Scroll untuk membaca artikel
Aprilo Ade Wismoyo
Fashion Show Lurik di acara Living In Harmony (Suara.com/Ade Wismoyo)

Living In Harmony merupakan pertunjukan seni yang menggabungkan unsur tradisional dan modern. Lurik yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa menjadi bintang utama dalam pertunjukan seni ini. Kain tradisional yang pada mulanya hanya dipergunakan secara terbatas pada kalangan tertentu ini kini bertransformasi menjadi komoditas fashion yang menjanjikan.

Dibuka dengan hentakan musik yang membangun semangat di sore hari, Living In Harmony menyuguhkan sejumlah sajian seni yang dikemas secara sederhana namun dekat dengan penonton dan tamu undangan. Sejumlah pelajar seni dari sekitaran Yogyakarta turut memeriahkan acara ini. Acara ini digelar di Resto Kalibayem, Kasihan, Bantul, DIY, pada hari Kamis (14/8).

Sebagai sajian pertama, dua mahasiswa Institus Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tampil membawakan medley tarian nusantara. Mereka menarikan sejumlah gerakan yang terinspirasi dari tarian-tarian daerah Jawa, Batak, Bali, hingga Papua dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Keduanya tampil memukau dengan balutan busana bernuansa merah putih.

Ada pula dua siswi Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta yang menampilkan duet instrumen saksofon dan biola. Membawakan lagu Tanah Airku dan Jogja Istimewa, keduanya tampil dengan penuh percaya diri penghayatan. 

Fashion Show Lurik di acara Living In Harmony (Suara.com/Ade Wismoyo)

Dalam segmen peragaan busana atau fashion show, diperlihatkan beragam koleksi pakaian yang dibuat dari bahan kain lurik. Di sesi pertama diperagakan pakaian-pakaian lurik dengan konsep marga satwa yang menonjolkan warna-warna dengan earth-tone, didominasi warna kuning dan cokelat. Sementara di sesi kedua, nuansa busana yang ditampilkan lebih terkesan vibrant, tercermin dari aksesoris yang ditampilkan mulai dari tas, sepatu, hingga topi yang juga terbuat dari kain lurik.

Lewat acara ini, kain lurik diharapkan mampu setara dengan batik di hati masyarakat Indonesia. Baik dari pihak pemilik Resto Kalibayem menyebut pihaknya berkolaborasi dengan produsen lurik Prasojo untuk bersama-sama menaikkan pamor kain lurik di kalangan masyarakat. Harapannya, kain lurik nantinya juga bisa mendapat pengakuan di kancah Internasional layaknya kain batik.

"Menjadi kewajiban kita untuk nguri-uri (melestarikan) lurik dan tenun, hingga harapannya suatu hari diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO," ujar Prof. Rofikoh Rohim, pemilik resto Kalibayem.

Fashion Show Lurik di acara Living In Harmony (Suara.com/Ade Wismoyo)

Sementara itu, pihak lurik Prasojo yang merupakan produsen lurik sejak tahun 1950 hingga saat ini sudah beberapa kali mempromosikan lurik baik dalam skala nasional maupun internasional.

Selain untuk memperkenalkan kain lurik, acara ini juga digelar untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Acara ditutup dengan ramah tamah di rooftop resto Kalibayem, di mana para tamu undangan diajak menikmati momen matahari terbenam sambil menikmati kudapan.