Mengapa Orang Jepang Terobsesi Pada Kucing? Ini Dia 3 Alasannya

Hikmawan Firdaus | aozora dee
Mengapa Orang Jepang Terobsesi Pada Kucing? Ini Dia 3 Alasannya
Ilustrasi Alasan Orang Jepang Terobsesi Pada Kucing [Pixabay/Matazel]

Cerita tentang orang Jepang mencintai kucing itu sudah bukan rahasia umum. Budaya pop membuktikan akan hal itu. Hello Kity, kafe bertema kucing, telinga kucing elektronik adalah beberapa contoh yang menunjukkan kecintaan orang Jepang terhadap kucing yang telah menjadi obsesi. Selain itu, kuil kucing di Nyan Nyan Ji di Kyoto yang memiliki biksu kucing lengkap dengan pembantu-pembantunya membuktikan bahwa kucing bukanlah sekadar hewan lucu biasa. Nah, mengapa orang Jepang bisa sangat terobsesi dengan kucing? Dikutip dari Osusumebook, ini dia alasan lebih jelasnya.

1. Simbol Perlindungan dan Keberuntungan

Dalam cerita rakyat Jepang, kucing mempunyai kekuatan pelindung dan perlambang keberuntungan. Tidak ada contoh yang lebih jelas adalah munculnya kisah Maneki-neko. Cerita yang sudah ada berabad-abad yang lalu ini mengisahkan tentang seorang Raja feodal sedang berdiri di sebuah bawah pohon. Ia melihat seekor kucing yang melambaikan cakarnya ke arahnya.

Didorong rasa penasaran, ia kemudian mendekati kucing tersebut. Namun, tiba-tiba petir menyambar pohon tersebut. Sejak saat itu terciptalah kisah Maneki-neko yang mengilhami patung-patung kucing di seluruh dunia. Patung Maneki-neko sering ditempatkan di restoran dan etalase toko karena dipercaya dapat memanggil keberuntungan.

2. Dianggap Bijaksana dan Pandai Meramal

Dalam literatur Jepang, kucing tidak digunakan sebagai tokoh tambahan saja. Di beberapa novel, kucing dijadikan sebagai pusat cerita atau narator utama. Novel legendaris tentang kucing yang berjudul I Am A Cat millik Natsume Soseki adalah salah satunya. Cerita dalam novel tersebut mengambil sudut pandang kucing rumahan yang terpelajar. Ia juga kritis terhadap teman manusianya. Ia sering mengungkapkan sindiran jenaka klasik khas Jepang pra-modern kelas menengah ke atas.

Selang beberapa tahun kemudian, Hiro Arikawa mengambil inspirasi dari novel tersebut. Ia menulis The Traveling Cat Chronicles dan memplot kucing sebagai naratornya. Kucing ini sarkas dalam menceritakan petualangannya bersama pemiliknya.

Sementara itu, Haruki Murakami menulis cerita mengenai kucing yang memberi petunjuk terhadap kejadian buruk atau misteri. Cerita yang ditulis Murakami memang tidak mengambil kucing sebagai pemeran utamanya, namun kucing di dalamnya mempunyai peran yang penting.

3. Berperan dalam Munculnya Istilah Kawaii

Berbicara soal kucing, sepertinya kita tidak bisa tidak bilang “kawaii” setiap kali melihatnya. Kawaii adalah sebuah kosakata yang biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang lucu. Kucing-kucing yang dibuat kartun seperti Hello Kity, Jiji di Kiki’s Delivery Service, dan Doraemon termasuk kucing yang lucu. Jadi, kucing dan Kawaii adalah dua hal yang selalu beriringan.

Jadi, kira-kira itulah alasan mengenai obsesi Jepang terhadap kucing. Menurut Smithsonianmag, kecintaan mereka terhadap kucing juga mengilhami dibuatnya kafe kucing yang populer di seluruh dunia lho.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak