Pada Kamis (5/11/20) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Dari yang sebelumnya pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen. Dari data tersebut Indonesia resmi mengalami resesi.
Resesi ekonomi tentu membawa dampak negatif yang tidak bisa dihindari baik bagi ekonomi negara itu sendiri apalagi masyarakat di dalamnya. Resesi tahun ini menjadi resesi pertama Indonesia dalam 22 tahun terakhir, yang sebelumnya terjadi pada tahun 1998.
Meskipun demikian, perekonomian di kuartal III ini tumbuh positif mencapai 5,05 persen secara kuartalan (quarter on quarter/qtq). Yang sebelumnya di kuartal I dan II mengalami kontraksi masing-masing 2,41 persen dan 4,19 persen (qtq).
Perekonomian kuartal III ini masih lebih baik secara kuartalan dibandingkan kuartal I dan II 2020, namun pengangguran terus meningkat. Jumlah pengangguran mencapai 9,77 juta orang, dengan kenaikan mencapai 2,67 juta dibandingkan pada Agustus 2019.
Pandemi COVID-19 mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang mengalami kenaikan, dari yang sebelumnya 5,23 persen pada Agustus 2019 naik mencapai 7,07 persen pada Agustus 2020.
Tingkat pengangguran terbuka terjadi karena adanya kenaikan jumlah angkatan kerja dari 2,36 juta orang naik menjadi 138,22 juta orang per Agustus 2020. meskipun demikian, dari jumlah tersebut hanya sebanyak 128,45 juta orang yang bekerja atau turun menjadi 310 ribu orang.
Jika dirinci lebih lanjut dari jumlah orang yang bekerja tersebut, sebanyak 82,02 juta orang merupakan pekerja penuh. Angka ini turun 9,46 juta orang. Selanjutnya pekerja paruh waktu berjumlah 33,34 juta orang atau naik 4,32 juta orang. Sedangkan setengah penganggur berjumlah 13,09 juta orang atau naik 4,83 juta orang.
Ancaman kemiskinan pun mengancam Indonesia saat ini karena potensi PHK semakin besar. Pemerintah memprediksi angka kemiskinan bertambah mencapai 1,89 juta orang pada skenario berat dan bertambah 4,86 juta orang pada skenario sangat berat di tahun ini.
Bahkan Bank Dunia memprediksi angka kemiskinan di Indonesia kemungkinan meningkat 5,5 juta orang di tahun ini. Dan dalam skenario terberat, dengan catatan Indonesia terkena gelombang kedua COVID-19, kemiskinan bisa meningkat hingga 8 juta orang.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Bantu Pelaku Usaha, Prabowo Akan Hapus Kuota Impor
-
Penjualan Ritel Anjlok! Ramadan dan Lebaran 2025 Tak Semanis Dulu
-
Ancaman Resesi dan PHK Massal Akibat Tarif Donald Trump: Apa Kabar Target Pertumbuhan 8 Persen?
-
Dolar Naik Rp17.000: Ekonomi Tertekan dan Kita Masih Joget-Joget Saja!
-
Tarif Impor Naik, Komisi VI Desak Pemerintah Tempuh Jalur WTO
News
-
Jobstreet by SEEK presents Mega Career Expo 2025: Temukan Peluang Kariermu!
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
-
Record Store Day Yogyakarta 2025, Lebarannya Rilisan Fisik Kini Balik Ke Pasar Tradisional
-
Kode Redeem Genshin Impact Hari Ini, Hadirkan Hadiah Menarik dan Seru
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
Terkini
-
Asyik Buat Dance, Kai EXO Bagikan Detail 2 B-side Track di Album Wait On Me
-
Rilis sejak Libur Lebaran, Box Office Indonesia Diisi Pabrik Gula dan Jumbo
-
Malut United akan Kerja Cerdas Hadapi Persis Solo, Persiapan Sudah Matang?
-
Ulasan Novel 14 Ways to Die: Mencari Pembunuhan Berantai 'Magpie Man'
-
Fakta Unik 4 Wakil Asia Tenggara di Piala Asia U-17: Semua Hasil Terwakili!