Gaya Kontras Dua Mantan di Senayan: Primus Yustisio Naik KRL, Nafa Urbach Keluhkan Macet

Panggung politik Senayan belakangan ini tengah menjadi topik perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Salah satu yang ramai disorot tajam adalah Nafa Urbach dan keluhannya terhadap kemacetan.

Namun kini tak hanya itu saja, hal tersebut kini dikatikan oleh kebiasaan sang mantan kekasih, Primus Yustisio yang sama-sama duduk di Senayan.

Sebagaimana diketahui, keduanya dipertemukan kembali sebagai sesama anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Namun, reuni mereka diwarnai oleh kontras gaya hidup yang tajam, memicu perbincangan hangat di kalangan warganet dan menjadi cerminan tentang citra seorang wakil rakyat.

Semua bermula dari keluhan Nafa Urbach, artis yang baru saja melenggang ke Senayan. Melalui akun media sosialnya, Nafa mencurahkan isi hatinya tentang perjuangannya menembus kemacetan Ibu Kota untuk bisa sampai ke Gedung DPR. Keluhan tersebut menjadi bumerang baginya yang notabene seorang pejabat publik, yang diharapkan menjadi bagian dari solusi kemacetan.

Curhatan Nafa tersebut sontak viral beberapa waktu lalu. Belum sempat reda amarah rakyat kepadanya, kini keluhan Nafa Urbach langsung disandingkan oleh publik dengan kebiasaan sang mantan kekasih, Primus Yustisio.

Primus, yang sudah tiga periode menjabat sebagai anggota dewan, justru telah lama dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan memilih Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line sebagai transportasi andalannya untuk bekerja.

Narasi publik pun dengan cepat terbentuk, bahwa di satu sisi ada anggota dewan baru yang mengeluhkan masalah klasik Jakarta dari balik kenyamanan mobil pribadinya, sementara di sisi lain ada politisi senior, yang notabene mantan kekasihnya, memilih berbaur dengan masyarakat di gerbong kereta demi efisiensi dan menghindari kemacetan.

Pilihan Primus Yustisio untuk konsisten menggunakan KRL selama bertahun-tahun membangun citra sebagai politisi yang merakyat dan memahami denyut nadi persoalan warga komuter.

Tindakannya bukan pencitraan sesaat, melainkan sebuah kebiasaan yang membuktikan bahwa ia tidak berjarak dari realitas kehidupan konstituennya. Fotonya yang kerap beredar di media sosial saat berada di dalam gerbong kereta menjadi bukti otentik kedekatannya dengan keseharian rakyat.

Sementara itu, keluhan Nafa Urbach, meskipun manusiawi, dipersepsikan publik sebagai representasi elitisme. Sebagai wakil rakyat, ia kini dipandang memiliki privilese dan kekuasaan untuk menyuarakan masalah ini di level kebijakan, bukan lagi di level curhatan personal di media sosial.

Warganet pun ramai-ramai memberikan saran hingga sindiran agar Nafa belajar dari Primus. Adapula yang semakin menyanjung tindakan Primus dan membeberkan kebaikan aktor senior itu.

"Primus itu sudah bertahun-tahun jadi donatur beberapa panti asuhan lho. Pernah hibahkan tanah pribadinya juga dan selalu membantu anak-anak panti, dan sama sekali nggak berisik di sosmed soal kebaikannya itu," tulis @dina*** di unggahan akun @nyinyir_update_official, dikutip pada Rabu (27/08/2025).

"Noh, contoh mantanmu @nafaurbach, nggak salah (Primus) berkali-kali dipilih jadi dewan," sindir @yen****.

"Kalau bang Primus emang niatnya kerja, kalau si Nafa Urbach dia mah niat nyari duit," tambah @fian***.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS