Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Muhammad Arief Bero
Ilustrasi fast fashion (Pexels/cottonbro studio)

Fenomena trend fashion yang terjadi di seluruh belahan dunia saat ini merupakan buah hasil dari pesatnya globalisasi dimana dengan kemajuan zaman dan akses internet kita dapat mengetahui apapun yang terjadi di belahan dunia manapun. Perkembangan trend fashion yang sangat pesat ini tentu saja membuka peluang bagi banyak perusahaan fashion baik nasional maupun global untuk membuat produk fashion yang dapat mengikuti zaman, maka dari itu terciptalah produk “fast fashion ”sebagai jawaban dari hal ini

Pengertian fast fashion dan apa yang mendasari terciptanya

Fast fashion adalah produk fashion yang mengutamakan style dengan gaya yang disesuaikan oleh tren, memiliki biaya produksi yang lebih rendah dengan Kuantitas produksi yang berjumlah banyak. Industri fast fashion muncul pada awal 1990-an dan sejak itu menjadi kekuatan utama di pasar mode global. Konsep fast fashion didasarkan pada penyediaan pakaian yang trendi dan terjangkau bagi konsumen yang diproduksi dengan cepat dan efisien, hal Ini dicapai melalui penggunaan tenaga kerja dengan upah yang murah dan bahan yang murah, seperti kain sintetis. Salah satu merek fast fashion pertama yang muncul adalah Zara, brand pakaian Spanyol yang membuka toko pertamanya pada tahun 1975.

Berkembangnya industri fast fashion saat ini juga didukung dengan sistem kapitalisme global. Kapitalisme sendiri merupakan sistem dimana faktor yang digunakan untuk produksi seperti barang, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan juga modal dapat dimiliki oleh individu atau Perusahaan Swasta. Singkatnya, sistem ini memberikan keleluasaan kepada Pemilik modal untuk mengatur bisnisnya karena dalam sistem ini campur tangan pemerintah sangatlah minim.

Permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh produk Fast Fashion

Salah satu akibat dari fast fashion adalah ledakan konsumsi yang disertai dengan peningkatan limbah. Produk fast fashion yang mengacu pada pakaian dengan siklus hidup produk yang pendek, telah muncul sebagai kekuatan dengan saingan yang kuat. Hal ini turut meninggalkan jejak polusi, dengan setiap siklus hidup pakaian baik dari proses pembuatan hingga menjadi limbah yang akan menghasilkan potensi terhadap lingkungan.

BACA JUGA: Awas! 34 Aplikasi Palsu Berbahaya di Google Play Store Ini Mengancam Data Pribadi

Industri fast fashion biasanya menggunakan antara 2 jenis bahan, yaitu serat alami seperti wol, sutra, linen, kapas serta rami, dan bahan buatan manusia, seperti serat sintetis (poliamida, akrilik) yang terbuat dari petrokimia. Dari bahan-bahan diatas Sebagian besar produk fast fashion biasanya mengandung polyester, elastis atau Lycra, Serat yang murah dan mudah dirawat, namun pembuatan bahan- bahan ini menciptakan polusi dan sulit didaur ulang. Dilansir dari EARTH.ORG, ada 92 juta ton limbah tekstil yang diproduksi setiap tahunnya. Dari banyaknya limbah-limbah ini beberapa bahan seperti nilon membutuhkan waktu 30 hingga 40 tahun untuk untuk dapat terdaur.

Pada proses membuat bahan yang lain seperti garmen, proses pemintalan, penenunan, dan manufaktur industri mengakibatkan rusaknya kualitas udara. Proses pencelupan dan pencetakan juga akan mengkonsumsi air dan bahan kimia dalam jumlah yang besar dan akan melepaskan banyak zat yang mudah menguap ke atmosfer yang berbahaya bagi kesehatan kita. dilansir dari DNB Asset Management, industri tekstil bertanggung jawab atas 20% polusi air global dari presentasi tersebut sebanyak 80% polusi memasuki lautan melalui sungai dan saluran air.

Selanjutnya bahan seperti poliester, akrilik, dan nilon membutuhkan Konsumsi petrokimia. Petrokimia sendiri merupakan bahan yang didapatkan dari sumber daya fosil dan dihasilkan menggunakan Jumlah energi yang relatif besar yang memiliki dampak lingkungan yang luas, termasuk pelepasan gas rumah kaca. Dilansir dari ClimateSeed, industri tekstil merupakan penyumbang utama pemanasan global dengan menyumbang 10% dari total 1,7 juta ton emisi gas rumah kaca global yang dihasilkan setiap tahunnya.

Reaksi negara dunia terhadap dampak lingkungan dari industri global fast fhasion

Masalah lingkungan dapat dikatakan sebagai salah satu isu yang jarang dijadikan isu utama oleh sebuah negara, padahal isu lingkungan sangatlah penting karena lingkungan adalah warisan bersama umat manusia dan berdampak pada seluruh masyarakat di dunia. Tidak ada satu negarapun yang dapat menyelesaikan masalah lingkungan secara mandiri.

Dilihat dari sudut pandang studi Hubungan Internasional yaitu pandangan realisme, realisme sendiri memandang hal ini sebagai reaksi negara dalam memenuhi Kepentingan nasionalnya, negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional akan menganggap bahwa kepentingan nasional adalah prioritas utama dalam setiap keputusan dan tindakan negara. Dalam pandangan realisme, kekuasaan dan keamanan negara adalah hal yang sangat penting, dan ekonomi politik dianggap sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

BACA JUGA: Toxic Relationship: Berbahayakah bagi Kesehatan Emosional?

Realisme memandang bahwa negara akan menggunakan kekuasaan mereka untuk mengamankan kepentingan nasional, termasuk melalui kebijakan ekonomi dan politik yang mendukung kepentingan nasionalnya dengan kata lain negara akan lebih fokus pada masalah ekonomi dan politik dan cenderung akan mengesampingkan masalah lingkungan karena masalah politik dan ekonomi dapat langsung mempengaruhi kestabilan dan keberlangsungan negara tersebut.

Seperti yang kita ketahui Industri fast fashion terus bertumbuh pesat karena jumlah permintaan yang meningkat Menurut sebuah laporan oleh The Business Research Company, pasar fast fashion global bernilai $25,09 miliar pada tahun 2020 dan $30,58 miliar pada tahun 2021 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 21,9%.

Pertumbuhan ini sangat tinggi karena banyak perusahaan melanjutkan operasi bisnis normal mereka dengan penurunan dampak pandemi COVID-19. Namun, pasar diproyeksikan akan terus tumbuh pada CAGR sebesar 7% menjadi $39,84 miliar pada tahun 2025 tanpa dorongan dari bisnis yang pulih (GlobeNewswire, 2021). Dengan dampak positif yang besar ini banyak negara di dunia pastinya tidak akan melewatkan peluang tersebut dan akan terkesan mengabaikan dampak lingkungan yang ada. 

Upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari industri fast fashion

  • Mengurangi konsumsi fast fashion: Konsumsi fast fashion yang berlebihan dapat memperburuk dampak lingkungan yang dihasilkan. Oleh karena itu, upaya pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi konsumsi fast fashion dan memilih produk-produk fashion yang ramah lingkungan, seperti produk yang terbuat dari bahan organik atau bahan daur ulang, hindari membeli produk yang dirasa tidak diperlukan.
  • Mendaur ulang pakaian: Pakaian yang masih bisa digunakan dapat didaur ulang dengan memperbaiki, mengubah, atau menjualnya kembali. Selain itu, pakaian yang tidak bisa digunakan dapat didaur ulang menjadi produk lain, seperti tas atau bantal.
  • Membeli dari merek yang berkomitmen pada lingkungan: Memilih merek-merek yang berkomitmen pada lingkungan dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari industri fashion. Merek-merek tersebut biasanya memiliki kebijakan yang jelas tentang penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, praktek produksi yang berkelanjutan, dan pemrosesan limbah yang baik.
  • Mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya: Bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam produksi pakaian dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, produsen dan konsumen harus bekerja sama untuk mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya dan memilih produk yang aman dan ramah lingkungan.

Itu dia dampak dari berkembang pesatnya industri fast fashion terhadap lingkungan. Sebagai makhluk hidup yang sangat bergantung terhadap lingkungan, sudah sepatutnya kita peduli terhadap kondisi lingkungan kita. Mari bersama-sama menjadi konsumen yang bijak untuk bumi kita.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Muhammad Arief Bero

Baca Juga