Kota metropolis yang padat dan penuh hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, nyatanya semangat spiritual tetap menjadi kebutuhan mendasar bagi banyak orang di sana. Di tengah hutan beton dan kehidupan yang sibuk, banyak masyarakat perkotaan merasa tertarik untuk menemukan makna yang lebih dalam tentang kepercayaan.
Hari itu, saya memutuskan untuk menjelajahi Pasar Baru di Jakarta Pusat dengan tujuan yang berbeda. Saya ingin menyusuri jejak spiritual agama Sikh dan Buddha yang ternyata memiliki kehadiran kuat di daerah tersebut. Meskipun saya bukanlah seorang pakar agama, saya sangat tertarik untuk mempelajari dan memahami lebih banyak tentang kepercayaan dan praktik spiritual yang berbeda.
Pertama-tama, saya mengunjungi Gurdwara Sikh Temple, Pasar Baru. Sebuah tempat ibadah bagi umat Sikh. Pagi itu, saya meminta ijin pada pengurus peribadatan Sikh, apa boleh saya mengikuti dan mengetahui lebih pasti tentang kepercayaan Sikh. Dengan senang hati, pengurus peribadatan Sikh memperbolehkan dan memberitahu saya jika ingin masuk ke area peribadatan di dalam, wanita terlebih dahulu wajib untuk memakai tutup kepala yang sudah disediakan, seperti syal dan kerudung sebagai syarat masuk ke area peribadatan.
Ketika memasuki bangunan kuil putih dipadu dengan warna emas dan kebiruan yang sederhana namun indah ini, saya langsung disambut dengan kehangatan oleh jemaat yang hadir. Mereka memperlakukan saya dengan ramah dan saya dipertemukan oleh Manpreet Singh.
Manpreet Singh merupakan seorang pendeta kuil Sikh, Pasar Baru, yang keturunan India. Ia memberitahu, kuil yang terletak di area Pasar Baru ini sudah berdiri sangat lama, bahkan sebagai salah satu tempat peribadatan Sikh terbesar kedua di ibu kota.
“Bangunan berdiri sudah sejak 1955. Menjadi tempatan ibadah Sikh terbesar kedua di Kota Jakarta setelah di Tanjung Priok,” jelas Manpreet Singh.
Manpreet Singh juga memperkenalkan dan menjelaskan kepada saya tentang apa sebenarnya kepercayaan Sikh. Sikh sendiri didirikan oleh Guru Nanak Dev Ji pada abad ke-15 di wilayah Punjab, India yang mengajarkan keyakinan Tuhan itu satu sebagai tujuan anak manusia lahir di dunia. Selain itu, kepercayaan ini menekankan persamaan, kesederhanaan, dan pelayanan kepada sesama.
“Guru besar Sikh mengajarkan kasih kepada orang-orang yang lebih butuh, pesan cinta, serta tentang Tuhan bersifat universal,” terangnya.
Saya mengikuti beberapa ritual yang diadakan di dalam Gurdwara, termasuk kegiatan utamanya yaitu langar, makan bersama yang disediakan secara gratis untuk semua orang tanpa memandang agama apapun atau latar belakang sosial. Saya terkesan dengan prinsip kesetaraan yang ditekankan di sini, di mana semua orang duduk bersama di lantai dan makan bersama-sama. Makanan yang disajikan semua vegetarian dan memberikan rasa persatuan yang kuat di antara semua yang hadir.
Setelah menjelajahi keindahan spiritual kepercayaan Sikh, saya melanjutkan perjalanan saya ke Vihara Dharma Jaya, salah satu vihara tertua di Jakarta. Begitu saya memasuki vihara ini, saya merasa tenang dan damai. Wangi dupa yang menyegarkan mengisi udara, dan suara gemericik air dari kolam lotus menambah ketenangan di tempat ini. Di dalam vihara, saya melihat patung-patung Buddha yang indah dan mengamati umat Buddha yang sedang bersembahyang dengan khidmat.
Saya juga berkesempatan untuk mengobrol dengan beberapa umat Buddha yang berada di sana. Mereka dengan senang hati berbagi cerita dan pengetahuan mereka tentang ajaran Buddha. Saya belajar bahwa Buddha adalah seorang guru spiritual yang mencapai pencerahan dan mengajarkan tentang jalan menuju kebahagiaan yang sejati. Mereka menjelaskan tentang praktik meditasi yang membantu mereka menenangkan pikiran dan meningkatkan kesadaran diri.
Saat keluar dari vihara, saya merasa benar-benar terinspirasi oleh kedamaian dan kedamaian yang saya temui di tempat ini. Saya menyadari bahwa agama Sikh dan agama Buddha memiliki pesan universal tentang cinta, perdamaian, dan pelayanan kepada sesama manusia.
Perjalanan saya menyusuri jejak spiritual agama Sikh dan Buddha di Pasar Baru Jakarta Pusat telah memberi saya pengalaman yang tak terlupakan. Saya belajar bahwa ada keindahan dalam keberagaman agama dan kepercayaan. Meskipun saya masih jauh dari pemahaman yang sempurna, perjalanan ini telah membuka pikiran dan hati saya terhadap keindahan dan kedamaian yang dapat ditemukan dalam mencari hubungan spiritual.
Dalam menjelajahi berbagai kepercayaan, saya belajar banyak tentang menghargai perbedaan dan memahami bahwa kehidupan spiritual dapat menghadirkan kedamaian dan pencerahan. Agama Buddha dan kepercayaan Sikh di Pasar Baru memberikan saya pelajaran penting tentang kesetaraan, cinta kasih, dan kedamaian yang sejati. Saya berharap bahwa perjalanan spiritual saya ini akan terus berlanjut, dan membawa saya pada pemahaman yang lebih dalam tentang di tengah kemajuan dan kecepatan kota berkembang, semangat spiritual tetaplah menjadi landasan utama.
Ketika menghadapi perkembangan kota yang pesat, mengenali dan memahami kepercayaan agama dan nilai-nilai spiritual dari berbagai budaya dapat membawa kesadaran yang lebih baik tentang betapa pentingnya tetap menghormati nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempertahankan semangat spiritual sebagai landasan utama, masyarakat dapat mencapai keseimbangan dan kedamaian dalam menghadapi perubahan modern.
Penulis: Salsa Dwi Novita, mahasiswa Prodi Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta.
Artikel Terkait
-
Unik! Ibu Beragama Buddha dan Ayah Islam, Rafael Tan SMASH Memilih Kristen: Gue Happy
-
CEK FAKTA: Demi Nikahi Wanita Idamannya Desta Rela Murtad, Benarkah?
-
Nathalie Holscher Akui Pakai Hijab Demi Penuhi Permintaan Sule, Ustaz Derry Sulaiman Tegur: Bila Bukan karena Allah...
-
Profil Saiful Rahmat Dasuki, Eks Pimpinan GP Ansor Dilantik Jadi Wakil Menteri Agama yang Baru
-
Menteri dan Wakil Menteri yang Baru Saja Dilantik Jokowi
Rona
-
Perempuan Pesisir dan Beban Ganda di Tengah Krisis Iklim
-
Saat Pemuda Adat Tampil di Panggung Dunia Membela Hutan dan Budaya: Mengapa Ini Penting?
-
Polusi Plastik Mengancam Pesisir, Bagaimana Partisipasi Publik Jadi Solusi?
-
Ketika Musang Luwak Jadi Penyeimbang Ekosistem Hutan, Bagaimana Sumbangsihnya?
-
Petani Tuban Ubah Bonggol Jagung Jadi Sumber Energi Bersih
Terkini
-
SMA N 21 Makassar Libas SMA N 4 Bantaeng 4-0, Laga Panas Diwarnai Kartu Merah
-
Psikologi Publik: Mengapa Hacker Jadi Pahlawan di Mata Warganet?
-
Pelanggaran Awal Panaskan Laga SMAN 8 Kediri vs SMAN 1 Praya di ANC 2025!
-
Ulasan Buku Journal of Gratitude: Syukuri Hal Sederhana untuk Hidup Bahagia
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka