- Layar jadi teman setia: dari Netflix, YouTube, hingga TikTok, menciptakan “double pleasure”.
- Fenomena ini mencerminkan multitasking khas Gen Z sekaligus budaya digital instan.
- Gen Z menjadikan makan sambil nonton sebagai gaya hidup dan rutinitas harian.
Buka aplikasi streaming, pilih tontonan favorit, lalu siapkan makanan di sampingnya. Begitulah rutinitas sederhana yang kini jadi identitas sekaligus gaya hidup bagi Gen Z.
Mulai dari Netflix, YouTube, hingga TikTok, dijadikan sebagai teman setia setiap kali menikmati makanan, baik untuk hiburan maupun melepas penat. Kebiasaan ini tidak hanya sekadar mengisi waktu luang, tetapi juga mencerminkan cara Gen Z menikmati momen personal mereka. Aktivitas makan sambil nonton dianggap mampu memberikan sensasi “double pleasure” yaitu perut kenyang sekaligus hati terhibur.
Fenomena ini tentunya juga dipengaruhi oleh budaya digital yang serba cepat. Dengan mudahnya akses konten streaming, Gen Z menjadikan layar sebagai pendamping utama. Kebiasaan ini pun menunjukkan bagaimana generasi muda membangun kenyamanan lewat hal-hal kecil. Mereka tidak sekadar mengisi perut, tetapi juga mencari hiburan dari tontonan yang dipilih.
Menariknya, kebiasaan ini membuat waktu makan jadi terasa lebih seru. Bagi sebagian Gen Z, menonton sambil makan justru bikin mereka menjadi lebih rileks setelah melakukan aktivitas padat seharian. Dari nonton film yang penuh emosi, vlog YouTube yang ringan, video singkat di TikTok, bahkan konten gaming yang kerap melengkapi suasana makan.
Bagi beberapa Gen Z, makan sambil nonton juga jadi cara untuk menciptakan “me time” yang sederhana. Tidak heran jika banyak dari mereka yang menjadikan aktivitas ini sebagai rutinitas harian yang sulit dilewatkan.
Rutinitas ini bahkan sering kali mereka abadikan di media sosial. Ada yang membagikan rekomendasi film sambil menunjukkan menu makanannya, ada juga yang sekadar mengunggah momen santai di depan layar. Dari situ, makan sambil nonton tidak lagi hanya jadi kebiasaan pribadi, tetapi berubah menjadi tren atau kebiasaan yang tersebar luas di kalangan Gen Z.
Selain itu, Gen Z dikenal dengan kebiasaan multitasking. Mereka terbiasa mengerjakan banyak hal sekaligus, mulai dari menonton, makan, hingga scrolling media sosial dalam satu waktu.
Kebiasaan multitasking ini cenderung menjadi salah satu pola khas Gen Z. Namun perlu disadari bahwa kebiasaan seperti ini dapat membuat kemampuan untuk menikmati makanan akan cenderung menurun. Hal ini dapat terjadi karena kita sebenarnya tidak benar-benar bisa untuk melakukan dua hal dalam satu waktu secara optimal.
Kilas balik terhadap perilaku ini, Gen Z tumbuh di dunia yang sejak awal sudah dipenuhi media digital dan koneksi internet super cepat. Sejak kecil, tontonan seperti YouTube atau kartun sudah menjadi bagian dari keseharian mereka, sehingga layar terasa seperti teman akrab yang selalu hadir. Tak heran, ketika makan, mereka cenderung mencari hiburan cepat dan mudah untuk menemani rutinitas sederhana itu.
Dorongan untuk mendapatkan hiburan dan kepuasan instan semakin kuat dengan hadirnya media sosial dan platform digital. Dengan sekali klik, Gen Z bisa langsung mengakses hiburan tanpa batas, mulai dari video singkat di TikTok hingga film panjang di Netflix.
Fenomena makan sambil nonton ini akhirnya membentuk pola baru dalam kehidupan sehari-hari Gen Z. Makan bukan lagi aktivitas yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari rangkaian hiburan yang mereka ciptakan. Setiap momen makan seolah tidak lengkap tanpa layar, seakan makanan dan tontonan sudah menjadi satu paket yang tak terpisahkan.
Menariknya, kebiasaan ini juga mengidentifikasi bagaimana Gen Z memaknai waktu luang mereka. Bagi generasi ini, hiburan tidak harus mahal atau mewah, cukup ponsel dan makanan sederhana di meja sudah bisa menghadirkan kenyamanan.
Pada akhirnya, makan sambil nonton tidak lagi sekadar tren atau budaya sesaat, tetapi telah menjadi gaya hidup baru Gen Z. Layar dan makanan berjalan beriringan, menciptakan pengalaman khas generasi digital yang tumbuh bersama internet dan media sosial. Makanan jadi lebih dari sekadar pengisi perut, layar lebih dari sekadar hiburan.
Baca Juga
-
Kopinya Mahal, Tapi Gaji Barista Tetap Pas-pasan
-
Perempuan Masih Jadi Second Sex: Membaca Simone de Beauvoir dalam Futsal
-
Ketika Nafsu Belanja Tak Terbendung, Bumi Menjerit Lewat Cuaca Ekstrem
-
Budaya Konsumtif Perparah Krisis Iklim, Saatnya Berubah dari Hal Kecil
-
Saat Perempuan Memimpin di Lapangan: Kisah Inspiratif Coach Citra Adisti
Artikel Terkait
-
Protes Gen Z di Nepal: Refleksi Kritis tentang Empati dan Keadilan Sosial
-
Nepal Membara: 5 Fakta Gokil Demo Gen Z yang Bikin PM Mundur Hingga Bakar Gedung Parlemen!
-
Gokil! Viral Aksi Nekat Gen Z Nepal Lempar Balik Gas Air Mata ke Polisi
-
Liburan ala Gen Z di Jogja: 6 Spot Hits yang Wajib Masuk Itinerary
-
Murid SD Tolak MBG, Jawaban Polos Jadi Sorotan: Tak Suka Menunya
Lifestyle
-
Ide OOTD Shin Eun Soo: 4 Look Kasual Youthful Buat Hangout Lebih Stylish
-
Kotabaru: Bukan Sekadar Kafe Estetik, Ini Jantung 'Kalcer' Anak Muda Jogja!
-
iPhone Air Meluncur: Super Tipis dan Kencang, tapi Netizen Kok Malah Ngantuk dan Nyindir?
-
4 Sunscreen Korea Panthenol Rahasia Kulit Terlindungi dan Skin Barrier Kuat
-
Anak Menteri Keuangan Kuliti Ciri Orang Miskin: Pamer ATM Prioritas dan Pakai Jaket Harga Rp9 Juta
Terkini
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Adu Kuat Calon Menpora: Dari Raffi Ahmad si 'Sultan' hingga Taufik Hidayat sang Legenda
-
Ucapan Gerald Vanenburg Terbukti Omong Kosong, Timnas Indonesia Downgrade!
-
Indonesia Terjebak 76 Ribu Ton Sampah per Hari: Bisakah Limbah Makanan Jadi Solusi Berkelanjutan?
-
Timnas Gagal Lolos Piala Asia U-23, Gerald Vanenburg Justru Singgung STY