Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Rozi Rista Aga Zidna
Ilustrasi bagi-bagi uang saat lebaran (Pixabay.com/iqbalnuril)

Lebaran sudah tinggal menghitung hari. Suasana lebaran telah terasa. Toko-toko baju mulai ramai pengunjung yang tengah belanja baju baru untuk keperluan lebaran. Kue-kue yang hendak memenuhi meja di ruang tamu pun juga banyak diborong.

Senyum semringah anak-anak yang menyambut lebaran semakin lebar. Tergambar dalam benak mereka, sebentar lagi akan gonta-ganti baju baru, biasanya sampai tujuh hari. Mereka juga akan mendapat uang yang diberikan oleh saudara yang dikunjunginya saat silaturrahim.

Momen pemberian uang ini merupakan kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Mereka senang dan gembira saat menerima pemberian uang. Tak jarang di antara mereka menabungnya hingga bisa untuk beli mainan kesukaan mereka, beli HP baru, bahkan ada pula yang minta disunat dari uang pemberian tersebut.

Menyadur laman nu.or.id, asal-usul tradisi pemberian uang saat lebaran ini, diduga merupakan kebiasaan yang terpengaruh oleh budaya Cina yang memberikan angpau kepada anak-anak saat merayakan Imlek.

Namun, terlepas dari itu pemberian uang kepada anak-anak saat mereka berkunjung ke rumah saudaranya yang lebih tua adalah untuk menyenangkan mereka. Anak yang menerima uang dari saudaranya itu pasti menerimanya sambil tersenyum gembira. Kegembiraan anak-anak ini diyakini akan terus mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan.

Dengan memberikan uang, misalnya, seorang kakek akan melihat senyum lucu cucunya. Ekspresi cucunya yang sangat gembira saat menerima uang itu mampu melenyapkan kegelisahan hidup. Sementara si cucu bersemangat untuk selalu mengunjungi kakeknya sebab ia merasa diperhatikan oleh kakeknya dengan pemberian uang.

Selain itu, tradisi pemberian uang di momen lebaran juga bertujuan agar anak-anak terlatih sejak dini untuk terbiasa bersedekah kepada sesama. Mereka dilatih sejak kecil untuk memiliki rasa peduli kasih kepada orang lain.

Saling berkunjung saat lebaran ini merupakan tradisi yang tidak dapat dihapus. Sebab, dengan silaturahmi hubungan kekeluargaan tidak hilang. Dengan bersilaturahim pula seorang diajak untuk mengenal saudara-saudaranya.

Di masyarakat desa, bagi yang hendak bertamu ke rumah saudaranya biasanya membawa oleh-oleh berupa kue dan nasi. Sementara tuan rumah yang bersangkutan menyiapkan kue, menghidangkan nasi dan memberi uang kepada anak-anak tamunya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Rozi Rista Aga Zidna