M. Reza Sulaiman
Foto editan Gemini AI pemain Timnas Indonesia. (Dok. IG/Justin Hubner)

Kita semua tahu betapa serunya main-main dengan kecerdasan buatan (AI). Dari yang cuma iseng bikin foto profil bergaya Polaroid bareng idola pakai Gemini AI, tren ini ternyata sudah kebablasan dan masuk ke "zona merah" yang super meresahkan: pelecehan seksual.

Korbannya? Para pemain Timnas Indonesia. Foto-foto mereka diedit dengan pose-pose tak senonoh, dari telanjang dada sampai berciuman intim dengan perempuan, lalu disebar di media sosial.

Sontak, para pemain pun ngamuk. Mereka secara terang-terangan meminta para "fans" halu ini untuk berhenti dan menghormati privasi mereka.

Saat Para Bintang Lapangan Hijau Mulai Gerah

Beberapa pemain Timnas yang jadi korban langsung buka suara. Mereka tidak lagi diam dan membiarkan citra serta privasi mereka diobrak-abrik seenaknya.

Rizky Ridho: Bek tangguh ini dengan sopan tapi tegas meminta para fans untuk lebih beradab. Sambil melampirkan salah satu foto editan tak pantas, ia menulis, "teman-teman minta tolong lebih sopan lagi yaa, tidak perlu edit yang kayak gini."

Sandy Walsh: Pemain naturalisasi ini bahkan mengancam akan memblokir akun-akun yang menyebarkan editan tersebut.

"Saya ingin meminta orang-orang untuk berhenti membuat Foto AI saya tanpa persetujuan saya karena ini dapat menimbulkan masalah/kesalahpahaman di masa depan. Jika saya terus melihat ini di Instagram, saya akan mulai memblokir orang karena saya tidak bisa menerima ini," tulisnya dalam bahasa Inggris.

Justin Hubner: Pemain yang dikenal garang di lapangan ini memberikan respons yang lebih personal dan menyentuh.

"teman-teman bisakah kita berhenti membuat editan seperti aku mencium gadis lain? Satu-satunya yang aku ingin cium hanyalah Jen (Jennifer Coppen)," tulisnya, menunjukkan betapa editan ini bisa merusak hubungan pribadinya.

Netizen Lain Ikut Geram: "Ini Mah Pelecehan!"

Ternyata, bukan cuma para pemain yang merasa risih. Sebagian besar netizen, terutama sesama perempuan, juga ikut geram dan jijik dengan kelakuan para "fans" ini.

"udah pelecehan ini mah namanya, parah banget emang," tulis seorang warganet.

"dengan bangganya cuk mereka mereka itu edit edit AI tak senonoh di posting lalu tag atlet nya, sungguh tolol yg keterlaluan, ditegur malah ngamuk dasar stres," sahut yang lain.

"Kok cewek" ini gak malu ya ngedit kaya gini... kita sbg sesama wanita malah jijik ngeliat nya," timpal komentar lain, menunjukkan bahwa ini bukan lagi soal fandom, tapi soal etika dasar.

Sisi Gelap AI: Saat Kreativitas Berubah Jadi Ancaman Privasi

Inilah ironi terbesarnya. Teknologi yang sama (Gemini AI) yang bisa kita pakai untuk bikin foto Polaroid estetik bareng idola, ternyata juga bisa disalahgunakan untuk menciptakan konten pelecehan. Kemudahan penggunaan AI generatif ini menjadi pedang bermata dua.

Di satu sisi, ia membuka pintu kreativitas tanpa batas. Di sisi lain, ia juga membuka "kotak pandora" bagi pelanggaran privasi dan keamanan digital. Foto seseorang bisa dengan mudah dimanipulasi, menciptakan narasi palsu, dan merusak reputasi hanya dalam hitungan menit.

Kasus yang menimpa para pemain Timnas ini adalah alarm keras bagi kita semua. Batas antara menjadi seorang penggemar yang kreatif dan menjadi pelaku pelecehan digital itu ternyata sangat tipis.

Kreativitas itu keren, tapi persetujuan (consent) dan privasi itu jauh lebih penting. Yuk, jadi fans yang cerdas dan beradab. Dukung idola kita dengan cara yang positif, bukan dengan cara yang justru membuat mereka merasa tidak nyaman dan terancam.