Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Sugiati
Ilustrasi Covid-19 (Elements Envato)

Covid-19  merupakan momok paling menakutkan sepanjang tahun 2020 bahkan hingga akhir tahun 2020 Covid-19 masih saja menghantui masyarakat seluruh Indonesia bahkan dunia. Akan tetapi kita dituntut untuk bisa beradaptasi pada kondisi ini, kondisi yang disebut New Normal. Covid-19 sudah dideklarasikan sebagai darurat kesehatan secara global oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO pada 30 Januari 2020. Virus ini menyebabkan gejala ringan sampai berat bahkan hingga berujung kematian. Pandemi Covid-19 semakin berkembang bahkan mengakibatkan jutaan orang yang terinfeksi virus Covid-19 direnggut nyawanya dalam waktu yang terbilang singkat. Ratusan ribu pasien meninggal dunia khususnya di Indonesia.

Pada 5 Desember 2020 Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa jumlah total kasus terinfeksi Covid-19 yang telah terkonfirmasi di Indonesia mencapai 564 ribu kasus, dengan rincian 17.469 kasus meninggal dunia dan 266 ribu pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19. Bayangkan dengan jumlah korban sedemikian banyak masih menjadi momok paling menakutkan bahkan bersamaan dengan perkembangan Covid-19  diterangkan bahwa pandemi ini tidak akan berakhir. Pada masa pandemi ini kita dituntut untuk beradaptasi di era New normal ini dikarenakan pandemi ini masih saja berlanjut kebiasaan kita sebelum Covid-19 yang pada masa saat ini harus ditinggalkan, kebiasaan kita bertatap muka dengan teman atau orang-orang diluar juga terancam harus ditinggalkan, dan memakai masker menjadi satu keharusan yang harus kita jalankan.

Masyarakat berbagai macam karakter dan keyakinan ada yang sangat mematuhi protokol kesehatan, ada yang terpaksa harus melanggar, bahkan ada yang sama sekali tidak mengindahkan himbauan pemerintah tentang anjuran mematuhi protokol kesehatan. Mungkin sebagian dari mereka tidak mengetahui bahaya Covid-19 sebenarnya benar adanya. Hal itu menjadi tugas seluruh elemen masyarakat untuk lebih luas lagi dalam mensosialisasikan Covid-19 dan bahaya serta perkembangannya yang semakin pesat. Upaya penanganan Covid-19  tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja tetapi juga seluruh elemen masyarakat dalam bentuk mematuhi protokol kesehatan, karena jika tidak yang berbahaya bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain. 

Pada beberapa waktu terakhir masih banyak masyarakat yang tak percaya adannya Covid-19, bahkan ada yang mengatakan hal itu adalah konspirasi. Konspirasi yang sedari awal ramai diperbincangkan adalah terkait kebocoran lab biologi di China, pengembangan senjata biologis, target penanaman chips dalam tubuh dan lain sebagainya. Namun untuk sebagian isu telah terbantahkan karena telah ditemukan fakta yang sesungguhnya, sebagian yang lain masih belum bisa dibuktikan faktanya. 

Pada awal Covid-19 masuk ke Indonesia saya bertemu seseorang di salah satu puskesmas daerah, pada saat itu saya sedang sakit dan berobat ke puskesmas tersebut. Namun saya tercengang melihat seluruh pasien dan petugas puskesmas bebas sekali tidak memakai masker padahal itu adalah tempat umum. Hingga saya duduk dan mendengar pembicaraan orang tersebut dengan orang lain, orang tersebut mengatakan tidak mempercayai adanya Covid-19 betapa saya sangat kaget mendengar hal itu. Bagaimana mungkin virus yang telah dideklarasikan memakan banyak korban secara besar-besaran dalam waktu singkat masih tidak dipercaya beberapa orang. Semakin mengejutkan lagi bahwa yang mengatakan hal tersebut adalah orang yang sangat mumpuni dalam bidang kesehatan namun hal tersebut tak menjamin tingkat kepercayaan pada Covid-19 itu tertanam dalam diri masing-masing orang. 

Beberapa bulan kemudian saya mendengar kabar orang tersebut di isukan terinfeksi Covid-19 namun lambat laun hal tersebut tidak terbukti, tetapi dari hal tersebut diketahui bahwa Covid benar-benar ada hanya sosialisasi yang kurang saja yang membuat sebagian orang ini tidak percaya dengan adanya Covid-19. 

Berbeda dengan hal itu ada juga orang yang terlampaui percaya tetapi tidak dapat berpikir lebih lagi sehingga banyak juga orang yang menilai bahwa kematian setiap orang disebabkan oleh Covid-19  mereka menjadi takut berlebih pada Covid -19 yang membuat imun mereka turun pada akhirnya ketakutan tersebut menjadi terbukti benar.  Seharusnya dengan adanya banyak korban dan fenomena Covid-19 yang sudah terlihat jelas kita meyakini hal tersebut tetapi dengan taraf wajar dan tetap mematuhi protokol kesehatan karena bagaimanapun sebagai masyarakat yang dapat kita lakukan hanya itu untuk membantu pemerintah dalam memutus rantai Covid-19.

Dengan cara kita tidak mempercayai adanya Covid-19 dan menganggap bahwa Covid-19 adalah penyebab meninggalnya banyak orang pada waktu dekat ini. Hal itu bisa saja menjadi berita bohong karena belum terbukti kebenarannya. Dalam berpikir dan bertindak dibutuhkan kematangan pada diri kita agar yang kita tunjukan pada orang lain nanti adalah sesuatu yang tidak merugikan orang lain. Kita boleh saja tidak percaya akan adanya Covid jika memang terpaksa hal tersebut terjadi, tetapi jangan merugikan orang lain. Karena dengan ketidakpercayaan tersebut akhirnya kita mengabaikan seluruh anjuran pemerintah untuk memutus rantai Covid-19.

Baru-baru ini ramai diperbincangkan tentang vaksin Covid-19 yang dilaksanakan pertama kali oleh bapak Presiden Republik Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa Covid-19 ini benar-benar menjadi masalah serius bagi dunia khususnya negara Indonesia. Vaksin Covid-19 menjadi solusi dan kekuatan yang dilakukan oleh negara Indonesia dalam rangka menghadapi Covid-19 dan menyelamatkan nyawa manusia. Menjadi harapan agar tidak lagi ada korban yang meninggal karena terinfeksi Covid-19 memang hal tersebut perlu adanya proses tidak bisa langsung instan.

Sebagai upaya untuk meyakinkan masyarakat bahwa penyakit mematikan ini benar-benar ada. Namun ada saja masyarakat yang masih tak mempercayai bahwa hal ini adalah upaya dalam rangka memutus rantai Covid-19 ada yang menduga bahwa vaksin Covid-19 tersebut palsu dan masih banyak masyarakat yang takut di vaksin mereka tetap meyakini kepercayaannya. Dr. Abdul Mutholib yang saat itu menyuntikan vaksin kepada bapak presiden Indonesia bersaksi bahwa vaksin tersebut benar-benar vaksin asli. Bahkan Dr. Abdul Mutholib amat sangat hati-hati dan sedikit gemetar saat menyuntikkan vaksin ke presiden Republik Indonesia, karena memang baru pertama kali dan disiarkan secara langsung. 

Upaya-upaya tersebut di atas dalam rangka memutus rantai Covid-19 yang sampai saat ini masih menjadi ancaman bagi masyarakat khususnya masyarakat Indonesia. Terdapat 10% masyarakat disalah satu kota masih tak percaya perihal adanya Covid-19 mereka tak percaya meskipun vaksinasi telah dimulai. Bahkan ada juga dari mereka yang takut divaksin, ada juga yang bersedia dan percaya, namun ada juga yang tak memberi jawaban akan hal tersebut. 

Dunia sedang darurat kesehatan namun masih banyak orang-orang yang tak menghiraukan mereka lebih meyakini kepercayaannya meskipun sudah banyak bukti yang terpampang nyata. Kematian berbagai kalangan telah membuktikan bahwa Covid-19 benar-benar nyata adanya. Pemerintah dan seluruh elemen yang berwenang telah berusaha sedemikian cara untuk menumbuhkan rasa percaya masyarakat bahwa penyakit mematikan ini harus dilawan oleh berbagai lapisan masyarakat dengan cara mematuhi protokol kesehatan, seperti yang dianjurkan pemerintah selama ini. 

Kepercayaan masyarakat menjadi sorotan penting dalam memutus rantai Covid-19 karena jika tidak upaya pemutusan Covid-19 akan mengalami hambatan, jika masyarakat tak percaya otomatis masyarakat enggan untuk mematuhi protokol kesehatan, sedangkan menjalankan protokol kesehatan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam memutus rantai Covid-19 ini.

Ketika masyarakat tidak percaya akan adanya Covid-19 mereka juga akan seenaknya saja dalam bertindak, larangan untuk tidak berkumpul, berdekatan tak mungkin mereka indahkan karena sudah tidak percaya akan Covid-19. Tentu saja hal tersebut menjadi ancaman terbesar makin meluasnya Covid-19 dan akan ada kemungkinan besar masyarakat yang terinfeksi Covid-19 bertambah besar pula.

Pemikiran tersebut dapat dikatakan sebagai proses penalaran yang salah, salah arah, dikarenakan pemaksaan prinsip tanpa memperhatikan relevansinya. Bisa juga dikatakan sebagai penalaran yang salah dan gagasan yang salah serta keyakinan yang salah dalam menilai sesuatu. Seharusnya sebelum menilai suatu hal tentu kita perlu membuktikan kebenarannya. Kita bisa menciptakan keyakinan dalam diri kita namun belum tentu keyakinan kita itu benar. Selain meyakinkan hal tersebut, membuktikan hal tersebut juga termasuk sesuatu yang penting karena jika tidak tentu sesuatu yang tidak benar itu akan menyesatkan dan membuat salah arah. 

Jika telah banyak bukti kebanaran dan fakta yang dapat kita yakini kebenarannya mengapa harus bertahan dengan keyakinan yang belum tentu kebenarannya. Meyakini sesuatu memang bukan hal yang salah namun alangkah lebih baiknya keyakinan tersebut juga harus melihat fakta sebenarnya agar kebenarannya bisa dibuktikan pula. 

Manusia dengan segala sikap yang ditunjukkan saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran, tetapi karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Banyak juga di antara manusia yang tidak ingin disalahkan ketika meyakini suatu hal dari dalam dirinya. 

Paparan tentang persepsi masyarakat menjadi sorotan penting dalam masa pandemi ini karena masyarakat adalah pelaku sekaligus objek di dalam hingar bingar Covid-19 ini. Saat ini dunia sedang digoyahkan dengan masa darurat kesehatan yang sangat mengkhawatirkan. Tugas kita bukan menyebarkan berita bohong ke sana kemari , tetapi bagaimana kita bersama melawan Covid-19 ini sesuai kemampuan diri masing-masing. Sebagai masyarakat hendaknya kita selalu mematuhi protokol kesehatan agar terlindungi dan pemutusan rantai Covid-19 ini mencapai keberhasilan.

Sugiati

Baca Juga