Strategi komunikasi saat terjadi bencana erupsi Gunung Semeru adalah perpaduan antara strategi redundancy, informatif dan koersif. Komunikasi dilakukan antara petugas BNPB maupun Polisi kepada warga masyarakat sekitar Gunung Semeru, maupun ke orang-orang luar yang datang, baik untuk memberi bantuan maupun hanya untuk melihat-lihat saja.
Strategi komunikasi ini cukup efektif. Namun, masih belum maksimal dibuktikan dengan banyaknya warga yang selamat dari bencana tersebut. Hanya saja, sayangnya masih ada orang-orang luar yang berhasil masuk dan mencari keuntungan di tengah bencana alam ini.
Komunikasi antara BNBP Kabupaten Lumajang dengan warga yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Semeru dilakukan dengan strategi redundancy dan informatif. Di mana petugas menghimbau warga secara terus-menerus mengenai bahaya yang mengintai mereka jika tidak segera mengungsi atau bersedia untuk dievakuasi. Hal ini dapat dikatakan berhasil melihat tidak terlalu banyaknya korban jiwa dalam bencana ini, meski tetap ada.
Komunikasi antara Polisi dan warga yang mengungsi salah satunya terjadi pada saat para warga ingin kembali ke rumah mereka untuk menyelamatkan barang-barang berharga yang masih tertinggal, tetapi tidak diizinkan dengan alasan ketertiban dan keamanan. Masyarakat baru bisa kembali ke rumah mereka masing-masing guna menyelamatkan harta benda yang masih tertinggal hanya pada sore hari setelah jam yang ditentukan.
Polisi melakukan bauran strategi komunikasi informatif dan koersif. Polisi memberi pengertian dan penjelasan kepada warga mengenai alasan penutupan jalan akses dari tempat pengungsian ke rumah warga yang ditinggalkan. Untuk warga yang tetap ingin menuju ke rumah mereka sebelum jam yang ditentukan dilakukan strategi komunikasi koersif yaitu dibuatnya peraturan yang bersifat memaksa sehingga warga harus mematuhinya.
Kepada para pengunjung yang tidak berkepentingan, yaitu warga luar yang hanya datang untuk melihat-lihat atau memfoto baik lokasi bencana maupun lokasi pengungsian, polisi dan petugas setempat melakukan strategi komunikasi koersif. Mereka hanya membuat peraturan yang bersifat tegas kepada para pengunjung untuk mencegah orang-orang luar datang untuk melihat-lihat atau bahkan membuat konten yang kemudian mengganggu proses evakuasi yang tengah berlangsung.
Hal ini diterapkan juga demi keamanan dan ketertiban serta mencegah adanya oknum-oknum yang memanfaatkan kondisi bencana untuk menjarah rumah-rumah warga yang ditinggalkan. Namun hal ini tidak sepenuhnya efektif, terbukti dengan adanya laporan kehilangan barang berharga maupun hewan ternak dari beberapa warga yang sempat mengungsi.
Baca Juga
Artikel Terkait
News
-
Promo Point Coffee Spesial Agustus 2025: Ada Diskon Dobel dan Kopi 1 Liter!
-
Mencicip Pindang Khas Jambi di Telago Biru: Rasa, Cerita, dan Suasana yang Mengikat
-
Cherrypop Festival 2025 Hari Kedua: Genre dan Penonton yang Lebih Beragam
-
Lebaran Skena di Cherrypop Festival 2025 Day 1, Kumpulan Band Memukau
-
CREAFEST UI 2025: Ajang Kreativitas Siswa SMA/SMK Siap Hadapi Masa Depan
Terkini
-
Some Things Never Change oleh ZOONIZINI (Astro): Rayakan Persahabatan Abadi
-
4 Cleanser Kombinasi Salicylic Acid dan Cica Redakan Jerawat dan Kemerahan!
-
4 Brightening Soap Ampuh Bikin Badan Cerah Merata dan Halus Bebas Luka!
-
Sejarah dan Evolusi Futsal: Dari Lapangan Sempit ke Panggung Dunia
-
Bukan Sekadar Cetak Gol, Intip Rahasia Teknik Dasar Futsal di Lapangan