kyoto yang memiliki biksu kucing lengkap dengan pembantu-pembantunya membuktikan bahwa kucing bukanlah sekadar hewan lucu biasa. Nah, mengapa orang Jepang bisa sangat terobsesi dengan kucing? Dikutip dari Osusumebook, ini dia alasan lebih jelasnya.
1. Simbol Perlindungan dan Keberuntungan
Dalam cerita rakyat Jepang, kucing mempunyai kekuatan pelindung dan perlambang keberuntungan. Tidak ada contoh yang lebih jelas adalah munculnya kisah Maneki-neko. Cerita yang sudah ada berabad-abad yang lalu ini mengisahkan tentang seorang Raja feodal sedang berdiri di sebuah bawah pohon. Ia melihat seekor kucing yang melambaikan cakarnya ke arahnya.
Didorong rasa penasaran, ia kemudian mendekati kucing tersebut. Namun, tiba-tiba petir menyambar pohon tersebut. Sejak saat itu terciptalah kisah Maneki-neko yang mengilhami patung-patung kucing di seluruh dunia. Patung Maneki-neko sering ditempatkan di restoran dan etalase toko karena dipercaya dapat memanggil keberuntungan.
2. Dianggap Bijaksana dan Pandai Meramal
Dalam literatur Jepang, kucing tidak digunakan sebagai tokoh tambahan saja. Di beberapa novel, kucing dijadikan sebagai pusat cerita atau narator utama. Novel legendaris tentang kucing yang berjudul I Am A Cat millik Natsume Soseki adalah salah satunya. Cerita dalam novel tersebut mengambil sudut pandang kucing rumahan yang terpelajar. Ia juga kritis terhadap teman manusianya. Ia sering mengungkapkan sindiran jenaka klasik khas Jepang pra-modern kelas menengah ke atas.
Selang beberapa tahun kemudian, Hiro Arikawa mengambil inspirasi dari novel tersebut. Ia menulis The Traveling Cat Chronicles dan memplot kucing sebagai naratornya. Kucing ini sarkas dalam menceritakan petualangannya bersama pemiliknya.
Sementara itu, Haruki Murakami menulis cerita mengenai kucing yang memberi petunjuk terhadap kejadian buruk atau misteri. Cerita yang ditulis Murakami memang tidak mengambil kucing sebagai pemeran utamanya, namun kucing di dalamnya mempunyai peran yang penting.
3. Berperan dalam Munculnya Istilah Kawaii
Berbicara soal kucing, sepertinya kita tidak bisa tidak bilang “kawaii” setiap kali melihatnya. Kawaii adalah sebuah kosakata yang biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang lucu. Kucing-kucing yang dibuat kartun seperti Hello Kity, Jiji di Kiki’s Delivery Service, dan Doraemon termasuk kucing yang lucu. Jadi, kucing dan Kawaii adalah dua hal yang selalu beriringan.
Jadi, kira-kira itulah alasan mengenai obsesi Jepang terhadap kucing. Menurut Smithsonianmag, kecintaan mereka terhadap kucing juga mengilhami dibuatnya kafe kucing yang populer di seluruh dunia lho.
Baca Juga
-
5 Fakta Zom 100: Bucket List of the Dead yang Bikin Penasaran Penggemar
-
4 Rekomendasi Anime untuk Kamu yang Menyukai Cerita Bertema Zombie
-
Rekomendasi 4 Tontonan Menarik di Disney yang Tayang Bulan Juli 2023
-
Jujutsu Kaisen 2: Sinopsis dan Penjelasan Karakter Kunci di dalam Serialnya
-
Prosesi Sangjit, Seserahan ala Tionghoa yang Dijalani Anak Hotman Paris
Artikel Terkait
-
Kejuaraan Dunia 2022: PBSI Pastikan Tarik Mundur 3 Wakil Indonesia
-
Hari Kucing Internasional, Sejarah serta Cara Merayakannya
-
Drama Jepang Bejudul Fight Song, Angkat Tema Lagu yang Membawa Semangat dalam Hidup
-
Ternyata Bukan Warmindo, Pria Ini Bersyukur Tak Jadi Masuk dan Pesan Minum
-
Ternyata Hari Ini Hari Kucing Sedunia 2022, Berikut 10 Fakta Menarik Tentang Kucing
Lifestyle
-
4 Toner Tanpa Alkohol dan Pewangi untuk Kulit Mudah Iritasi, Gak Bikin Perih!
-
Effortlessly Feminine! 4 Padu Padan OOTD ala Mina TWICE yang Bisa Kamu Tiru
-
4 Daily Look Cozy Chic ala Jang Ki Yong, Bikin OOTD Jadi Lebih Stylish!
-
4 Sunscreen Oil Control Harga Murah Rp50 Ribuan, Bikin Wajah Matte Seharian
-
Gaya Macho ala Bae Nara: Sontek 4 Ide Clean OOTD yang Simpel Ini!
Terkini
-
Sea Games 2025: Menanti Kembali Tuah Indra Sjafri di Kompetisi Level ASEAN
-
Gawai, AI, dan Jerat Adiksi Digital yang Mengancam Generasi Indonesia
-
Married to the Idea: Relevankah Pernikahan untuk Generasi Sekarang?
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!