Apa jadinya saat hidupmu seseorang baik-baik saja, punya keluarga cemara yang harmonis dengan kedua orangtua dan kakak, serta punya kekasih yang selalu ada, namun semuanya berubah saat sebuah ‘monster’ datang ke dalam tubuhmu?
Benar kata orang-orang, setiap individu punya cobaannya masing-masing, seperti pemeran utama dalam film Kyou No Hi Wa Sayonara yang satu ini.
Sinopsis Film Jepang Kyou no Hi wa Sayonara
Seorang pemuda bernama Kouta Fujioka yang diperankan oleh Satoshi Ohno menjalani kehidupannya yang biasa saja tetapi penuh sukacita karena dikelilingi orang-orang tersayang. Ia mempunyai keluarga yang baik, ayah yang mendukung, serta ibu yang suka memasak dan kakak perempuan dengan kepribadian yang ceria. Kouta juga memiliki kekasih yang sudah sangat akrab dengan keluarganya bernama Etsuko.
Kouta memiliki kegemaran memasak dan ingin orang-orang memakan makanan lezat buatannya sendiri. Saat hidupnya sedang baik-baik saja, monster ganas bernama limfoma tiba-tiba menghinggapi tubuhnya.
Dokter mendiagnosis bahwa Kouta mengalami limfoma ganas. Sejak saat itu, kehidupan Kouta dan keluarganya berubah. Ia harus menghabiskan sebagian besar waktu di rumah sakit untuk menjalani berbagai treatment.
Ulasan Film Jepang Kyou no Hi wa Sayonara
Film yang pertama kali dirilis pada tanggal 23 Agustus 2013 ini merupakan adaptasi dari novel Oozora e no Tabidachi – Gan to Tatakai Nagama mo Yume Miteita Mirai karya Kazuya Miyuki. Ditilik dari judul filmnya saja, sebenarnya penonton pasti sudah bisa menebak bahwa film ini akan berakhir dengan sad ending.
Namun, sebuah film tidak hanya fokus pada ending semata, tetapi bagaimana perjalanan sang tokoh utama untuk sampai di ending itu. Film yang disutradarai Shintaro Sugawara ini menyuguhkan kisah tentang kehidupan seorang pemuda yang harus berdamai dengan keadaan.
Aku pribadi selalu suka dengan film-film Jepang sejenis ini, salah satu alasannya karena lewat para tokohnya, pesan tentang kehidupan selalu bisa tersampaikan dengan baik. Kebanyakan film Jepang menyelipkan pesan untuk lebih menghargai hidup dan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Karakter Kouta Fujioka sangat menarik bagiku. Dia awalnya bersikap pesimis setelah mengetahui keadaannya. Meski demikian, ia berani mengambil keputusan untuk menjalani treatment demi dirinya sendiri dan orang-orang yang ia sayangi.
Setelah berjuang melakukan treatment yang tentu sangat menyiksa akibat efek sampingnya, Kouta akhirnya diberi kesempatan untuk sembuh. Hal ini tidak luput dari uluran tangan sang kakak perempuan yang mendonorkan darahnya untuk Kouta (aku pribadi kurang paham bagaimana mekanismenya, tetapi di film dijelaskan bahwa donor yang cocok untuk Kouta adalah sang kakak).
Hubungan Kouta dan keluarganya benar-benar harmonis dan idaman semua orang. Di saat hubungan anak dengan orang tua atau adik dengan kakak biasanya dihiasi kecanggungan dan ketidakakraban, Kouta dan keluarganya tidak demikian. Aku suka melihat interaksi mereka yang hangat.
Baru satu tahun kembali mencicipi manisnya kehidupan yang punya masa depan, Kouta kembali mengalami gejala itu. Ia kembali divonis dan persentase hidupnya menurun dari 80% ke 40%. Terbaru, persentase ini semakin turun ke angka 20%.
Saat sedang menjalani treatment di rumah sakit, Kouta bertemu dengan Nobuo Harada yang diperankan Ryosuke Yamada. Sosok Nobuo mengajarkan tentang perjuangan sekaligus kepasrahan pada hidup. Nobuo juga seorang pejuang untuk hidupnya sendiri, ia sejak kecil menderita sakit parah sampai salah satu kakinya harus diamputasi.
Berbicara ending, Kouta menunjukkan bahwa keberanian tidak hanya tentang berani bertahan, tetapi juga berani mengambil keputusan dan menerima keadaan. Ia lebih memilih saat-saat terakhir waktunya untuk dihabiskan di rumah bersama keluarga. Makan bersama, memasak makanan untuk ulang tahun pernikahan kedua orangtuanya, melihat wajah mereka setiap hari, adalah hal-hal yang direkam memori Kouta sebelum ia tertidur selamanya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ikuti Perjalanan Hampa Kehilangan Kenangan di Novel 'Polisi Kenangan'
-
3 Novel Legendaris Karya Penulis Indonesia, Ada Gadis Kretek hingga Lupus
-
Geram! Ayu Ting Ting Semprot Netizen yang Hujat Bilqis Nyanyi Lagu Korea
-
Haji Faisal Akui Sempat Syok dengan Konten Atta Halilintar yang Disebut Netizen Sentil Fuji
-
Outfit Bandara Seowon UNIS Jadi Sorotan, K-netz Perdebatkan Usia Debut
Artikel Terkait
-
Review Film 50 First Date: Cinta yang Tak Pernah Membosankan untuk DiIngat
-
Kupas Film Bagheera: Perjuangan Sang Penegak Keadilan Melawan Korupsi
-
Review Night of the Hunted, Film Horor Netflix Penembakan di Minimarket
-
Kaca Film Anti Pecah & Perlindungan Cat Canggih! JKIND Pamer Teknologi Terbaru
-
Review Film 'Satu Hari dengan Ibu' yang Sarat Makna, Kini Tersedia di Vidio
Ulasan
-
Review Film Aftermath, saat Terjadi Penyanderaan di Jembatan Boston
-
Review Film 'Satu Hari dengan Ibu' yang Sarat Makna, Kini Tersedia di Vidio
-
Review Night of the Hunted, Film Horor Netflix Penembakan di Minimarket
-
Novel Bungkam Suara: Memberikan Ruang bagi Individu untuk Berpendapat
-
Lezatnya Olahan Menu di Skuydieat, Cabe Ijonya Menggugah Selera
Terkini
-
Gadget di Tangan, Keluarga di Angan: Paradoks Kemajuan Teknologi
-
Rekomendasi 4 Film dan Series yang Dibintangi Indra Birowo di Tahun 2024
-
Timnas Indonesia Harus Waspada, Myanmar Bakal Panggil Delapan Pemain Aboard untuk Piala AFF
-
Bukan Adegan Ranjang, Gong Yoo Ungkap Peran Tersulit di Serial The Trunk
-
Review Film 50 First Date: Cinta yang Tak Pernah Membosankan untuk DiIngat