Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | erik nurhidayat
Tantrum adalah peluapan emosi anak kepada orang tuanya. (pixabay.com)

Ada saja kelakuan anak kecil zaman sekarang. Saya rasa karakter anak zaman di Generasi Z dipengaruhi oleh faktor internal dan juga eksternal. Orang tua sebagai akar kepribadian anak mampu terbentuk dan lingkungan di sekitar yang memicu adanya perilaku “meniru” apa yang dilihatnya. Menurut psikolog anak Saskhya Aulia Prima M.Psi, tantrum adalah luapan atau ekpresi emosi-emosi besar pada anak usia rentang 1 hingga 4 tahun berupa marah, kesal dan frustasi. Biasanya dipicu karena keinginan anak yang tidak segera dipenuhi. Ayah bunda jangan panik! Berikut tips menghadapi anak tantrum di zaman generasi Z.

1. Biarkan anak tantrum hingga tuntas

Banyak fenomena ayah bunda tidak tega jika melihat anaknya sedang tantrum. Tak kuat jika melihat anak nangis jejeritan guling-gulingan hingga sampai memporak-porandakan barang apa saja yang di sekitarnya. Tenang ayah bunda dan kontrol emosi. Biarkan anak meluapkan emosinya secara tuntas.

Justru hal ini adalah hal yang baik untuk perkembangan psikis sang anak. Kelak dewasa, anak akan mudah berekpresi: suka atau tidak suka, marah atau kesal, senang atau bahagia, bisa menyampaikan sesuatu tanpa ada perlu hal-hal yang dipendam di hatinya yang justru akan melukai dirinya sendiri.

Tantrum adalah sebagian kecil ujian bagi ayah bunda untuk bersabar. Dilansir oleh www.halodoc.com dan ditinjau bersama dr.Rizal Fadli bahwa menangis, mengamuk, bahkan berguling-guling di lantai, tingkah si Kecil saat tantrum memang menjengkelkan. Namun, ini adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak. Jadi penting untuk memahami jenis tantrum apa saja yang sering dilakukan anak.

2. Coba menenangkannya dan alihkan kepada hal-hal yang menarik

Setelah dikira cukup anak kita menangis. Tetes air mata yang keluar akan cukup menenangkan hati sang anak. Peluklah dirinya dengan penuh kasih sayang dan pelan-pelan memberikan penjelasan untuknya. Coba alihkan perhatian anak kepada kegiatan yang menarik. Misal mengajaknya bermain, bercerita atau keluar rumah. Hal ini akan menjadi pengobat rasa sesal yang dirasakan sebelumnya.

Dikutip dari www.haibunda.com, "Kita lihat lagi kebutuhannya. Anak mungkin butuh privasi untuk sendiri saat tantrum. Tapi, paling penting orang tua harus mengawasi dan memastikan keamanan anaknya," kata  psikolog anak Saskhya Aulia Prima M.Ps.

3. Jangan pernah membentak anak

Yakinlah ayah bunda, bahwa anak terlahir istimewa dengan keunikan dan sifat masing-masing dan jangan pernah membanding-bandingkan. Dikabarkan orami.co.id, bahwasanya seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak dengan usia mulai 0-5 tahun masih berada dalam proses perkembangan yang meningkat pesat. Jangan pernah membantak anak.

Nyatanya, membentak anak dapat memicu sejumlah dampak yang berkaitan dengan perkembangan otak, mental dan sikap. Dampak bisa dialami anak dalam jangka panjang seperti anak menjadi tertutup, memberontak, tidak percaya diri, trauma bahkan berpengaruh pada kesehatan fisik anak. Ayah bunda tidak mau dong jikalau anak mengalaminya bukan?

Demikianlah tiga tips mengatasi anak tantrum di generasi Z saat ini. Ingat! Orang tua zaman sekarang memang belum sepenuhnya sempurna mengenai kesiapan menjadi ayah bunda. Namun, tidak salah jika kita perlu belajar dari orang tua zaman dahulu, lepas dari gadget, jauh dari gelar pendidikan bahkan mungkin bisa jadi keadaan dahulu lebih susah dibandingkan zaman sekarang. Akan tetapi, mereka banyak yang berhasil mendidik anak-anaknya hingga tuntas pendidikan sekolah tinggi tanpa meninggalkan sifat “bekti marang wong tuwo” (arti: berbakti kepada orang tua) artinya orang tua telah sukses mendidik baik secara materi dan moralnya.

Video yang Mungkin Anda Suka.

erik nurhidayat