Efisiensi fiskal yang dijalankan pemerintah pusat kembali jadi sorotan. Jemput Suara melalui forum Temu Suara menghadirkan anggota DPD RI, R.A. Yashinta Sekarwangi Mega, untuk membedah isu tersebut bersama publik di Limitless Cafe, Yogyakarta, pada Jumat (17/10/2025).
Forum ini juga menghadirkan akademisi Alfath Bagus Panuntun sebagai pemantik diskusi, dengan moderator R. Dzikri Al Ghifari. Mereka membahas bagaimana kebijakan efisiensi berdampak pada pembangunan daerah, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), serta sejauh mana DPD RI berperan dalam mengawalnya.
“DPD hadir untuk memastikan setiap kebijakan fiskal berpihak pada masyarakat daerah, bukan hanya angka makro,” ujar Alfath.
Ia menekankan pentingnya pengawasan sosial terhadap kebijakan pemerintah, termasuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) senilai Rp1,2 triliun agar tepat sasaran dan tidak menimbulkan ketimpangan baru.
Menurut riset yang ia paparkan, ada tiga prioritas utama masyarakat DIY terhadap anggaran daerah: pengentasan kemiskinan dan kebodohan, pengelolaan sampah dan isu lingkungan, serta kestabilan harga bahan pokok.
“Ini cerminan kebutuhan dasar yang seharusnya jadi fokus kebijakan daerah,” tambahnya.
Sementara itu, R.A. Yashinta Sekarwangi Mega menjelaskan bahwa dana transfer dari APBN seperti dana alokasi umum, khusus, dan bagi hasil masih menjadi tumpuan utama pendapatan DIY.
“Tugas kami di DPD adalah memastikan setiap rupiah anggaran sampai ke masyarakat yang berhak,” tegasnya.
Yashinta juga menyoroti realitas ganda DIY—di satu sisi menjadi daerah dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di Indonesia, tapi di sisi lain memiliki angka kemiskinan tertinggi di Pulau Jawa, mencapai 11 persen.
“Kita perlu kebijakan afirmatif agar kesenjangan ekonomi antara masyarakat lokal dan pendatang bisa ditekan,” katanya.
Terkait isu lingkungan, Yashinta mengapresiasi alokasi Rp100 juta per kelurahan untuk program pengelolaan sampah sejak 2024, namun menilai implementasinya masih perlu diawasi.
“Dana tidak cukup. Diperlukan kolaborasi lintas sektor agar hasilnya nyata,” ujarnya.
Dari forum tersebut, para peserta menyepakati sejumlah rekomendasi: pemerataan akses pendidikan dan kesehatan, penguatan sinergi antar pemangku kepentingan dalam pengawasan anggaran publik, dan dorongan transparansi dalam pelaksanaan program-program sosial.
“Efisiensi seharusnya jadi momentum memperkuat partisipasi publik, bukan mengurangi hak masyarakat,” tutup Yashinta.
Baca Juga
-
Fenomena Job Hugging, Tanda Loyalitas atau Karier Stagnan?
-
Cerah Maksimal! 4 Skincare Daily Mask Niacinamide untuk Glowing Setiap Hari
-
Kisah Akbar, Disabilitas Netra yang Berkelana di Ruang Sastra Tukar Akar
-
Ari Lasso Beri Kejutan Romantis untuk Dearly Djoshua, Bantah Rumor Putus?
-
Rentetan Bullying Hingga Kekerasan di Sekolah, Bagaimana Peran Pendidik?
Artikel Terkait
-
Sultan Najamudin Apresiasi Satu Tahun Kepemimpinan Prabowo - Gibran
-
Hasil BRI Super League, Persita Tangerang Bantai PSIM Yogyakarta di Menit-menit Terakhir
-
Ketua DPD RI Apresiasi MK Kabulkan Permohonan JR Terhadap UU Cipta Kerja
-
Prediksi Susunan Pemain Persita Tangerang vs PSIM Yogyakarta Minus Anton Fase
-
Janji Taktik Jean Paul Van Gastel Jaga Dominasi Laga Away PSIM Yogyakarta
News
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Meningkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan
-
Gantikan Marselino Ferdinan, Rifqi Ray Farandi Hadapi Tanggung Jawab Besar
-
Ketika Grup Chat Jadi "Medan Bullying": Bagaimana Cara Menghadapinya?
-
Golden Hanoman untuk 'Becoming Human': Daftar Lengkap Pemenang JAFF 2025 yang Guncang Sinema Asia
-
10 Tanaman Hias Pembersih Udara, Bikin Kamar Segar Tanpa Air Purifier
Terkini
-
Fenomena Job Hugging, Tanda Loyalitas atau Karier Stagnan?
-
Cerah Maksimal! 4 Skincare Daily Mask Niacinamide untuk Glowing Setiap Hari
-
Kisah Akbar, Disabilitas Netra yang Berkelana di Ruang Sastra Tukar Akar
-
Ari Lasso Beri Kejutan Romantis untuk Dearly Djoshua, Bantah Rumor Putus?
-
Rentetan Bullying Hingga Kekerasan di Sekolah, Bagaimana Peran Pendidik?