Membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan imajinasi, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya, minat baca pada buku di kalangan masyarakat justru mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa alasan yang membuat minat baca buku menurun pun kerap dikemukakan dan seharusnya bisa dicari langkah antisipasi.
Hal ini penting untuk segera diatasi kalau ingin kembali menghidupkan minat baca pada buku, terlebih untuk anak-anak agar terbiasa sejak dini. Namun, jangan sampai niat baik ini berujung pada pemaksaan untuk membaca hingga melahirkan antipati atau trauma pada aktivitas positif yang satu ini.
Lalu, apa saja alasan yang membuat minat baca buku menurun hingga sulit membudaya?
Banyak faktor bisa mempengaruhi, berikut lima alasan yang membuat minat baca buku menurun, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
1. Persaingan dari media digital
Salah satu alasan utama yang membuat minat baca menurun adalah persaingan kuat dari media digital. Dengan kemajuan teknologi dan ketersediaan internet, orang cenderung lebih tertarik untuk menghabiskan waktu di depan layar ponsel, tablet, atau komputer mereka.
Sebab berita, hiburan, dan informasi lainnya dapat diakses dengan cepat dan mudah melalui platform digital ini hingga mengurangi waktu untuk membaca buku fisik. Orang pun mulai beralih ke media digital dengan alasan kemudahan dan kepraktisan.
2. Kurangnya waktu senggang
Gaya hidup modern seringkali membuat orang semakin sibuk dengan berbagai aktivitas, termasuk pekerjaan, sekolah, dan tanggung jawab lainnya. Kurangnya waktu senggang yang dimiliki pun membuat banyak orang enggan meluangkan waktu untuk membaca.
Tidak hanya itu, aktivitas lain seperti menonton televisi, bermain game, atau bersosialisasi di media sosial juga dianggap lebih menarik dan menghibur daripada membaca buku. Walhasil, orang mulai abai untuk mengupayakan dan membiasakan membaca buku meski hanya sebentar.
3. Perubahan kebiasaan dan mindset generasi muda
Alasan lain yang membuat minat baca buku semakin menurun juga berkaitan dengan perubahan kebiasaan generasi muda saat ini. Mereka lebih terbiasa dengan konten singkat dan cepat seperti pesan teks, status media sosial, atau artikel berita singkat dibanding membaca buku.
Kebiasaan ini juga turut mengubah preferensi mereka dalam mengonsumsi informasi dan kurang tertarik untuk membaca buku yang membutuhkan waktu dan konsentrasi yang lebih lama. Selain itu, mindset tentang hobi membaca dikaitkan dengan julukan kutu buku yang dianggap kuper alias kurang pergaulan juga punya andil menurunkan minat baca.
4. Kurangnya akses ke bahan bacaan yang menarik
Sebagai masyarakat yang sibuk, orang cenderung mencari bahan bacaan yang menarik dan relevan dengan minat dan kebutuhan. Sayangnya, hal ini tidak didukung dengan akses menemukan bahan bacaan yang sesuai harapan setiap orang.
Terbatasnya akses ke perpustakaan atau toko buku dengan koleksi yang lengkap pada akhirnya menjadi penghalang dalam mendapatkan bahan bacaan yang menarik. Orang pun jadi malas mencari buku bacaan dan beralih pada sumber informasi lain yang lebih mudah diakses.
5. Hilangnya budaya membaca
Budaya membaca merupakan faktor penting dalam membangun minat baca sejak dini. Namun, dalam era digital ini, budaya membaca buku seolah semakin terancam keberadaannya. Bahkan anak kecil zaman modern mulai kehilangan momen bed time stories mereka.
Kebiasaan membaca buku malah digantikan dengan konsumsi konten yang lebih singkat dan instan. Pada akhirnya, role model dalam masyarakat yang juga minim terkait budaya membaca dan kurangnya dorongan untuk membaca mampu menggerus minat baca buku secara keseluruhan.
Entah disadari atau tidak, kelima alasan yang membuat minat baca buku menurun di atas sudah banyak terjadi dan dialami semua orang. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk bekerja sama menumbuhkan kembali minat baca sejak dini demi memberikan manfaat yang tak ternilai bagi pembaca buku di masa depan.
Baca Juga
-
Mini Sling Bag Masih Jadi Favorit Cewek, Ini Daya Tarik dan Tips Memilihnya
-
Eldest Daughter Syndrome: Beban Anak Perempuan Sulung yang Terabaikan
-
Fenomena Kasus Bullying Viral: Mengapa Kita Baru Bergerak saat Sudah Telat?
-
SEA Games 2025: Tim Bulu Tangkis Beregu Indonesia Kompak Lolos ke Final
-
Keterlibatan Ayah dalam Pola Asuh Anak Pengaruhi Nasib Negara, Seserius Itu?
Artikel Terkait
-
Mulai Lepas Citra sebagai Ukhti, Penampilan Inara Rusli Gunakan Hoodie dengan Kaca Mata Hitam Dinilai Lebih Fashionable: Kece Abis...
-
Alasan Timnas Indonesia U-23 Bisa Lolos Kualifikasi Piala Asia U-23 2024, Gegara Ada Shin Tae-yong?
-
Alasan Inara Rusli Ingin Pensiun Muda dari Pekerjaannya: Gak Perlu
-
Terkuak! Ternyata Ini Alasan Ricky Kambuaya Gabung Dewa United dan Tinggalkan Persib Bandung
-
Disebut Aneh, Begini Sosok Aldi Taher Dimata Istrinya hingga Putuskan Menikah
Lifestyle
-
Liburan Hemat Akhir Tahun: 7 Pilihan Destinasi Dalam dan Luar Negeri
-
Mini Sling Bag Masih Jadi Favorit Cewek, Ini Daya Tarik dan Tips Memilihnya
-
Azizah Salsha Menangis di Pelukan Ibu Pratama Arhan, Sikap Sang Mantan Jadi Sorotan
-
Belajar Adult Relationship dari Maudy Ayunda soal Memilih Pasangan Hidup
-
Rekomendasi HP Android 3 Jutaan Terbaik: Mending Baterai Besar atau Layar Amoled?
Terkini
-
Angkat Isu Bullying di Sekolah, Film Qorin 2 Hadirkan Teror dari Dendam
-
Kritik Sosial Drama 'Revenge of Others': Cermin Bullying, Sekolah dan Luka
-
Review Film Sisu: Road to Revenge, Pahlawan Tua yang Tak Terkalahkan!
-
Olla Ramlan Jalan Bareng Pacar Brondong, Gaya Berjalan Jadi Perbincangan!
-
Ternyata Sesederhana Ini! Rutinitas Malam yang Ampuh Cegah Gula Darah Naik